Fimela.com, Jakarta Bagi beberapa pelancong, musim hujan mungkin saja tak jadi waktu terbaik untuk traveling. Namun, seperti kebanyakan hal, 'teori' itu pun tak bersifat absah. Meski 'air langit' jatuh memburu, kamu bisa tetap melakoni perjalanan dengan alasan-alasan berikut.
Low season. Mungkin tak banyak disadari, namun musim hujan merupakan waktu terbaik untuk mendapat harga akomodasi paling terjangkau. Mulai dari transportasi (biasanya pesawat terbang), hingga tempat bermalam, semua membanderol harga dengan sangat-sangat menarik.
Sensasi berbeda. Dengan hujan yang turun, cuaca di sekitar otomatis akan berubah. Coba saja sambangi Ubud ketika musim penghujan tiba. Dijamin, kamu bisa menjajal ajaibnya di tengah hamparan sawah yang sedang hijau-hijaunya.
Advertisement
BACA JUGA
Rombak jadwal. Tak jadi halangan, namun hujan malah menggali kreatifitas lebih dalam. Merombak jadwal untuk disesuaikan dengan cuaca bisa jadi satu cara terbaik. Jika biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di luar ruang, maka agenda berbeda bisa dilakoni kali ini, termasuk mengunjungi sumber air panas, mengikuti kursus memasak, wisata kuliner dan bertandang ke museum.
Menambah skill. Hampir terkait dengan poin ketiga, musim penghujan sepertinya sangat efektif untuk mengasah kemampuan traveling. Dengan cuaca yang bisa dikatakan tak cukup ideal, kamu diharuskan berimprovisasi di satu-dua hal. Secara sengaja maupun tidak, sejumlah kemampuan akan terasah.
Lebih romantis. Ingat saja apa kata Gil Pender di Mignight in Paris bahwa sang kota berikon Eiffel Tower itu akan terasa berbeda ketika hujan turun. Bukan apa-apa, melainkan jadi lebih romantis. Coba kamu pikirkan sendiri, kota mana yang jadi tak lebih romantis saat diguyur hujan?