Fimela.com, Jakarta Perempuan tak boleh solo travel! Terlalu berbahaya! Risikonya amat banyak! Mungkin jadi ungkapan-ungkapan yang menyertai ketika seorang perempuan mengumumkan hendak angkat ransel ke sederet kawasan 'anonim' di Bumi. Dengan begitu banyak tantangan, jadi mengapa kamu tetap harus melakoni solo travel minimal sekali seumur hidup? Berikut beberapa alasannya menurut Bintang.com.
Keluar dari zona aman dan nyaman. Kamu akan mendapat kesan yang begitu-begitu saja jika menjalani keseharian yang begitu-begitu saja. Karenanya, mengambil risiko untuk mengetahui limit diri adalah alternatif terbaik, dengan traveling sendiri misalnya.
Melatih diri untuk mengambil keputusan. Tak ada orang lain yang diandalkan, tentu secara otomatis kemampuan mengambil keputusanmu akan terasah. Sebelum akhirnya ketuk palu, tentu kamu akan melakukan berbagai pertimbangan. Mempelajari ini, maka tak menutup kemungkinan kamu bisa memerhatikan sejumlah hal dengan lebih detail dan tak segan menjungkirbalikkan perspektif.
Advertisement
BACA JUGA
Belajar berkomunikasi. Tak mungkin berdiam sepanjang perjalanan, kamu pasti akan menyapa satu-dua orang yang ditemui, terlebih sesama pelancong. Baik untuk bertukar informasi atau sekedar berbincang. Dengan begini, kamu akan terlatih bagaimana semestinya berbicara dengan orang lain.
Me time. Poin ini termasuk satu yang mahal. Lantaran sejatinya kamu harus lebih dulu bermonolog sebelum menyulam dialog bersama orang lain. Pergi tanpa kawan membuatmu lebih banyak waktu dengan diri sendiri. Kamu bisa berpikir panjang-panjang, sekaligus tidak berpikir panjang-panjang pula.
Merenung. Masih terkait me time. Sangat mungkin kamu merenung untuk kemudian mungkin menemukan sesuatu ketika pergi sendiri. Tanpa orang lain, kamu akan punya lebih banyak waktu untuk merenung satu-dua kejadian krusial yang mungkin ingin diubah atau perbaiki.
Perjalanan sesuai kehendak. Di samping makna, solo travel pun membuatmu jadi bisa memilih mana saja yang hendak disambangi. Perjalanan macam apa yang ingin dilakoni. Bebas. Kamu adalah sutradara tunggal dari perjalananmu. Tak ada diskusi, kecuali dengan diri sendiri.
Mendengarkan. Yang orang lupa ketika solo travel adalah bisa mendengar lebih banyak. Duduk saja di kereta api, bus, kafe pinggir jalan atau di manapun. Kamu pasti bisa mendengar bagaimana setiap tempat menjalani keseharian. Kemudian, ambil makna yang menurutmu penting.