Sukses

Lifestyle

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara

Fimela.com, Jakarta Kanker payudara, bagi siapa pun, tak akan kuasa untuk mendengarnya tanpa harus terguncang hatinya. Inilah yang dirasakan Linda Agum Gumelar, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI. Sebelum ia pergi untuk menuntaskan ibadah Haji keduanya bersama sang suami, Linda merasakan ada benjolan pada payudara kanannya. 

Pergi ke dokter, Linda yang saat itu hanya ditemani supir dan dokter keluarga, harus mendengar vonis dokter. Ada sel kanker pada payudaranya sebelah kanan. Tak mudah bagi Linda untuk mendengar kabar buruk ini. Ia kemudian baru menyampaikan kabar tersebut kepada keluarga pada malam harinya. 

Meski harus pergi ke Belanda untuk mendapatkan pengobatan, namun Linda tak pernah menyerah. Dukungan anak, suami, keluarga, dan teman-teman menjadi alasan buat dirinya untuk selalu berpikir positif dan yakin menemukan jalan keluar. 

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara (Foto by Bambang E. Ros/Bintang.com)

"Saya akhirnya ke Belanda untuk berobat. Di sana 5 tahun. Saya berpikir, kalau umur saya tak lagi panjang, biarlah. Paling tidak saya sudah melakukan yang terbaik untuk diri saya sendiri," katanya kepada Karla Farhana dari Bintang.com. 

Pengobatan yang dilakukan secara tekun tersebut akhirnya menyelamatkan perempuan kelahiran Bandung, 15 November 1951 ini. Pulang ke Tanah Air, dia dan empat kawannya membentuk sebuah yayasan, bernama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI). 

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara (Foto by Bambang E. Ros/Bintang.com)

Bersama YKPI, Linda Gumelar membantu pasien yang menderita kanker payudara. Salah satu programnya adalah mobil mamografi YKPI yang nanti juga akan ditambah dengan USG pada mobil tersebut. Linda yang tak pernah putus asa melawan kanker ini berjuang membantu pasien kanker payudara lainnya di Indonesia. Berikut kutipan lengkap wawancara dengannya bersama Bintang.com berikut ini. 

Awal Mula Benjolan Itu Muncul

Bagaimana awal kisah pada saat divonis mengidap penyakit kanker payudara?

Pada saat itu tahun 1996. Saya berencana untuk pergi haji yang kedua kalinya dengan suami, Pak Agum. Karena pada yang pertama saya hanya pergi dengan tante dan kakak ipar saya. Kami sudah menyiapkan semuanya. Tapi, saya merasa di payudara saya ada bencolan, di sebelah kanan. Saya pikir, kalau dibiarkan dan langsung pergi Haji, Pak Agum bisa repot nanti.

Apakah sudah menduga benjolan tersebut merupakan kanker payudara?

Pada saat itu saya tidak terlalu merasa terganggu dan sakit. Tapi, karena kami mau pergi naik haji, saya takut nanti malah sakit di Tanah Suci. Nanti ibadah kami malah terganggu di sana, karena saya sakit. Karena saya ingin, pada saat berangkat haji, semuanya bersih, aman, dan khusyuk.

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara (Foto by Bambang E. Ros/Bintang.com)

Apa yang Ibu lakukan setelah merasa ada benjolan pada payudara?

Terus, di hari Jumat, saya pergi ke dokter. Periksa di sana menggunakan USG. Saya saat itu tidak berpikir itu kanker. Mungkin hanya bintil kecil, diangkat, beres. Tapi dokter itu malah jadi serius. Dokter akhirnya menyarankan saya untuk pemeriksaan menggunakan mamografi. Saya akhirnya mulai curiga kalau benjolan tersebut merupakan kanker. Usai pemeriksaan itu, hasil pemeriksaan menunjukkan ada kanker ganas di payudara kanan saya.

Ketika dokter memvonis benjolan tersebut merupakan kanker ganas, apa keputusan Ibu saat itu?

Saya di sana melakukan pemeriksaan sendirian. Hanya ditemani supir dan dokter keluarga. Saya tidak memberitahukan Bapak dulu. Baru ketika sampai rumah, saya cerita. Malam itu, saya bilang kepada orangtua saya, juga kepada Pak Agum. Jadi, malam itu benar-benar suasana dirundung kesedihan dan kegalauan. Saya masih belum bisa menerima keadaan itu. Masih shock. Ini merupakan pengalaman luar biasa untuk diri saya.

Saya lantas melakukan banyak pertimbangan. Dokter meminta saya untuk operasi secepatnya, Senin atau Selasa. Atau, para dokter tak akan bisa menjamin kesembuhan saya. Jadi persentasenya, 40% keselamatan saya, 60% penyakit. Jadi dokter tersebut bilang harus segera.

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara (Foto by Bambang E. Ros/Bintang.com)

Ditengah kegalauan, apa yang akhirnya Ibu lakukan untuk mencari jalan keluar yang terbaik?

Karena bingung, saya akhirnya menghubungi Rima Melati. Kebetulan saya kenal beliau, dan juga tahu beliau pernah mengidap penyakit kanker juga. Saya bertekad untuk melakukan semua yang beliau lakukan untuk melawan kanker. Bagi saya, sosok Rima Melati merupakan sosok yang inspiring. Beliau lantas mengenalkan saya kepada dokternya di Belanda. Jadi pada saat itu, penanganan dan pemahaman kedokteran local serta kondisi peralatannya, belum sampai secanggih sekarang. Orang pun belum banyak membicarakan tentang kanker payudara. Sehingga dianggap aib.

Akhirnya kami pergi ke Belanda. Saya tetap men cari jalan. Jadi seandainya pun saya meninggal, paling tidak saya sudah melakukan yang terbaik untuk melawan kanker ini. Saya berangkat ke Belanda diantar ibu saya.

Apa yang Ibu jalani di Belanda?

Di Belanda, saya melakukan operasi dan pemeriksaan laboratorium. Dari kedua tindakan tersebut, diketahui kanker saya masih stadium 0. Tapi, jenisnya memang ganas. Jadi, jenisnya ini yang menjadi persoalan dan membahayakan. Karena masih stadium awal, saya tidak dikemo dan radiasi. Tapi, selama 5 tahun saya masih diwajibkan untuk melakukan kontrol di Belanda. Setelah menjalani perawatan selama 5 tahun, saya akhirnya dinyatakan bersih dari sel kanker, pada 2001.

Sebelumnya, saya sudah janji kepada diri saya sendiri, karena sudah diberikan rahmat untuk bisa sembuh dari kanker payudara yang ganas, saya bertekad ingin bekerja untuk orang-orang yang mengidap kanker payudara. Karena saya tidak mau ada saudara, keluarga, teman, yang juga terkena kanker payudara.

Tekad Membantu Penderita Kanker Payudara di Indonesia

Apa yang Ibu lakukan untuk membantu orang-orang dengan kanker payudara?

Pada tahun 2001, saya akhirnya bertemu dengan orang-orang yang konsen dengan penyakit ini, termasuk Rima Melati. Salah satu dari orang yang saya temui itu, dia dokter ahli bedah, bilang kepada saya kalau dia itu gemes. Karena umumnya, orang yang berobat kepada beliau sudah stadium lanjut. Jadi, dia ingin ada satu gerakan yang mensosialisasikan pentingnya deteksi dini kanker payudara. Jadi, kami berlima membentuk sebuah tim. Saya, Ibu Andi Endiarto Sutarto yang juga pasien kanker payudara, dr. Sucipto, Rima Melati, dan Tati Hendro Puryono. Meski Ibu Tati bukan pasien, tapi beliau konsen dengan masalah ini. Beliau relawan. Kami berlima ini mendirikan Yayasan Kanker Payudara.

Apa yang membuat Ibu kuat untuk menjalani ini semua?

Galau itu ada. Rasa ketidakpastian, takut, khawatir. Tapi saya punya banyak dukungan. Dari keluarga, anak, suami, teman-teman. Karena kanker itu tergantung dengan diri kita. Kalau kita merasa tertekan, pasti akan berpengaruh kepada sel kanker. Jadi, saya harus berpikir positif. Dukungan dari banyak oranglah yang membuat saya berpikir positif. Tapi yang paling kuat memotivasi saya saat itu adalah anak-anak dan suami.

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara (Foto by Bambang E. Ros/Bintang.com)

Kanker payudara juga banyak diidap anak muda, apa yang harus dilakukan mereka sebelum stadium kanker bertambah?

Dulu kanker payudara dikenal sebagai penyakit orang tua. Tapi sekarang anak muda juga bisa kena. Bahkan ada yang umurnya 19 tahun. Untuk itu, kami mengajak semua kalangan perempuan untuk selalu mengecek, dengan cara SADARi. Periksa Payudara Sendiri. Hal ini belum populer di Indonesia.

Jadi, ketika saya dan yayasan melakukan penyuluhan ke berbagai sekolah dan universitas, serta perempuan di beberapa pelosok, mereka tidak tahu apa itu SADARI. Meskipun teknologi semakin canggih, tapi kesadaran pada masing-masing individu untuk memeriksa payudara sendiri itu kurang. Mungkin, masalah kesehatan reproduksi tidak menjadi perhatian anak-anak muda. SADARI inilah yang sedang saya dan yayasan sedang perkenalkan kepada semua kalangan.

Eksklusif, Tekad Bulat Linda Gumelar Melawan Kanker Payudara (Foto by Bambang E. Ros/Bintang.com)

Apa saran untuk anak-anak muda Indonesia?

Kepada anak-anak muda, periksa SADARI. Kalau ada benjolan atau rasa sakit, segera periksa ke dokter. Kemudian, apa yang dokter sarani harus diikuti. Jangan lari dari apa yang dokter katakan. Karena, belum tentu payudaranya diangkat. Belum tentu juga benjolan itu kanker. Dan kalaupun kanker, belum tentu sdadiumnya sudah tinggi.

Mengenai Yayasan Kanker Payudara Indonesia, apa rencana untuk tahun 2017?

Kami punya mobil mamografi yang berjalan terus. Seminggu dua kali. Mobil ini merupakan program jemput bola. Kita kerjasama dengan RS Dharmais. Tahun ini rencananya akan ditambah dengan USG. Jadi nanti di dalam mobil itu ada mamogafi dan juga USG. Selain itu juga ada dokternya yang akan melakukan pendeteksian dini.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading