Fimela.com, Jakarta Tepat Minggu pagi, aku merasakan lagi udara yang dulu sering aku hirup bersama orang terkasih, ya merekalah keluargaku. Selama perjalanan London - Jakarta yang membuat aku begitu menggebu ialah adanya pertemuan dengan Mama dan adik-adik yang biasanya selama ini hanya bisa bertatap melalui layar ponsel saja.
BACA JUGA
Advertisement
Tidak lupa juga dengan Bapak yang kini sudah tenang di hadapan sang pencipta, kita akan segera bertemu, Pak. Walau pertemuan kali ini kita tidak lagi bertatap mata, namun melalui doa khusyu di depan pusara Bapak, batin kita bisa menyatu.
"Mama rindu kamu, Nak. Bagaimana kabarmu?, sudah hafal betul akan pelukan hangat sambil mengusap bahu yang rasanya ini wujud nyata kenyamaan hidup di dunia. Tidak ada hari sebaik hari ini ketika Mama memelukku, Ma, ucapku lembut sambil mengecup keningnya.
Dilanjut dengan pelukan adik-adik yang sedari tadi menunggu giliran, tidak terasa kini Adik-adikku sudah menjadi orang sukses sebagaimana gigihnya keinginan mereka dulu di depan Bapak. Aku jadi ingat, kalau dulu cita-citaku belum bisa terwujud untuk menjadi dokter yang bisa menangani sendiri ketika Bapak sakit, betapa menyesalnya aku. Namun, apa mau dikata, kini Bapak pun juga sudah tenang dan damai disisi-Nya.
Bingkai foto keluarga yang masih terpampang kokoh di ruang tamu, mengingatkanku akan semangat Bapak dulu. Tidak ada hari yang tidak aku lewatkan bersama Bapak, walau hanya mengantarku jajan gulali di komplek sebelah, aku merasa senang karena hari-hari itu aku jalankan bersamamu, Pak. Tepat disetiap Hari Ayah, dengan kompak, aku, Mama, beserta adik-adik memberikan kejutan kecil dengan membuatkan bolu kukus pisang kesukaanmu. Tidak terasa 10 menit sudah aku menatap ke bingkai foto dengan mengingat kenangan dulu, air mata pun tak sadar sudah mengalir.
Kalau pun boleh aku meminta waktu berputar, aku mau Bapak selalu berada ditengah-tengah kami. Perhatian Bapak, pengorbanan Bapak, tak akan pernah terhapus sampai saat ini, Pak. Rindu ini berkali-kali menusuk bila mengingat Bapak tidak bisa mendampingiku ketika di kursi pelaminan nanti.
Kurang lebih 2 bulan lagi, aku akan mempersunting Siska menjadi istriku, Pak. Walaupun Bapak tidak bisa mendampingiku sebagai wali, tapi aku yakin, Bapak menyaksikanku saat hari itu berlangsung nanti. Yang aku harapkan Bapak bisa tersenyum walau tidak di depanku.
Kedatanganku kali ini memang bertujuan untuk menyampaikan kabar bahagia ini ke Bapak, aku tidak mau satu momen dalam hidupku yang Bapak tidak ketahui. Dengan mengusap batu nisan yang bertuliskan namamu, aku tersenyum melihat pusara Bapak yang dipenuhi banyak bunga. "Pak, ini loh calon menantumu, namanya Siska," dengan senyum simpul yang tertuju di pusara Bapak, aku membawa Siska untuk kenal dengan Bapak sebelum hari pernikahanku nanti.
Di atas pusara bapak kali ini, aku berdoa agar Bapak selalu hadir di setiap momen terbaikku, Bapak bisa merasakan kebahagian di tengah-tengah kami, walau raga Bapak tak lagi ada menemani kami, tapi Bapak akan tetap hidup di hati kami, Pak. Semoga Bapak selalu diberikan kebahagian disana.