Fimela.com, Jakarta Tentara perbatasan Bangladesh melarang setidaknya 125 Muslim Rohingya menyeberang perbatasan. Sebagaimana diwartakan presstv.ir, mereka yang kebanyakan perempuan dan anak-anak itu tengah melarikan diri dari 'kejaran' kekerasan dan teror di Myanmar.
Pada Jumat (18/11) silam, pihak Bangladesh tak memperbolehkan pengungsi, di mana kala itu mereka kedapatan berdesakan di tujuh kapal kayu, untuk memasuki wilayah negara yang berbatasan langsung dengan Myanmar tersebut. "Mereka (Muslim Rohingya) termasuk 61 perempuan dan 31 anak-anak," ucap petugas perbatasan Bangladesh, Nafiur Rahman, Sabtu (19/11), seperti dimuat presstv.ir.
Advertisement
BACA JUGA
Rakhine, rumah dari Muslim Rohingya dalam jumlah banyak telah jadi wilayah konflik sejak Oktober silam. Karena telah menewaskan puluhan orang dan menyebar teror tak berkesudahan, banyak dari warga, terutama Muslim Rohingya, berbondong-bondong meninggalkan Myanamr dengan Bangladesh sebagai salah satu negara tujuan.
Isu kekerasan terhadap Muslim Rohingya ini bukan kali pertama menyeruak. Sebagaimana diwartakan Time, kabar serupa telah muncul sejak 2012. Ratusan orang telah meregang nyawa dan ribuan Muslim Rohingya terpaksa meninggalkan rumah dan hidup di sejumlah pengungsian, baik itu di Myanmar, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Pada Rabu (16/11), Arakan Rohingya National Organization mengungkap, 150 Muslim Rohingya telah terbunuh. Sementara itu, pihak pemerintah Myanamar menolak memberi status warga negara sepenuhnya kepada kelompok minoritas di negara yang dulu bernama Burma tersebut. Karenanya, Bangladesh melihat Muslim Rohingya sebagai imigran ilegal.