Fimela.com, Jakarta Di Indonesia, ada banyak kasus kerasukan setan, atau juga sering disebut kesurupan. Bentuknya bermacam-macam. Ada yang hanya meracau dan menggunakan bahasa asing, padahal orang tersebut tak pernah belajar bahasa tersebut. Ada juga yang mengamuk hingga mengakibatkan cedera bahkan bisa menghilangkan nyawa.
Begitu banyak ragam wujud kerasukan. Ditambah lagi, gambaran kerasukan ini diperkuat dengan berbagai video yang bisa diakses di Internet, serta film-film yang menceritakan bagaimana seseorang saat kerasukan setan. Orang yang tak percaya boleh saja tak peduli. Tapi orang yang percaya dan setidaknya penasaran, mendorong banyak orang untuk mencari bukti kebenaran di balik fenomena yang populer tersebut.
Advertisement
BACA JUGA
Masih dari Vice yang berusaha menguak bagaimana sebenarnya kesurupan dan pengusiran setan dilakukan di Amerika Serikat. Vice berbincang-bincang dengan dua orang ahli, Pendeta Lampert dan juga Michael Shermer. Pendeta Lampert telah menceritakan bagaimana pengusiran roh jahat itu dilakukan sejak tahun 1614 hingga sekarang.
Namun, ada pertanyaan lain yang mungkin mengganggu pikiran banyak orang. Fenomena banyaknya orang kesurupan di Amerika Serikat menimbulkan tanya dan keraguan, apakah benar orang mudah untuk dirasuki.
Penderta Lampert mengatakan, sebenarnya, kasus kerasukan setan itu sangat jarang. Hanya ada 1 di antara 5000 orang yang menghubunginya, yang betul-betul kerasukan. Untuk melakukan upacara pengusiran setan, Pendeta Lampert tak bisa bekerja sendirian. Dia dibantu seorang asisten yang bertugas menerima telepon dan pengaduan. Asisten Pendeta Lampert mengatakan, ada banyak orang yang hanya ingin keluh kesahnya didengarkan, bukan benar-benar kerasukan atau diganggu roh jahat.
Pendeta Lampert mengira mungkin itu bukan kerasukan, tapi dia memiliki masalah kesehatan mental. Meskipun begitu, untuk menangani orang-orang yang benar-benar kerasukan, dia membutuhkan beberapa alat. Dia selalu membawa injil dan air suci. Dia lantas mencipratkan air suci ke atas kepala orang yang kerasukan. Dia bercerita, orang itu lantas mulai mengatakan sesuatu yang dia bahkan tidak tahu bahasa apa itu. Pendeta Lampert lalu berdoa. Kemudian memerintahkan roh jahat tersebut untuk pergi.
Setiap orang memiliki pandangan masing-masing mengenai hal ini. Ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya. Pandaangan Michael Shermer, pendiri majalah Skeptical sekaligus mantan Evangelical Christian mungkin sedikit berbeda dari Pendeta Lampert. Dia mengatakan penelitian mengenai pengusiran setan populer sejak ada majalah Skeptical. Di Amerika, dia menjelaskan, 1 di antara 10 orang mengaku telah melihat proses pengusiran setan.
Shermer menerangkan, ciri-ciri orang kesurupan yang bisa dilihat di Youtube atau film dokumenter semuanya memiliki kesamaan. Mulai dari glossolalia (fenomena mengucapkan bahasa yang tak diketahui, terutama pada saat ibadah) hingga gerakan-gerakan lainnya, seperti memuja sesuatu dalam sebuah upacara keagamaan. Apa yang mungkin belum terbukti secara ilmiah tentu saja mengundang kecurigaan, keraguan, dan mendorong mereka untuk membuat penelitian.
Beberapa ahli bahasa menganalisa apa yang orang-orang kesurupan ucapkan melalui rekaman. Dan ternyata, mereka mengatakan apa yang diracau bukan 'bahasa.' Tapi sebuah babble atau ocehan yang sesungguhnya merupakan psikodrama. Shermer mengatakan, di dunia ini hanya ada sesuatu yang normal, alamiah, dan hal-hal yang belum bisa orang jelaskan. Sementara Pendeta Lamper mengatakan, orang akan percaya dengan apa yang mereka percaya. Dia tak akan memaksa orang lain untuk mempercayai apa yang dia percaya.