Fimela.com, Jakarta Di beberapa titik Ibu Kota, tahun baru Hijriyah dirayakan dengan acara pengajian dan pesta kembang api layaknya tahun baru masehi. Namun hal yang berbeda terjadi di tanah Jawa. Tanggal 1 Oktober kemarin juga bertepatan dengan hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro.
BACA JUGA
Advertisement
Berbeda dengan Ibu Kota, perayaan malam 1 Suro di Jawa dilaksanakan dengan ritual khusus. Biasanya, peringatan ini dilakukan setelah maghrib pada hari sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan pergantian hari di Jawa mulai saat sang saka terbenam di hari sebelumnya.
Dihimpun dari berbagai sumber, salah satu ritual yang diadakan pada malam 1 Suro adalah siraman. Mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan kembang setaman. Hal tersebut dilakukan untuk menyucikan diri, hati, pikiran dan menjaga panca indera dari hal negatif. Selain itu pada bulan ini masyarakat Jawa pun menggiatkan ziarah ke makam leluhur untuk menghormati dan menghargai jasa mereka.
Bukan hanya menyucikan diri dan menghargai jasa leluhur, ritual larung sesaji atau sedekah alam pun dilakukan. Berbagai bahan ritual pun disajikan ke laut, tempat-tempat suci, serta gunung. Meski seringkali dianggap musyrik, namun ritual ini miliki nilai filosofi. Yakni, sebagai simbol kesadaran yang bersikap horisontal yakni penghargaan manusia terhadap alam karena alam semesta merupakan sumber penghidupan manusia.