Berita Hari Ini: Bahasa Indonesia, Pendidikan, Lumbung Padi

Fimela.com, Jakarta Program Visiting KJRI atau "Mengunjungi KJRI" yang diselenggarkan Konsulat Jenderal Indonesia di Sidney, Australia bertujuan mempromosikan budaya Indonesia secara luas, termasuk bahasa kepada masyarakat negeri kangguru, terutama kalangan muda.

Siaran pers Konsulat Jenderal Indonesia di Sidney yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, pada Kamis lalu (17/11), mereka kembali menerima kunjungan siswa dan guru sekolah menengah Sidney dari program bahasa Indonesia.

"Banyak alasan kenapa bahasa Indonesia sangat penting dipelajari oleh generasi muda Australia," kata Konsul Jenderal Indonesia, Yayan GH Mulyana, kepada para siswa dan guru Australia yang turut dalam program itu

Menurut dia, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bagi lebih dari 250 juta penduduk Indonesia, sehingga menjadikan bahasa itu sebagai pangsa pasar yang sangat besar bagi Australia. Artikel selengkapnya bisa kamu baca di sini.

Djarum Foundation membantu pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia melalui pembangunan sekolah-sekolah menengah kejuruan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.

"Yang Indonesia perlukan sekarang adalah SMK atau vokasi. Pemerintah sudah gedor-gedor dalam satu bulan terakhir ini mengenai vokasi, dan menurut saya itu benar sekali," kata Presiden Direktur Djarum Foundation, Victor Hartono, kepada pers di Jakarta, Jumat.

Dalam upaya pengembangan sekolah vokasi tersebut, Djarum Foundation telah membantu 15 sekolah menengah kejuruan di Kudus. Wujud bantuan yang diberikan antara lain perumusan kurikulum, pengadaan alat, serta pelatihan bagi tenaga pengajar. Artikel selengkapnya di sini.

Reruntuhan lumbung padi beserta guci, pot, mangkuk dan koin ditemukan di Provinsi Hebei, China.

Dikutip dari Antaranews, otoritas lokal pada Minggu menuturkan reruntuhan lumbung padi di area dengan luas 52.000 meter persegi di daerah Linxi diyakini dibangun selama Dinasti Tang (618-907).

Puing 19 tempat penyimpanan biji-bijian ditemukan di lumbung itu. Para arkeolog mengatakan tempat menyimpan biji-bijian itu bentuknya silinder dengan diameter enam sampai sepuluh meter dan terbuat dari kayu cedar dan tanah.