Sukses

Lifestyle

Apa yang Terjadi Kalau Donald Trump Terpilih Jadi Presiden AS?

Fimela.com, Jakarta Pemilihan Presiden (Pilpres ) di Amerika Serikat (AS) berlangsung hari ini, 8 November 2016. Donald Trump atau Hillary Clinton akan menjadi Presiden AS ke-45 menggantikan Barrack Obama. Dalam beberapa polling maupun survei, Hillary kerap jadi yang teratas. Meskipun begitu, Donald Trump bukan tidak mungkin justru bisa menjadi pemenang.

Lalu, apa yang terjadi seandainya Trump menjadi pemenang di Pilpres AS kali ini?  Dubes RI untuk AS periode 2010-2013, Dino Patti Djalal, buka suara terkait dua calon presiden dari Negeri Paman Sam yang diajukan Partai Republik dan Demokrat pada Pilpres 2016. Ia membahas bagaimana kalau Trump atau Clinton yang akan berkantor di Gedung Putih. Seperti dilansir dari liputan6.com, Dino menggambarkan bagaimana ‘wajah’ AS jika dipimpin oleh kedua kandidat.

Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan tanda dimulainya debat perdana yang dihelat di Hofstra University pada 26 September 2016 waktu setempat (Reuters)

"Kalau Trump yang menang, saya melihatnya akan terjadi polarisasi yang lebih tinggi. Bakal terjadi kegelisahan sosial di lapangan, di kota-kota Amerika, ketegangan antar ras juga akan semakin tinggi, akan banyak demonstrasi dan pasar akan semakin gelisah,” tutur Dino Patti Djalal.

“Mungkin juga hubungan Amerika dengan dunia Islam akan diwarnai goncangan-goncangan, ketidaknyamanan, mengingat apa yang dinyatakan Trump selama ini," sambung pria yang akrab disapa Dino ini. "Situasi di Timur Tengah bisa lebih membahayakan karena Trump punya pendekatan yang macho. 'Hantem aja kalau mereka ngelawan kita'. Sementara masalah di sana tak bisa selalu diselesaikan dengan cara itu," ujar founder Foreign Policy Community of Indonesia itu.

Dino Patti Djalal (Liputan6.com/ Johan Tallo)

Menurut Dino, di bawah kepemimpinan Donald Trump, kredibilitas atau modal politik AS akan menurun secara global. Sedangkan Hillary yang merupakan istri mantan Presiden Bill Clinton, dinilai Dino sebagai anti-tesis dari Trump. "Hillary Plurasime dan inklusifme," tukasnya.

Di sisi lain, Dino menilai kedua calon itu bukanlah yang terbaik. Keduanya punya titik lemah dan ‘dosa’ masa lalu. "Pemilu ini terburuk, daripada era Obama yang inspiratif, yang membuat idealisme rakyat semakin meninggi," tandas Dino Patti Djalal. Jadi, siapa yang akan menjadi Presiden AS selanjutnya, Donald Trump atau Hillary Clinton? Kita tunggu saja.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading