Fimela.com, Jakarta Septian Suryawirawan, jika enam tahun lalu nama tersebut disebut, maka sudah pasti tidak ada satupun yang mengenalnya. Namun tengoklah ia sekarang, ketik nama Septian Suryawirawan dalam mesin pencarian Google, maka kamu akan mendapatkan berbagai artikel yang menulis tentang dirinya. Pemuda yang dulu ditelantarkan orangtua kini sudah menjadi miliarder, miliarder muda asal Surabaya, begitulah kiranya isi dari artikel tersebut.
BACA JUGA
Advertisement
Bukan hanya itu, berita yang paling menghebohkan dan menjadi viral tentang Septian Suryawirawan adalah ketika dirinya menggelar pesta pernikahan pada pertengahan bulan Juli lalu. Ketika itu dia tidak hanya menggelar sebuah resepsi pernikahan yang mewah, tapi juga memberikan sebuah hadiah doorprize yang sangat mengejutkan banyak orang, yakni sebuah apartemen untuk salah satu tamunya yang beruntung.
Ya, saat ini pemuda berusia 27 tahun yang akrab disapa Tian tersebut bisa dibilang telah menjadi seorang pengusaha yang sukses. Bayangkan, dalam setahun Tian bisa mendapatkan penghasilan sebesar US$ 1 juta, atau sekitar 14 miliar. Namun tentu saja semua yang ia dapatkan kini bukan tanpa kerja keras, pasalnya sebelum menjadi pengusaha yang bergerak dibidang bisnis aplikasi, Talk Fusion, ia sempat bekerja sebagai badut untuk menghidupi dirinya sehari-hari.
“Waktu masih dalam kandungan, kira-kira usia enam bulan orangtua saya sempat ingin menggugurkan saya. Namun Tuhan berkata lain, akhirnya keluar dan ternyata hidup. Kabar buruknya saat itu orangtua saya malah melarikan diri dari rumah sakit,” cerita Tian saat ditemui Bintang.com di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
“Semenjak saya dilahirkan, saya dirawat oleh nenek saya, mama dari papah saya. Saat lahir di usia enam bulan, tentu saja saya memiliki banyak sekali kekurangan, seperti kekurangan darah. Namun berkat nenek saya yang berusaha untuk mencari donor, saya bisa hidup hingga sekarang,” jelas anak kedua dari tiga bersaudara tersebut.
Jelek, menjijikan, dan seperti monyet, menurut Tian itulah gambaran masa kecil Tian yang lahir prematur tersebut. Sempat dibuang oleh orangtuanya, lalu bekerja jadi badut, hingga menjadi miliarder itulah beberapa kisah hidup yang Tian bagikan kepada Bintang.com. Mau tahu cerita lengkapnya? Berikut ini perbincangan Bintang.com bersama pengusaha muda Septian Suryawirawan.
Advertisement
Tak Pernah Menyesali Masa Lalu
Tidak seperti anak-anak kecil lainnya, masa kecil Septian Suryawirawan bisa dibilang sangat menyedihkan. Tian yang dibuang oleh orangtuanya sendiri, sejak kecil hingga dewasa sang neneklah yang bekerja keras untuk membesarkannya. Bukan hanya dibuang oleh orangtuanya sendiri, bahkan Tian yang cuma lulus sekolah SMP tersebut menceritakan bahwa ia pun selalu menjadi korban bully.
Masa kecil Anda sebenarnya seperti apa?
Bisa dibilang serba cukup. Nenek saya seorang pedagang telur puyuh di warung-warung. Saya sering masuk rumah sakit berkali-kali, karena saya lemah. Nenek saya sudah seperti mama saya, bahkan ketika banyak sekolah dan orang-orang menolak dan tidak menghendaki keberadaan saya, nenek sayalah yang terus melindungi saya dan menyemangati saya.
Tapi bagaimana hubungan Anda dan orangtua serta kakak atau adik Anda?
Kelas 2 SD saya mulai dikenalkan oleh orangtua saya. Saya mulai dititipin ke mereka. Namun saya tidak betah, karena mereka mendidik saya dengan kasar. Bayangkan orangtua saya manggil saya 'peleh' yang artinya idiot, kalau nenek saya itu manggil saya Tian. Kalau sama kakak dan adik memang tidak ada kedekatan sampai sekarang.
Kenangan masa kecil yang tidak akan pernah bisa Anda lupakan?
Saya pernah dipukul pakai gayung sampai pecah. Akhirnya saya kabur dan balik ke nenek. Sampai sekarang saya ingat, kejadiannya seperti apa saya ingat itu. Tapi jujur, saya tidak dendam sama orangtua saya. Saya hanya menghargai mereka sebagai orangtua saya.
Lalu bagaimana ceritanya Anda bisa bekerja menjadi badut?
Saat ingin berusaha untuk menghidupi diri sendiri dan nenek tiba-tiba ada keluarga saya yang jauh sekali menawari saya menjadi badut di Mall Tunjangan Plaza Surabaya, itu tahun 2003. Saat itu saya masih kelas 3 SMP, jadi setelah pulang sekolah dari jam 3 sampai jam 9 malam, cuma dibayar Rp 20 ribu sampai Rp 35 ribu per-event.
Sempat ketika jadi badut itu saya pingsan karena kepanasan. Tapi mau gimana lagi, kalau saya nggak kerja kasihan nenek saya di rumah. Walaupun ketika jadi badut banyak yang mencemooh saya, katanya saya tidak bisa jadi badut karena badan saya sangat lemah. Saya jadi badut hanya enam bulan, setelah itu saya beralih menjadi pesulap.
Kenapa jadi tertarik sama dunia sulap?
Saya lihat seni sulap ini menghibur orang, walaupun awalnya saya memang tidak suka. Tapi lama-kelamaan saya ketagihan, saya main sulap, dan banyak orang yang suka. Dari situ saya mulai serius untuk berkarier di dunia sulap. Saya cari event untuk pertunjukan sulap di perusahaan-perusahaan besar. Dan hasilnya saya pernah hanya show selama enam menit saya dibayar Rp 15 juta. Dari situ saya mikir kalau sulap tuh enak, modal cuma kotak dan munculin orang dibayar Rp 15 juta. Saya melihat karier ini sangat menjanjikan.
Katanya setelah menjadi pesulap Anda juga pernah menjadi promotor?
Masa kejayaan sulap sudah usai, lalu muncul girlband dan boyband. Tapi, dari situ saya muncul sebuah ide, saya ingin menjual event-event mereka. Akhirnya pertama kalinya saya menjual event Sm*sh dan Cherrybelle. Job pertama ketika memasarkan mereka lumayan, saya mendapatkan puluhan juta. Jujur saya memang nggak punya modal, tapi saya punya ide dan satu M, yakni mulut. Dananya pun sebenrnya itu saya dapat bantuan dari om saya yang kebetulan saat itu anaknya sangat suka dengan Cherrybelle. Namanya om Fery, jadi apapun event-nya, saya dapat modal dari dia.
Fokus Kepada Tujuan Awal
Dibalik masa kecilnya yang suram, Septian Suryawirawan mengaku belajar banyak hal dari sang nenek. Niat Tian cuma satu, ia ingin mengubah hidupnya dan membahagiakan neneknya. Jadi, apapun yang terjadi, meskipun banyak kesulitan yang ia hadapi, ia tetap maju. Menurutnya selama Tuhan masih memberikan nafas untuknya, ia akan terus berusaha untuk mencapai mimpinya, yakni menjadi orang sukses.
Apa hubungan Anda dengan magician Romy Rafael?
Awalnya saya ingin mengubah kehidupan saya dengan pergi ke Jakarta. Ketika mengikuti salah satu acara sulap, walaupun saya tidak berhasil lulus, tapi setelah itu Tuhan mempertemukan saya dengan Romy Rafael. Dia menawari saya untuk menjual event-nya di Surabaya, dan saya bilang bisa. Itu sebuah kebanggaan buat saya, padahal saya SMA saja nggak lulus. Meskipun sebenarnya nenek saya tidak setuju kalau saya pergi ke Jakarta. Tapi saya ingin mencapai tujuan saya, saya mau sukses. Saya nggak mau pulang ke Surabaya nggak bawa apa-apa, jadi saya bertahan dan terus berusaha.
Lalu menurut Anda kapan hidup Anda mulai berubah?
Saya ketemu teman lama Marcell Halim, di usia muda dia sudah menjadi miliarder, umurnya baru 17 tahun. Lama nggak ketemu, akhirnya saya bertemu lagi di Jakarta. Dia menawarkan saya untuk mempromosikan buku dia. Dia bilang ke saya, katanya saya pekerja keras tapi nggak kaya-kaya, katanya ada yang salah pada diri saya. Saya sempat termenung lama, ia juga ya, saya kerja lama tapi nggak punya apa-apa.
Setelah itu saya di presentasiin bisnis aplikasi di tahun 2012 lalu bergabung, dan kenapa saya bergabung, saya cuma melihat tiga hal, pertama saya liat pengundang saya, selama pengundang saya nggak pernah menipu saya, nggak pernah menyakiti saya, saya percaya. Kedua yang ditawarkan teknologi, bisnis aplikasi di bidang video komunikasi, yang namanya teknologi ini berbicara masa depan, ketiga dapatnya dolar tapi tinggalnya di Indonesia. Dan modalnya waktu yang ditawarkan sama saya nilai franchise-nya sangat kecil, makanya saya langsung ambil.
Yang memotivasi Anda untuk terus berjuang walaupun banyak sekali masalah dalam hidup Anda?
Sebelum nenek saya meninggal, tahun 2014, nenek saya berpesan katanya saya harus sukses dan harus segera beli rumah. Jadi dari situ saya bekerja keras dengan kendaraan bisnis saya video komunikasi, Talk Fusion ini saya bisa mewujudkan impian-impian saya. Yang awalnya mungkin itu terlihat sangat mustahil, tapi di bisnis teknologi ini hidup saya berubah. Saya memulai Talk Fusion di tahun 2012 akhir sampai sekarang.
Tapi jujur kalau di bisnis teknologi uang yang saya dapatkan itu masih sangat minimal sekali karena dibidang teknologi itu uangnya miliaran, kalau saya bertahan di bisnis Talk Fusion saya yakin beberapa tahun lagi saya bisa tembus income ratusan M bahkan triliun juga bisa dapat.
Setelah sukses apa yang tidak berubah dari seorang Septian Suryawirawan?
Jujur, mukanya sama. Yang berubah hanya pakaiannya, dulu baju nggak bermerek. Sekarang pakaian-pakaian saya bermerek, cuma itu saja bedanya, yang lain tetap sama.
Meskipun banyak yang bilang bahwa ia kini telah menjadi pengusaha yang sukses, namun menurut Septian Suryawirawan banyak impiannya yang belum terwujud. Salah satu impian terbesarnya adalah menggelar sebuah konser akbar yang tanpa sponsor dan konser tersebut juga digelar untuk amal. ”Kesuksesan itu menurut saya sederhana, kita harus selalu melihat peluang itu dengan positif, jangan apa-apa pesimis. Yakin kesuksesan itu berada di waktu yang tepat dan di tempat yang tepat. Jangan lupa harus peka,” pungkas Tian.