Fimela.com, Jakarta Dari sekian banyak tren makanan di Indonesia, makanan pedas masih menjadi salah satu tren yang menguasai tangga jawara kuliner. Satu hal yang saya ingat, fenomena menjamurnya makanan pedasdi Indonesia berasal dari keripik pedas berlevel bernama Maicih.
Kala itu, sekitar 2011, keberadaan Maicih bagaikan buronan di masyarakat. Berbondong-bondong orang rela berburu dan mengantre ke berbagai tempat untuk menikmati keripik singkong dengan cabai bubuk berlevel. Sebagai pecinta makanan pedas, tentu fenomena tersebut menjadi kabar gembira. Top hot issue!
Advertisement
BACA JUGA
Tak dapat dimungkiri jika meriahnya penjualan keripik berlogo nenek-nenek tersebut juga tak lepas dari media sosial Twitter yang sangat berperan dalam proses pemasarannya. Di mana penjualan tak hanya terjadi di Bandung, tempat keripik tersebut berasal, namun juga di kota-kota besar di Indonesia.
Jenderal Maicih, begitu reseller keripik dengan 10 level itu disebut. Dulu, setiap kota hanya memiliki satu jenderal, sebelum akhirnya jenderal Maicih tersebar dan menjamur di mana-mana.
Suksesnya Maicih rupanya menginspirasi banyak orang untuk membuat produk serupa. Namun, tampaknya tak mudah. Nama Maicih masih terus menempel di benak konsumennya terutama untuk produk berupa keripik dengan bubuk cabai berlevel.
Apakah kamu generasi yang ikut heboh berburu keripik dengan berbagai macam jenis tersebut? Jika ya, high five dulu lah kita.
Advertisement
Ingin Bikin Perkebunan Cabai Sendiri
Seiring berjalannya waktu dan dunia kuliner yang dinamis, keripik fenomenal tersebut mulai meredup terlalap inovasi makanan baru lainnya. Namun tetap dengan embel-embel pedas yang selama ini jadi favorit masyarakat. Reza Nurhilman sukses memasyarakatkan cabai. *siapa Reza Nurhilman? Googling dong~*
Sebut saja macaroni, seublak, mie goreng, ayam goreng, nasi goreang, dan masih banyak makanan lain yang kini dijual dengan unsur cabai di dalamnya. Bahkan, ada salah satu restoran yang menyajikan pilihan puluhan sambal untuk pelanggannya.
Dari segi kesehatan, makan makanan pedas meman memiliki banyak manfaat. Dengan catatan, nggak berlebihan saat mengonsumsinya. Namun, berlebihan atau tidak, semua itu hanyalah sebuah relatif yang semua orang bisa sangkal dan terima.
Saya bisa saja bilang, mie goreng dengan cabai rebus berjumlah 50 biasa saja. Namun, orang lain yang nggak suka pedas, makan mie goreng dengan 10 cabai bisa saja mati di tempat bahkan dari sebelum menyantapnya.
Back to benefit, dikutip dari Huffingtonpost, menyantap makanan pedas memiliki sederet manfaat menguntungkan yang bersumber dari zat-zat yang terkandung di dalamnya. Seperti menurunkan berat badan, mencegah kanker, obat sakit jantung, menurunkan berat badan, memanjangkan usia, dan mencegah diputusin pas lagi sayang-sayangnya.
Oke, yang terakhir jangan dipercaya. Skip.
Dari sekian banyak makanan pedas yang pernah saya coba, saya sampai lupa mana makanan pedas paling ekstrem yang pernah saya santap. Namun, terakhir, beberapa bulan lalu, saya pernah menyantap mie goreng dengan jumlah cabai 100 buah di resto Abang Adek, di bilangan Tomang, Jakarta Barat. Rasanya? *nyengir*. Lumayan mampu membuat perut ini bergejolak saat di perjalanan menuju kantor. Sial!
Kapok? Jelas tidak.
Saya sendiri sudah mulai khawatir dengan kegilaan saya terhadap cabai dan makanan pedas. Di mana saya pernah memilih untuk tidak makan siang daripada makanan yang saya santap nggak ada unsur cabai di dalamnya. :(
Rasa-rasanya, saya ingin memiliki kebun cabai sendiri di rumah biar ibu saya nggak rugi bandar sebagian uang gaji ayah saya habis untuk membeli cabai gila demi anaknya mau makan setiap hari. Apalagi kalau harga cabai sedang tinggi-tingginya. Merasa bersalah diri ini.
Jika menilik ke belakang, kepopuleran kuliner pedas terjadi tak hanya di abad 21 macam Maicih saja. Namun, sudah terjadi sejak abad belasan. Sebut saja rendang dan beberapa makanan khas dari Sumatera.
Mungkin, hal tersebut pula yang membuat banyak orang Indonesia begitu antusias dengan makanan bercita rasa pedas, apapun bentuknya. Mengingat sejak zaman nenek moyang, cabai sudah menjadi komoditi utama di Indonesia dan rasanya familiar di lidah para pendahulu beserta keturunannya seperti kita. ((( kita )))
Kamu salah satu penggemar makanan pedas? Tampaknya, kapan-kapan kita harus duduk bersama untuk membicarakan soal perkebunan cabai di pekarang rumah dan upaya-upaya untuk mencabaikan masyarakat. Kuy!
Tabik!
Febriyani Frisca
Editor kanal Unique.