Fimela.com, Jakarta Dari sekian banyak ragam kuliner yang ada di Indonesia, keberadaan pecel ayam merupakan salah satu ragam yang ikut meramaikan kancah makanan tradisional. Kamu pasti sudah nggak asing lagi, bukan dengan makanan tersebut? Keeksisannya bisa kamu jumpai di sepanjang pinggir jalan di kotamu tinggal.
BACA JUGA
Advertisement
Jika dipikir-pikir, nama pecel ayam sendiri tampaknya kurang cocok dengam rupa makanan itu sendiri. Mengingat komposisi pecel ayam sama sekali tak memasukkan unsur sambal kacang dan sayuran rebus di dalamnya. Apalagi gorengam semacam bakwan. Hmm but it's okay! Namanya juga namanya.
Omong-omong soal komposisi pecel ayam, sesuai dengan namanya, pecel ayam pastinya terdiri dari ayam yang diolahnya dengan cara digoreng. Sebagai pelengkap, ada beberapa menu pilihan lain, seperti nasi, sambal, dan lalapan, misalnya.
Dari sekian banyak pelengkap pecel ayam, sadarkah kamu, jika kenikmatan pecel ayam yang komposisinya selalu seragam di setiap pedagang terletak pada sambalnya? *elus-elus dagu*
Ya, dari sepengalaman saya singgah ke warung pecel ayam sepanjang 20 tahun sekian saya hidup, semua rupa dan rasa ayam goreng yang saya santap terasa begitu setara alias sama. Standar rasa ayam goreng. Tak ada yang istimewa. Mentok-mentok, mungkin soal ukuran dan tingkat kematangannya yang beda. Lantas?
Ya itu tadi. Saya menemukan makna hakikat sebuah kenikmatan pecel ayam dari sambal yang disajikan sebagai pelengkap. Lalu bagaimana tolok ukur kenikmatan sambal pecel ayam? Jawabannya ada di reseptor rasa lidah setiap orang. Masalah selera~
Advertisement
Sambal pecel ayam adalah segalanya.
Meski saya sendiri bukan fans berat pecel ayam apalagi pecel lele, namun hal tersebut cukup untuk mendorong saya untuk menuliskannya sebagai tema Editor Says kali ini. Jujur saja, setiap saya makan pecel ayam di tempat yang belum pernah saya kunjungi, saya merasa sedang berjudi.
Bagaimana tidak, saya yang notabene sebagai pecinta sambal garis keras selalu mengharapkan sajian sambal yang nikmat di lidah saya. Sambal yang benar-benar mampu membuat saya garuk-garuk kepala. Sambal yang bisa membangkitkan saya untuk berkata-kata kasar karena kepedesan.
Namun, seringkali apa yang saya dapat tak sesuai harapan. Sambal yang saya dapat lagi-lagi terlalu banyak tomat dan gula, sehingga membuat rasa pedasnya memudar seketika. tampaknya saya terlalu berani ambil risiko.
Mungkin dari 10 sambal yang saya santap di warung pecel ayam yang saya kunjungi, hanya ada 1 sambal yang benar-benar memikat lidah saya. Sambal yang bukan kebanyakan tomat dan gula. Sambal yang keluar dari kaidah persambalan pecel ayam ibu kota. Bagaimana dengamu?
Sebelum mengungkapkannya di sini, saya pernah mendiskusikannya dengan beberapa teman saya, dan hasilnya, strikes! Beberapa teman saya itu juga mengamininya. Lantas, bagaimana dengan kamu? Coba di-share pengalaman makan pecel ayamnya. Kalau punya rekomendasi tempat makan pecel ayam yang sambalnya unik juga bisa, lho di-share.
Tabik,
Febriyani Frisca
Editor kanal Unique