Fimela.com, Jakarta Hanya orang-orang pemberani yang tak punya rasa takut akan kondisi keuangan yang buruk saat memutuskan untuk keluar dari sebuah perusahaan. Tapi Marischka Prudence lain. Perempuan yang akrab disapa Pru ini tak pernah ragu, apa lagi menyesal, untuk meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan media besar untuk menjadi traveler.
BACA JUGA
Advertisement
Pru pada awalnya bekerja sebagai karyawan full time di sebuah perusahaan yang cukup besar. Posisinya sebagai reporter ternyata membawanya ke dunia laut yang hingga kini sangat dia cintai. Semenjak membawakan acara-acara travel di TV, Pru akhirnya mendapatkan license untuk menyelam.
Namun sayang, hobi dan kecintaannya akan laut kadang terhambat lantaran padatnya pekerjaan di kantor. Akibatnya, Pru yang juga gemar menulis hampir tak ada waktu untuk mengisahkan perjalanannya kepada banyak orang.
Usai berpikir berkali-kali selama 6 bulan, Pru akhirnya meneguhkan hatinya dan memilih untuk resign dari pekerjaannya. Saat itu September 2012. Saat itu pula Pru mulai menuliskan kisah perjalanannya di sebuah travel blog, Life Is An Absurd Journey.
Pada saat Pru mengunjungi kantor Bintang.com di Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (7/10) lalu, dia mengaku tak pernah merasa takut untuk resign dan memilih untuk menjadi petualang. Pasalnya dia mengatakan selalu mengikuti arus hidup.
Meski kini travel blog sudah menjadi bagian dari bisnis, Pru tak merasa pekerjaannya sebagai travel blogger cuma tentang uang dan sponsor. Dia mengaku, dalam menulis juga harus punya idealisme. Tanpa idealisme dan komitmen, menulis kisah perjalanan tak akan jujur karena memikirkan sponsor dan juga keuntungan.
Kini, nama Marischka Prudence sudah dikenal banyak orang. Terutama mereka yang mencintai alam dan hobi berjalan-jalan. Meski sudah terbilang sukses di kancah blogging di bidang travel, Pru ternyata masih punya banyak mimpi dan segudang rencana. Salah satunya, membuka bisnis yang berhubungan dengan travel.
"Tapi bukan trip, jadi aku mau yang berhubungan dengan kerajinan etnik di daerah-daerah Indonesia. Tapi ini masih rencana," katanya kepada Karla Farhana, reporter Bintang.com. Ada banyak kisah menarik dalam perjalanannya sejak dia meninggalkan karier di perusahaan media hingga sekarang ini. Simak kisahnya berikut ini.
Advertisement
Tinggalkan Dunia Kerja Buat Menjelajah
Sejak kapan suka traveling?
Sebenarnya, aku suka traveling karena kerjaan. Jadi dulu aku pernah kerja di media. Nah, karena jadi reporter itu, aku dapat sertifikat menyelam, tahun 2010. Sejak itu, aku sering ‘dipinjam’ untuk hosting program travel. Dari situ aku mulai sering traveling.
Lama-lama, aku mulai suka menulis tentang destinasi wisata. Aku full travel itu tahun 2011. Dan pada akhirnya, aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaan satu tahun kemudian, untuk membuat blog travel.
Kenapa berani untuk meninggalkan pekerjaan?
Karena waktu dulu itu, saat masih jadi karyawan, aku sebenarnya full time. Jadi hampir semua pekerjaan produksi acara itu aku ikut ngerjain. Artinya, pekerjaan aku begitu banyak sehingga enggak ada waktu untuk menulis dan jalan-jalan.
Aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan aku. Tapi keputusan ini aku ambil juga enggak langsung. Jadi waktu itu mikir-mikir selama 6 bulan dulu sebelum akhirnya benar-benar resign. Itu September 2012. Saat itulah akhirnya aku bikin blog.
Dari mana ide untuk membuat travel blog itu muncul?
Aku bikin pun sebenarnya gara-gara teman. Jadi kata mereka, aku kan sering jalan-jalan. Bikin blog, lah! Sebenarnya sejak masih jadi karyawan, aku sudah punya blog, tapi jarang update. Soalnya waktu itu masih sibuk. Hampir enggak ada waktu buat menulis.
Apa yang kamu pikirkan saat membuat blog usai resign?
Simple banget dulu. Jadi, dulu aku mikir, ya coba aja dulu. Setahun. Kalau enggak jalan ya udah. Cari kerjaan kantoran lagi. Nah, ternyata, belum satu tahun aja blog aku udah jalan.
Menurut kamu, apa yang membuat blog kamu sukses dalam waktu singkat?
Dulu, aku sih mikirnya itu karena hoki. Saat itu, media sosial baru berkembang. Jadi semua orang cari informasi tentang segala sesuatu dari Internet. Aku terbantu dengan Twitter, Instagram. Nah, media sosial ini membantu untuk memasarkan blog. Selain itu, aku juga sudah berkomitmen untuk menulis dalam beberapa kali dalam seminggu. Tanpa komitmen, blog tidak akan sukses.
Pernahkah merasa takut saat memutuskan untuk keluar dari pekerjaan demi menjadi travel blogger?
Enggak. Gimana, ya? Aku tuh sejak dulu dikenal teman-teman dengan orang yang go with the flow. Sejak kuliah di jurusan seni rupa, karena memang suka gambar, terus banting stir ke perusahaan media, itu juga ikutin arus aja. Jadi pada saat resign, kekhawatiran itu hampir enggak ada. Selain itu, aku juga ada tabungan. Jadi aman.
Dari mana mendapatkan dana untuk berjalan-jalan?
Kalau aku lihat, blog itu sebenarnya media. Nah, jadi kalau menurut aku, ada beberapa blogger yang mendapat penghasilan dari blog mereka. Sistemnya ada yang diundang, lalu kita bikin artikelnya. Karena aku lama di media, aku melihat blog itu juga sama seperti media. Kan kalau di media ada yang namanya advertorial. Blog juga sama.
Butuh waktu lama hingga kamu mendapat sponsor?
Enggak sampai setahun. Cepat. Aku merasa memang momennya tepat. Sosial media lagi naik. Dan ada elemen-elemen yang saling terkait. Juga, terbantu dengan hubungan baik. Jadi, aku dan teman—teman sering banget menolong pekerjaan kita satu sama lain.
Bukan Lihat Uang, Travel Blogger Sejati Menulis dari Hati
Usai resign, kamu jalan-jalan ke mana?
Setelah resign dan buat blog, aku memutuskan untuk pergi ke Bali. Waktu itu September 2012. Enggak ada alasan apa-apa, cuma mau diving sendirian aja.
Ada beberapa tipe traveler. Ada yang senang adventure, ada yang senang backpacker. Kenapa kamu memilih untuk mengunjungi tempat wisata yang indah-indah?
Ya, ada macam-macam jenis traveler memang. Aku juga enggak tahu kenapa. Mungkin karena aku suka dengan seni. Dan memang latar belakang pendidikan aku kan seni. Jadi, pada saat menulis dan mengambil gambar setiap destinasi wisata, aku ingin menunjukkan pemandangan terindah di lokasi itu. Pemandangan terbaik. Artinya membutuhkan momen dan waktu yang terbaik juga. Sehingga merepresentasikan destinasi di saat waktu terbaiknya.
Jadi, ketika aku pergi ke suatu tempat, dan ternyata cuacanya sedang tidak mendukung, aku biasanya cari waktu lain untuk kembali lagi ke tempat itu. Untuk mendapatkan the best moment, foto terbaik.
Ada juga momen terbaik yang aku dapat karena faktor keberuntungan. Seperti waktu itu, ke Pulau Komodo. Aku dapet momen yang sangat luar biasa. Langitnya biru, airnya tenang, bening banget. Sampai guide-nya yang sering ke sana juga merasa kagum. Jadi, aku berusaha untuk mendapatkan representasi terbaik dari setiap destinasi. Dan aku lebih ke visual, dengan membagikan foto dan juga video.
Apakah mungkin, menjadi travel blogger tanpa meninggalkan pekerjaan kantoran?
Sebenarnya enggak harus meninggalkan pekerjaan. Ada beberapa orang yang bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan traveling. Ada juga kok, travel blogger yang punya pekerjaan full time di samping jadi blogger. Ada juga yang memang, meskipun bekerja, pekerjaan mereka lebih flexible.
Tapi begini, blogger yang sukses enggak pernah berpikir untuk menjadikan uang sebagai tujuan. Kalau yang aku lihat begitu. Karena itu, apa yang kita share itu benar-benar dari hati. Seperti aku, dulu aku ingin bikin blog yang bagus, yang seperti majalah. Ada juga orang yang karena iseng. Tapi memang banyak orang yang akhirnya keluar dari pekerjaan mereka.
Pada awal mendirikan blog, apakah baik untuk berfokus pada pendapatan dari blog tersebut?
Ya itu tadi, orang-orang yang beneran sukses sebagai blogger itu sepertinya tidak memikirkan soal uang pada awalnya. Jadi, mereka memberikan yang terbaik untuk pembaca. Ada beberapa travel blogger yang mementingkan sponsor dan lainnya. Tapi sayang, akhirnya menulisnya jadi kurang jujur. Selain itu, kamu juga butuh komitmen.
Kerja menjadi blogger, aku itu enggak punya bos yang marahin aku. Enggak ada juga orang yang bakal mendorong aku untuk terus nge-post. Artinya cuma diri aku yang bisa diandelin. Sulit, sih. Tapi harus berkomitmen.
Bagaimana cara kamu menjaga komitmen untuk terus menulis blog?
Menjaga komitmen itu susah. Kadang aku juga tergoda. Tapi aku berusaha untuk terus menulis secara berkala. Jadi aku punya buku apa saja yang ingin aku tulis. Semacam memberikan dead line untuk diri sendiri. Dan, lama-lama juga jadi terbiasa. Jangan lupa, jaga hubungan baik.
Menurut kamu, bagaimana masa depan travel blogger?
Aku rasa ini akan naik terus. Karena bagaimana pun, lewat Internet orang mencari informasi. Tinggal tergantung bloggernya, dia mau mengikuti perkembangan zaman atau enggak. Sekarang ini, banyak juga travel blogger yang ikut buat vlog. Ini juga jadi salah satu referensi buat orang yang mencari informasi terkait. Soal tren, travel blog ini enggak akan mati.
Semakin banyak orang ikut traveling, apa tanggapan kamu?
Tanggapan sih, positif aja. Bagus. Di kota-kota besar, orang kalau cuti biasanya traveling. Dengan adanya traveling, keekonomian pemerintah juga bakal meningkat. Ini sih yang menjadi dampak positif, saat traveling jadi ngetren.
Marischka Prudence menjadi salah satu contoh bagi pencinta alam dan traveling lainnya. Seperti yang disampaikan Pru, menjadi blogger bukan semata-mata mencari sponsor atau uang. Tapi membagikan kisah perjalanan yang benar-benar dari hati.