Sukses

Lifestyle

Eksklusif, Ryan Godokusumo Sukses Jembatani Klien dan Desainer

Fimela.com, Jakarta Tak banyak anak muda yang sanggup mewujudkan ide yang tadinya masih abstrak, menjadi konkrit. Tak heran, mendirikan sebuah usaha tak mudah, apa lagi mengadopsi sebuah model bisnis yang belum begitu familiar di Tanah Air. Tapi bukan Ryan Gondokusumo namanya, kalau menyerah begitu saja. 

Ryan, salah satu CEO muda yang sukses mendirikan Sribu.com dan Sribulancer ini tak menyangka jika akan memimpin sebuah startup yang dinilai sangat sukses. Awalnya, ketika dia masih kecil, cita-citanya sebenarnya ingin menjadi pilot. Namun pada akhirnya memilih untuk kuliah di Purdue University, Indiana, Amerika Serikat. Jurusannya teknik elektro. 

Sempat melanglang buana setelah lulus kuliah selama satu tahun, Ryan kemudian memilih untuk pulang ke Tanah Air dan bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang travel. Siapa sangka, setelah beberapa tahun bekerja di perusahaan tersebut, Ryan menemukan sebuah masalah penting yang membutuhkan sebuah solusi. 

Ryan Gondokusumo (Foto by Adrian Putra/Bintang.com Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Saat itu, dia dan perusahaan akan membuat kalender. Tapi, desain kalender yang dibuat desainer internal tidak juga memuaskan keinginan atasannya. Dia lantas membuat sebuah kompetisi di sebuah forum online. Hasilnya, mereka malah kebanjiran desain, hingga mencapai 200 desain. Dari sinilah, ide untuk melahirkan Sribu yang menjembatani antara klien dengan para desainer muncul. 

"Jadi, kalau klien mau bikin banner misalnya, memang bisa saja pergi ke percetakan. Tapi, dari sini naik mobil, macet-macetan, perlu beberapa jam sampai akhirnya bertemu desainer. Susahnya lagi, biayanya sangat mahal. Nah, makanya kami ciptakan Sribu.com yang menjembatani antara klien dengan desainer. Klien tak usah membuang waktu, harga terjangkau, dan desainer juga tidak rugi kalau karyanya pada akhirnya tidak jadi dipilih klien. Karena, karyanya mereka juga bisa dipasarkan lagi," kata Ryan kepada Editor Feed Karla Farhana, dan Fotografer Bintang.com Adrian Putra. 

Ryan Gondokusumo (Foto by Adrian Putra/Bintang.com Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Mendirikan Sribu.com dan Sribu Lancer dengan sistem crowdsourcing tidak mudah. Dia menceritakannya kepada Bintang.com, mulai dari perumusan ide, cara mendirikannya, hingga seluk-beluk tentang kedua produk tersebut. Berikut hasil wawancara selengkapnya. 

Awal Mula Kelahiran Sribu.com

Bagaimana awal berdirinya Sribu.com?

Sribu.com itu sebenarnya sudah mulai pada 2011 akhir. Tapi, memang berdiri secara resmi pada tahun 2012.

Dari mana ide untuk membuat Sribu.com ini muncul?

Sebelum itu, saya sempat bekerja di sebuah perusahaan. Kami waktu itu ingin membuat sebuah desain kalender. Pilihannya hanya satu, yaitu menggunakan internal desainer. Tapi, ketika sudah jadi, desainnya tidak ada yang cocok. Berkali-kali, bolak-balik, atasan saya tetap tidak suka dengan desain dari internal desainer.

Akhirnya, saya pasang iklan kompetisi di sebuah forum online. Siapa yang desain kalendernya kami suka dan pakai, desainernya dapat hadiah. Setelah pasang pengumuman itu, saya mendapatkan sekitar 200-an desain dari para desainer. Saya kasih lihat ke atasan saya, dia kagum dengan hasil kompetisi itu. Sampai bingung juga mau pilih yang mana.

Dari sinilah saya mulai berpikir. Klien itu mau dapat desain yang sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka. Dengan adanya banyak masukan desain dari para desainer ini, tentu saja sangat membantu para klien yang membutuhkan.

Ryan Gondokusumo (Foto by Adrian Putra/Bintang.com Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Masalah apa yang kamu temukan dan bagaimana Sribu.com menjadi solusi dari masalah tersebut?

Masalahnya, wadah untuk memasang iklan kompetisi tersebut itu adalah forum. Saya kira bukan tempat yang pas untuk memasang sebuah iklan kompetisi. Jadi, dari sinilah saya akhirnya mendirikan Sribu.com.

Selain itu, klien ingin desain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan klien itu sangat beragam. Banyak banget. Mereka ingin desainnya itu bervariasi. Tapi, budget-nya pasti besar. Di sisi lain, para desainer itu kalau mau mencari uang tambahan agak sulit. Nah, Sribu.com ini menjembatani antara desainer dan juga klien.

Kenapa menggunakan sistem Crowdsourcing?

Jadi, saya saat itu kuliah di luar negeri, di Amerika Serikat. Di sana, ada satu perusahaan yang namanya Crowdspring. Kalau saya, dari pada kita mikirin model bisnis yang baru, lebih baik menggunakan bisnis model yang lama dan diterapkan di Indonesia.

Ryan Gondokusumo (Foto by Adrian Putra/Bintang.com Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Sistem Crowdsourcing saat itu belum begitu familiar, dari mana belajarnya?

Sistem ini memang belum begitu familiar di masyarakat Indonesia. Juga di dunia bisnis Tanah Air. Tapi, waktu itu memang saya belajar-belajar, sih. Belajar sendiri.

Setelah kuliah di Amerika, kenapa memutuskan untuk kembali ke Indonesia?

Saya dulu kuliah di bidang teknik. Setelah lulus, saya sempat bekerja setahun di sana. Kenapa kembali, pertama, tidak ada visa. Kedua, saya juga berpikir, sih. Banyak orang Indonesia yang ingin jadi resident di sana. Tapi lama. Bisa 7 tahun baru keluar. Lagi pula, orangtua saya di sini.

Jawab Kebutuhan dan Berikan Solusi

Beberapa orang yang sempat berkarier di luar negeri pilih kembali ke Indonesia karena ingin membangun negaranya sendiri. Apakah kamu juga punya keinginan seperti itu?

Ya, juga ada keinginan seperti itu. Tapi begini, yang saya punya ini kan hanya sesuatu yang kecil. Nah, membicarakan Indonesia yang besar, tetap saja akan datang dari atas. Sama dengan perusahaan. Kalau pemimpinnya enggak bener, ke bawahnya juga pasti enggak beres.

Apakah masalah yang Crowdspring hadapi itu sama dengan apa yang Sribu hadapi?

Ya sama. Orang mau bisnisnya jalan, sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Tapi, dengan biaya yang terjangkau. Karena itu sistem dan model bisnisnya bisa saya terapkan.

Apakah mendirikan perusahaan ini sendirian?

Oh, saya mendirikan ini berdua dengan saudara saya. Dia bagian programming.

Ryan Gondokusumo (Foto by Adrian Putra/Bintang.com Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Mewujudkan sebuah ide hanya dengan dua kepala, kesulitan apa yang dihadapi?

Yang pasti susah. Pertama-tama kami membuat sebuah research dulu. Jadi, semuanya dimulai dari data. Masalah apa yang ada? Terus, lihat di luar negeri sudah ada solusi seperti apa? Terus bagaimana marketing di Indonesia? Baru pikirkan jenis produk apa yang ingin kami buat. Dan intinya, memang harus fokus kalau mau buka usaha. Melalui tahap ini, akhirnya lahirlah Sribu dan Sribulancer yang menjembatani antara klien dengan desainer, juga freelancer.

Desain apa saja yang bisa klien pesan di Sribu.com?

Ada 21 kategori desain. Termasuk logo perusahaan, banner, desain untuk leaflet, brosur, dan lainnya. Kami juga mewadahi komunitas untuk para desainer.

Sukses dengan Sribu.com, apakah ada hal lain yang menarik minat?

Ya, setelah Sribu.com mendapatkan sambutan yang cukup baik, saya berpikir tidak hanya mau bermain di desain grafis saja. Tapi juga di bidang lain. Seperti jasa pemrograman, digital marketing, konsultasi, data entry, jasa SEO, dan lainnya. Akhirnya lahirlah Sribulancer di bulan Januari 2015.

Ryan Gondokusumo (Foto by Adrian Putra/Bintang.com Digital Imaging by Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Sejak berdiri, ada berapa klien yang sudah bekerja sama dengan Sribu dan Sribulancer?

Hingga hari ini, Sribulancer sudah punya 3.000 klien. Sementara, freelancer yang sudah bergabung dengan kami sudah mencapai 70.000 freelancer.

Dinilai sukses mendirikan startup, apa yang sekarang ingin kamu lakukan?

Untuk sekarang, saya hanya ingin lebih fokus dengan Sribu.com dan Sribulancer. Mungkin fokus saya masih di Indonesia. Tapi, saya juga berpikir untuk bermain di ranah luar negeri.

Apakah masih ada keinginan atau goal yang ingin kamu capai di tahun depan?

Kalau misi, itu tadi. Ingin mencoba ke ranah internasional. Tapi kalau goal, mudah-mudahan tahun depan sudah ada 10.000 klien. Ini 10.000 untuk masing-masing, ya. Sepuluh ribu untuk Sribu, 10.000 lagi untuk Sribu Lancer.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading