Fimela.com, Jakarta Ketika Dubes Rusia ditembak lelaki berjas dan dasi di galeri seni Ankara, Senin (19/12), banyak pihak memprediksi tragedi tersebut akan memunculkan krisis dan konflik baru bagi dua negara yang sebelumnya memang sudah bertensi mendidih. Ketidaksamaan tersebut bisa dilihat dari sisi berseberangan yang diambil dalam perang Suriah dan kembali pada November 2015 ketika pihak Turki menembak jatuh jet Rusia.
Namun hanya beberapa jam setelah nasib nahas menimpa Andrey Karlov, seperti dimuat Time, perang tak mencuat. Sebagai gantinya, pemimpin Turki dan Rusia menunjukkan kerja sama ideal. Terbukti dengan bergabungnya pihak Rusia dalam investigasi kasus penembakan Karlov.
Advertisement
BACA JUGA
Sebagaimana diwartakan npr.org, kedua negara tidak memperlihatkan ketertarikan untuk menindaklanjuti kasus ini dengan aksi militer yang berseberangan. Secara signifikan, keduanya malah mengikat perjanjian di bidang ekonomi, termasuk pada sektor pariwisata.
Selama penyerangan, sebagaimana diwartakan Time, lelaki bersenjata itu berteriak, "jangan lupakan Aleppo! jangan lupakan Suriah!". Sebagian besar warga turki, termasuk pendukung pemerintah Erdogan, dibuat marah oleh kampanye militer Rusia yang pro terhadap diktaktor Suriah.
Namun demikian, kejadian dubes Rusia ditembak di Turki seakan memaksa keduanya untuk berjalan seiring. Secara tak terduga malah mengeratkan kerja sama antar keduanya di sejumlah bidang. Meski keduanya memiliki rekam sejarah yang bisa dikatakan tak terlalu baik, namun tindakan yang diambil, baik pihak Turki atau Rusia, mendapat respons positif dari publik.