Fimela.com, Jakarta Krisis kemanusiaan yang terjadi membuat kini banyak pihak bertikai dan perang. Alhasil, para warganya pun harus mengungsi karena sebagian kehilangan tempat tinggal mereka. Dari sekian banyak pengungsi, anak-anak lah yang paling menjadi korban. Hari-hari yang harusnya diisi dengan hal-hal bermanfaat dikotori oleh konfik-konflik tak berkesudahan.
BACA JUGA
Advertisement
Melihat problematika tersebut, diwartakan oleh Bored Panda, seorang jurnalis yang juga traveler dari Brasil mencoba untuk mencari tahu bagaimana kondisi psikis anak-anak pengungsian. André Naddeo, nama jurnalis Brasil tersebut, membuat sebuah proyek bernama Drawfugees yang bertujuan untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalam kepala anak-anak pengungsi saat ini.
Lebih lanjut, anak-anak ini sering terlihat di media, tapi tampaknya nggak ada yang berusaha untuk meneliti pemikiran mereka tentang masa lalu dan harapan mereka di masa depan. Setelah menghabiskan 45 hari tinggal di kamp pengungsian di Piraeus, Yunani, André Naddeo menjalani proyek Drawfugees dan berfokus pada sesuatu yang lebih, daripada hanya memberikan krayon dan selembar kertas pada anak-anak pengungsian.
"Kami meminta anak-anak pengungsi untuk menggambar cita-cita yang mereka inginkan ketika mereka tumbuh dewasa," kata André Naddeo. Menurutnya, dari konflik yang terjadi di beberapa negara, anak-anak adalah yang paling menderita dari perang dan pelanggaran HAM. Sekitar setengah dari pengungsi saat ini adalah anak-anak.
Setelah diselidiki, rupanya hasilnya begitu mengharukan. Anak-anak pengungsi masih punya cita-cita dan harapan di tengah kehancuran yang mereka alami. Seperti anak-anak lainnnya, mereka pun ada yang bercita-cita sebagai dokter dan pemain bola. Sisanya? Intip beberapa gambar berikut yang dihimpun dari Bored Panda.