Fimela.com, Jakarta Setiap orang ingin memiliki kehidupan yang sejahtera. Sejahtera kehidupannya, sejahtera juga keluarganya. Tapi ada begitu banyak jalan berliku dan saling terjalin hingga kusut. Tak mudah mencari jalan tercepat dan tepat untuk meraih kesuksesan.
Baca Juga
Karena itulah, para motivator hadir untuk membantu banyak orang menemukan jalan, cara, dan kunci yang tepat menuju kesuksesan. Salah satunya, Michael Yo.
Dibandingkan dengan motivator ternama lainnya, Michael terlihat berbeda. Bukan lantaran usianya yang begitu muda, tapi tujuan dan bidangnya. Michael Yo fokus memberikan program untuk para remaja, agar mendapatkan pondasi yang kokoh dalam hidup mereka. Sehingga, mereka mampu menjadi pribadi yang siap menyongsong masa depan nan cerah.
Advertisement
Bukan hanya itu, ada satu hal lagi yang menarik dari dirinya. Pria kelahiran 1991 ini ternyata merupakan Indonesia No. 1 Outstanding Motivator, sejak dia berusia 18 tahun. Di usianya yang sangat belia, dia mampu menjadi motivator yang sukses.
Michael memiliki banyak hal yang sanggup membuat orang kagum. Tapi bukan itu yang menjadikannya patut diberi gelar "outstanding." Perjuangannya untuk menjadi seorang motivator sekaligus penulis buku Breal Your Jail to be Success inilah yang sanggup menginspirasi banyak orang.
Tidak mudah bagi Michael Yo untuk bisa menjadi motivator dan pengusaha sukses di usia yang sangat belia. Ketika lulus SMA, sang ayah pergi dari rumah. Meninggalkan dirinya, sang ibu, dan adik. Keadaan menjadi semakin sulit ketika sang ayah pergi bukan hanya meninggalkan keluarganya. Tapi juga utang ratusan juta. Namun rintangan dan kehidupan yang sulit itu tak menjadikannya menyerah begitu saja. Kepada Karla Farhana, editor Feed Bintang.com, Michael Yo mengisahkan perjalanannya hingga menjadi motivator muda.
Advertisement
30 Kali Gagal Melamar Kerja
Sekarang Mas Michael apa kesibukannya?
Kalau ditanya apa kesibukan saya sekarang ini? Sekarang saya banyak mengisi acara pada akhir pekan. Untuk Remaja Sukses. Kalau Senin hingga Jumat saya berbisnis.
Bagaimana awal mula kisahnya hingga bisa menjadi mentor muda?
Awal mula, ketika saya SD, SMP, SMA, saya adalah anak yang saat itu minder. Saya tidak punya prestasi. Saya masuk ke dalam dunia yang boleh dibilang lingkaran hitam. Yaitu gamers. Waktu itu, saya, meskipun tidak punya uang saya paksakan untuk tetap main game. Kalau pun sama sekali tidak punya uang, saya pasti tetap akan datang meski hanya menonton orang main game.
Apa yang membuat kamu tersadar dan ingin berubah?
Singkat cerita, ketika saya lulus SMA, Tuhan ternyata memberikan saya sebuah cobaan. Jadi, sejak dulu memang orangtua saya sering bertengkar. Puncaknya, ketika saya lulus SMA, mungkin ayah saya juga sudah persiapkan, dia pikir saya sudah besar dan cukup mandiri dan dia akhirnya pergi. Pergi tanpa berkata apa pun kepada saya terlebih dahulu. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga. Adik saya masih sekolah. Di situlah titik balik ketika saya harus berjuang demi keluarga. Itu tahun 2008.
Apa yang kamu lakukan untuk menyelamatkan kehidupan keluarga?
Saat itu, kami ditinggalkan utang ratusan juta. Saat itu, buat saya, utang segitu itu terlalu banyak. Tapi saya yakin dan percaya, kalau ada kemauan pasti ada jalan. Saya tidak menyerah dalam urusan pendidikan dan juga berusaha untuk menyelamatkan perekonomian keluarga.
Bagaimana kamu memperjuangkan pendidikan saat itu?
Saya akhirnya pilih satu kampus yang waktu itu memang perwakilannya datang ke sekolah saya. Dia menawarkan laptop. Jadi, dengan uang pangkal sekian, saya bakal dapat laptop. Saya saat itu memberanikan diri datang ke tempat Om saya. Jadi, saat itu memang dia sudah diutangin. Dan pada saat itu juga saya ingin berutang kembali. Saya yakinkan Om saya kalau saya ingin berjuang demi keluarga dan juga pendidikan saya. Ini untuk masa depan. Saya bilang, “Om, izinkan saya kuliah. Ini ada laptop, kalau Om berani untuk memberikan saya DP kuliah.” Om saya akhirnya setuju. Tapi dia tanya lagi, nanti semesterannya bagaimana? Saya bilang, itu nanti biar saya perjuangkan. Jadi, akhirnya saya kuliah malam dan pagi hingga sore saya bekerja.
Apa yang kamu sadari saat berkuliah?
Ketika saya mulai berkuliah, ada satu hal yang saya sadari. Ternyata, tidak ada orang yang bodoh. Orang bisa pintar, hanya ada dua resep. Manusia di dunia ini hanya dua tipe, mereka mau malas atau mau rajin? Ketika mereka mau rajin, semuanya berubah. Tadinya, saya selalu duduk paling belakang. Saat kuliah, saya akhirnya duduk paling depan.
Trik ini ternyata berhasil. Karena saya duduk paling depan, mau tidak mau saya tertular dengan anak-anak lain yang duduk satu deret dengan saya. Saya akhirnya jadi rajin mencatat dan memerhatikan dosen di depan. Sejak itu, saya punya kebiasaan baru; rajin.
Apa yang kamu dapat saat itu dari usaha yang keras dan rajin?
Puji Tuhan, saya akhirnya mendapatkan IP saya sempurna. Saya diberikan beasiswa dari kampus. Beasiswa full. Dari awal sampai akhir, selama 8 semester. Saya juga menjadi lulusan terbaik. Menurut saya, itu merupakan prestasi yang semua orang bisa dapatkan. Masalahnya, apakah orang lain mau atau tidak untuk lebih rajin? Ini bukan masalah lebih pintar atau tidak. Bukan masalah bisa atau tidak.
Bagaimana dengan pekerjaanmu pada saat itu?
Pekerjaan saya, saat itu saya kuliah sambil kerja. Saya satu kampus dengan pacar saya dulu. Nah, pada saat kami sama-sama kuliah, pacar saya dapat kerja duluan. Baru melamar, langsung diterima. Sepertinya mudah sekali. Sementara saya, harus mencoba 30 kali melamar pekerjaan. Saya ingat, angkanya benar-benar 30 kali. Lulusan SMK. Nilai saya tidak buruk, tapi ada satu hal yang menjadi alasan kenapa saya sulit diterima bekerja. Saya lolos semua seleksi, kecuali saat wawancara kerja.
Kalau dianalisa sekarang ini, apa yang membuat kamu dulu tak pernah lulus wawancara kerja?
Jadi ternyata, saya itu sebelumnya tidak pernah menerima pendidikan karakter. Pendidikan mental. Pendidikan mindset. Saya hanya dapat ilmu pengetahuan. Karena saya gamers, saya lulus dengan nilai baik dan punya ijazah, tapi jadilah saya yang tidak punya pendidikan mental. Saat saya diwawancara, akhirnya saya gugup. Saya tanya kepada teman—teman saya, kenapa saya tidak pernah diterima kerja? Karena kamu orangnya gugupan, kata mereka.
Apa yang kamu lakukan untuk memperbaiki mentalmu?
Akhirnya saya berusaha untuk menghilangkan gugup itu. Pada lamaran ke-31, saya akhirnya diterima kerja sebagai staff admin. Waktu wawancara kerja, saya masih tetap gugup. Jadi, saat itu saya diterima bekerja, bukan karena sudah tidak gugup. Tapi karena atasan saya merasa kasihan kepada saya. Muka saya soalnya sudah hopeless. Saya diterima sebagai staf admin gudang toko kain.
'Soft Skills' Sebagai Fondasi Diri
Apakah kehidupan menjadi lebih baik saat kamu sudah bekerja saat itu?
Yah, saya diterima sebagai staf admin gudang di sebuah toko kain. Gudang kain. Banyak debu dan membuat napas sesak. Tugas saya saat itu mencatat barang masuk dan keluar. Ringan sih, masih enak. Tapi begitu musim Lebaran tiba, abang-abang tukang kain itu sudah banyak yang pulang kampung. Otomatis tidak ada orang di gudang. Akhirnya, yang angkat kain siapa? Ya saya sendiri. Selama tiga bulan saya kerja di sana, berat badan saya turun drastis. Kedua, saya tidak punya uang. Saat itu, makanan paling mewah adalah nasi, acar, dan teri.
Menjalani kehidupan yang berat, apa yang kamu lakukan saat itu?
Akhirnya, saya tiduran di atas tumpukan kain yang sangat tinggi. Tumpukan yang paling atas. Saya kemudian berdoa. Tuhan, sampai kapan saya harus begini? Ternyata, Tuhan menjawab hanya tiga bulan. Momen ini datang ketika saya harus memeriksa barang di gudang jam 3 pagi. Dan saya akhirnya memilih keluar dari pekerjaan itu.
Saya bilang kepada atasan saya, saya tidak punya mental karyawan. Saya harus punya mental pengusaha. Saya harus mengubah kehidupan saya. Perjalanan hidup saya akhirnya dimulai.
Usaha apa yang pertama kali kamu lakukan?
Saat itu saya memulai untuk memilih usaha yang modalnya saya punya. Modal awal itu saya punya Rp 80 ribu. Bisnis yang saat itu paling menggiurkan hanya Multi-Level Marketing (MLM). Saya akhirnya memutuskan ikut karena tergiur dengan hadiahnya. Satu tahun dapat mobil mewah, dua tahun dapat kapal pesiar. Saya akhirnya tergiur.
Apa yang kamu pelajari ketika berbisnis MLM?
Jujur, saya ditempa ketika saya ikut bisnis MLM Saya mendapatkan banyak pelajaran. Saya harus jadi ini—itu. MC, pesan taksi, harus ketemu banyak orang, harus melakukan presentasi, dan banyak hal lainnya. Semua itu adalah sesuatu yang dulunya saya sama sekali tidak bisa. Tapi ternyata, ini bukan masalah bisa atau tidak. Sekali lagi, ini masalah mau atau tidak.
Saya akhirnya pilih ‘mau,’ karena saat itu saya punya tujuan. Tujuan saya lebih besar dari pada ‘bisanya’ saya. Saat itu akhirnya saya berubah.
Apakah bisnis MLM kamu sukses saat itu?
Tidak sukses. Bisnis MLM saya, selama setahun, tidak sukses. Tapi selama setahun, saya mendapatkan income cukup besar untuk hidup. Tapi yang paling berharga adalah, soft skills yang saya dapatkan dari MLM.
Kenapa soft skills sangat penting buat kamu?
Karena pendidikan hanya ibarat sebuah bangunan. SD, SMp, SMA, S1, S2, dan S3 itu semua bangunan. Terus, fondasinya apa? Soft skills itu tadi. Kalau fondasinya itu tidak kuat, ya bangunannya bisa hancur. Dan pondasi itu adalah karakter. Karakter apa yang harus dibangun dalam diri seseorang jika ingin sukses? Karakter seperti team work, pantang menyerah, dan lainnya. Apa pun yang dibutuhkan untuk menjadi pengusaha sukses. Kedua, mental. Untuk mendapatkan mental, tidak bisa dengan teori.
Setelah berbisnis MLM, apa bisnis yang kamu jalani?
Dari MLM, saya beralih ke bisnis asuransi. Saya dulu berpikir, MLM dulu saja tidak susah-susah amat. Apa lagi di asuransi. Saat itu sales asuransi.
Apa yang kamu pelajari saat bekerja sebagai penjual asuransi?
Jadi, ada satu pelajaran berharga saat saya berbisnis asuransi, yaitu empati. Saya diajarkan, bagaimana nasib seseorang, 10 tahun dari sekarang saat dia sudah punya tabungan banyak, habis hanya untuk biaya pengobatan karena tidak punya asuransi.
Bagaimana kisahnya, dari berbisnis asuransi, banting stir menjadi motivator remaja?
Saat itu, ada satu pekerjaan yang berbeda rasanya pada diri saya. Yaitu ketika saya harus bicara di depan banyak orang. Termasuk saat saya harus ngemsi. Ada perasaan yang berbeda ketika saya berbicara di depan banyak orang. Ternyata, saya punya passion di bidang ini. Saya dan teman saya akhirnya mendirikan sebuah EO, bersama pacar dan adik saya yang saat itu sudah kuliah. Ide saya, saat itu lebih ke arah partnership.
Jadi dulu ide saya begini, apakah dua orang motivator bisa berdiri di saat dan tempat yang sama? Motivator yang sudah punya nama, pasti jadwalnya akan penuh. Perusahaan dan juga perorangan ingin mendengarkan dan mengundang mereka yang sudah punya nama. Akhirnya, saya berpikir untuk melakukan kolaborasi dengan motivator ternama.
Apa tujuannya saat itu?
Jadi, kalau saya dekat dengan para motivator ternama, saya juga akan dikelilingi orang sukses. Saya bakal tertular kesuksesan mereka. Minimal kecipratan. Akhirnya, ide itu berjalan dengan baik. Kami para motivator saling berbagi job. Di sinilah titik terangnya.
Sejak saat itu, Michael Yo menjadi motivator muda yang luar biasa. Semangatnya tak pernah redup. Meskipun sempat menjalani banyak rintangan dan harus melewati masa-masa yang sangat sulit, dia tetap gigih dan terus berjuang tanpa ada kata menyerah. Dia kini dikenal sebagai Indonesia No. 1 Outstanding Motivator sejak usia 18 tahun, Founder Michael Yo Corporation yang bergerak di dalam beberapa bidang, mulai dari pendidikan hingga poultry.