Sukses

Lifestyle

Saksi Kubu Jessica, Dr Djaja Ahli Forensik DNA Pertama

Fimela.com, Jakarta Usai sidang ke-19 Jessica Kumala Wongso, kasus "Kopi Sianida," nama salah satu saksi ahli kubu Jessica menjadi bahan perbincangan masyarakat. Adalah Dr Djaja Surya Atmadja SpF, PhD, S.H., DFM, saksi ahli dari pihak Jessica. 

Nama Djaja mulai jadi perbincangan masyarakat, lantaran kesaksiannya mengenai bibir dan kuku biru Wayan Mirna Salihin, yang membuat sang ayah, Edi Darmawan Salihin naik pitam. Pasalya, Djaja menyebut secara teoritis, jika seseorang terkena sianida dan keracunan, maka bibirnya seharusnya berwarna merah. Liputan6 menulis, faktanya, bibir Mirna berwarna kebiru-biruan. 

Djaja juga dijadikan perbincangan lantaran banyak orang mengira dia diragukan sebagai saksi ahli. Padahal, Djaja sebenarnya dikenal sebagai Dr Forensik DNA pertama di Indonesia. Mengenai hal ini, Humas Universitas Indonesia pun juga pernah menyimpan sebuah kliping koran yang menyatakan hal yang sama. Terlebih lagi, dalam artikel yang terbit pada 10 Agustus 2006, pun menceritakan mengenai sosok Djaja. 

Ahli patologi forensik Djaja Surya Atmadja yang dihadirkan tim kuasa hukum Jessica Wongso pada sidang perkara pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (7/9). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Disebut, Djaja merupakan satu-satunya doktor forensik dari 80 orang ahli forensik Indonesia yang mengkhususkan diri meneliti DNA. Sementara Liputan6 menulis, Djaja merupakan ahli patologi yang mengajarkan mata kuliah toksikologi, terutama sianida, sejak tahun 1990 di Universitas Indonesia. Ia juga adalah satu dari 84 persen orang di Indonesia yang dapat mencium bau sianida dalam kadar 1 mg dan juga merupakan dokter spesialis DNA pertama di Indonesia. 

Keahliannya ini juga diakui Maman Suherman, seorang wartawan senior. Maman menulis pada akun Facebooknya, bahwa Djaja kerap dilibatkan polisi untuk memastikan identitas seorang teroris melalui tes DNA. Dia juga dikenal sebagai ahli yang 'penicumannya' sangat diakui. Bersama muridnya, dr. Evi Untoro, Djaja merupakan orang Indonesia pertama yang membuat database DNA penduduk Indonesia pada 2009.

Ahli patologi forensik Djaja Surya Atmadja yang dihadirkan tim kuasa hukum Jessica Wongso pada sidang perkara pembunuhan Wayan Mirna Salihin di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (7/9). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Dia meneliti database tersebut di Scientific and Technical Research Center, Ministry Justice Investigation Bureau, di Taiwan. Bukan hanya keahlian dan 'jam terbangnya,' dalam kliping Humas UI tersebut, Djaja juga disebut-sebut sebagai orang yang benar-benar ahli dan cerdas dalam bidangnya. Pasalnya, dia mengaku tak pernah membayar uang pendidikan, sejak taman SD hingga lulus program Doktor. 

Seperti membaca komik dan novel-novel detektif, kegemaran Djaja mengenai forensik dan keilmuannya bermula dengan kesukaannya terhadap cerita-cerita detektif karya Agatha Christie dan Sir Arthur Conan Doyle. Hobi itu ternyata membawanya menuntut ilmu di Kobe School of Medicine, di Jepang. 

Jessica Kumala Wongso tersenyum dengan Penasehat hukumnya saat sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin, Jakarta, Rabu (7/9). Menurut Ahli Patologi Forensik RSCM, sianida ada di lambung setiap orang. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Kisah menarik tentang ahli forensik yang lahir pada 19 Mei 1990 ini ternyata tak melulu tentang sepak terjangnya di dunia forensik. Tapi juga masa kecilnya. Djaja ternyata datang dari keluarga miskin. Ayahnya, penjaga toko kelontong yang harus memenuhi kebutuhan 10 anaknya. Terlepas dari masa lalunya ini, kini Dr Djaja sedang dibicarakan, lantaran banyak orang berkesan kesakian Djaja diragukan pada saat hakim menguji kesaksiannya, di sidang Jessica soal kematian Mirna. 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading