Fimela.com, Jakarta "Ini bermula dari kecintaan kami pada traveling dan ketertarikan untuk tak menjajal paket tur, melainkan lakukan perjalanan dan mengeksplorasi kehidupan lokal," tutur Aleksandra Kolesnikova ketika bertandang ke kantor Bintang.com di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (27/7).
Bersama dengan sang travelmate Dimitrii Abdugafarov, perempuan berusia 20 tahun itu telah mencicip ekostisme sekaligus kerasnya 'jalanan' Asia Tengah untuk kemudian berbelok ke Tiongkok, lalu pergi ke selatan, hingga mencapai Jayapura di timur Indonesia. "Kami memilih Asia karena belum banyak traveler yang menjelajahnya," sambung perempuan yang akrab dipanggil Sasa itu kepada Bintang.com.
Advertisement
BACA JUGA
Di samping merealisasikan keinginan untuk melakoni independent tour, keduanya mengaku tengah berada di sebuah proyek ilmiah. "Namun ini bukan jenis proyek ilmiah yang serius. Kami hanya mengamati bagaimana keseharian penduduk lokal di suatu tempat untuk nantinya dituliskan dalam sebuah blog," papar Aleksandra.
"Kami berkeinginan memberi informasi tentang jalan atau daerah mana yang aman untuk turis. Karena hal semacam ini sulit didapatkan di internet," katanya. Memulai perjalanan September tahun lalu, keduanya berusaha hanya menghabiskan biaya maksimal $2/hari.
"Kami hanya membeli makanan. Biaya itu di luar visa. Kami biasanya mendirikan tenda atau diperbolehkan bermalam di rumah warga lokal," ujar Aleksandra. Namun tak jarang, keduanya juga tidur di gereja, musala, atau tempat pengisian bahan bakar minyak.
Namun kebanyakan, kata Aleksandra, mereka akan diundang bermalam di rumah penduduk lokal. "Karenanya kami sering melihat bagaimana orang menjalani hidup sehari-hari," tambahnya. Ketika ditanya pengalaman paling menarik, mereka sepakat bercerita dengan begitu semangat tentang perjalanan melintasi Sumatera menuju Jakarta.
"Waktu itu truk melintasi Palembang di pertama dari tiga malam yang kami lalui. Semua gelap dan jalanannya buruk sekali. Saat itu ada dua pengendara sepeda motor yang menyuruh supir berhenti, namun ia tak melakukan demikian. Kami sempat terlempar beberapa kali dari tempat duduk. Itu cukup berbahaya," kenang Aleksandra.
Mencicip pesona tanah Jawa hanya dalam beberapa hari, keduanya langsung bertolak ke Kalimantan, kemudian Sulawesi, dan langsung menuju Papua. "Kebanyakan perjalanan kami habiskan dengan menumpang. Truk atau kapal. Kami mendapat banyak bantuan," kata Dimitrii dalam bahasa Rusia yang kemudian diterjemahkan Aleksandra.
Namun malang tak dapat dihindari, ketika naik kapal dari Jayapura ke Nabire, tas milik Dimitrii, di mana di dalamnya terdapat paspor, juga uang, hilang. "Kami sempat marah saat itu," aku Aleksandra. Namun dengan bantuan warga lokal, keduanya akhirnya bisa pergi ke Surabaya dengan kapal, kemudian melakoni 12 jam perjalanan kereta api menuju Jakarta.
Meski tertimpa nasib yang kurang menyenangkan, keduanya menjawab 'iya' tanpa ragu ketika ditanya apakah ingin kembali mengunjungi Indonesia. "Tentu saja! Aku ingin mengulang pemandangan favoritku di Papua ketika bisa melihat lepas Samudra Pasifik dengan biru yang begitu cantik," ujar Aleksandra.