Fimela.com, Jakarta Berkicau soal anak bangsa mengemis jadi babu di negeri lain, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mendapat kecaman keras dari netizen. Karena dalam sulit pun tetap ada hikmah, maka kamu harus tahu apa-apa saja pelajaran yang bisa diambil dari perkara tersebut.
Jaga bicara. Poin paling dasar, namun sungguh ampuh. Tak ada yang mengatakan mudah memang, namun dengan sugesti berulang, seharusnya menjaga kata-kata yang keluar dari mulut tak sesulit yang dibayangkan. Dengan demikian, kamu tak menyulut atau membesarkan bara konflik yang mungkin telah ada.
Pandai mengendalikan emosi. Mungkin saja Fahri berkata demikian sehabis membaca atau melihat satu-dua perihal. Karena emosi sesaat tanpa memikirkan dampak, baik pendek maupun panjang, kicauan kontroversial yang telah dihapus itu pun tercipta.
Advertisement
BACA JUGA
Hati-hati dalam pemilihan diksi. Setelah berkicau yang membawa serta nama babu tersebut, Fahri melakukan kultwit pemaparan maksud ia bertutur demikian. Salah pemilihan diksi mungkin saja jadi satu poin yang membuatnya jadi bulan-bulanan. Karena 'bahasa tulisan' tak memiliki nada bicara, maka banyak orang salah tanggap.
Memberi penjelasan. Jika terkait isu sensitif, maka kamu jangan malu untuk menjelaskan, kalau perlu sampai panjang-lebar. Jangan hanya melempar kalimat tunggal yang akan membentuk kesalahpahaman. Jika begini, tentu motif komunikasi tak akan tercapai.
Menerima konsekuensi. Kalaupun dalam konteks khilaf, kamu sudah seharusnya bertanggung jawab dengan menerima segala konsekuensi, bahkan hingga ke titik terburuk. Ada pelajaran lain yang menurutmu bisa dipetik dari perkara Fahri Hamzah?