Fimela.com, Jakarta Meski momen Idul Fitri telah lewat sejak beberapa hari lalu, namun atmosfer dari hari raya umat Muslim ini masih terasa menyelimuti kalbu mereka yang merayakan Hari Kemenangan. Bicara soal Idul Fitri atau yang lebih kesohor di Indonesia dengan sebutan Lebaran, rasanya nggak afdal jika nggak membicarakan fenomena mudik yang pasti terjadi pada setiap hari Lebaran tiba.
BACA JUGA
Advertisement
Dari fenomena tersebut, sebagai anak dari orangtua perantau, saya baru menyadari bahwa Idul Fitri bukan hanya sekadar Hari Kemenangan setelah 30 hari berhasil menahan apa-apa yang membatalkan puasa, namun juga Hari Kemenangan bagi para perantau yang notabene sebagai pejuang LDR (Long Distatance Relationship) dengan keluarga atau bahkan pasangan mereka. Baik di masa kini atau masih di masa depan sana.
Ya, jika dikerucutkan lagi seperti celana pensil cabe-cabean, maka merekalah, kaum LDR yang benar-benar merayakan kemenangan di hari nan suci ini. Bukan bermaksud mengkubu-kubukan golongan Hamba, namun, demikianlah keadaannya. Rasa bahagia para pejuang LDR yang merayakan hari Lebaran dijamin akan berlipat ganda keberadaannya jika mereka bisa mudik ke kampung halaman setelah berbelas-belas atau berpuluh-puluh purnama meninggalkan sanak saudara. Jika Anda termasuk di dalamnya, saya yakin Anda akan mengamini setiap kata sejak paragraf pertama.
Ngomong-ngomong soal LDR, saya rasa, tak ada satu orang pun di dunia ini yang menginginkan LDR di antara hubungannya. Termasuk saya dan dia yang ada di Jogja pastinya ehehe. Namun, hidup adalah pilihan, saya atau Anda tak bisa menyalahkan sang bunda yang mengandung atas LDR yang terjadi di antara kita. (“Kita? Lo aja sama temen-temen lo yang makan gorengan 5 tapi bilangnya 3!”) Sebab, manusia terlahir dengan akal yang disebut-sebut lebih baik dan sempurna dari makhluk lain. Dengan akal, manusia bisa memilih untuk LDR atau tidak. Yak sip.
Kembali ke momen mudik saat Idul Fitri. Sebagai anak dari orangtua perantau yang LDR dari keluarga besar, mau tidak mau, saya pun juga terkena imbasnya, yakni menjadi pejuang LDR Depok-Klaten dan Purworejo sama seperti orangtua saya. Menjadi pejuang LDR dengan nenek, kakek, om, tante, bude, pakde, sepupu, ponakan, dan pacar. Eh.
Menjelang hari Lebaran, bahkan jauh sebelum ibadah puasa terlihat hilalnya, kedua orangtua saya sudah sibuk mempersiapkah tiket mudik yang banyak diburu oleh para perantau lainnya dibantu oleh kerabat yang bekerja di salah satu perusahaan BUMN transportasi darat di Indonesia. Inisialnya K, A, dan I. Eh.
Meski terasa rempong, namun menurut saya, di situlah seninya mudik bagi para pejuang LDR saat Lebaran tiba. Ketika jatah cuti di-approve HRD dan tiket di tangan adalah harga mati dari sebuah kemenangan hari raya yang sesungguhnya. Tak lupa ditambah THR (Tunjangan Hari Raya) yang kembali menyumbang nyawa pundi-pundi rekening. Ah nikmatnya~
Dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan yang tak terhingga, kali ini saya akan mencoba menguraikan beberapa alasan kenapa pejuang LDR layak untuk menjadi pemenang mutlak saat hari raya Idul Fitri. Here we go!
Advertisement
Kenapa LDR adalah pemenang sejati saat Idul Fitri?
Merawat rindu bukanlah hal yang mudah. Menghamba sejenak pada rutinitas, beberapa orang yang tercatat sebagai pejuang LDR rela untuk tidak memanjakan rindu mereka dengan pertemuan yang segera. Demi memenuhi tanggung jawab di sebuah institusi dan mengumpulkan pundi-pundi rupiah, mereka memilih untuk merawat rindu dengan pupuk kesabaran yang dimiliki. Tsaelaaah!
Tentunya, hal ini bukan hal yang mudah untuk dijalani dan dirasakan. Meski rindu tak selalu harus dimanja dengan pertemuan, namun merawatnya lebih lama pastinya akan butuh perjuangan yang panjang, tenaga yang lebih ekstra, kesabaran yang tak kenal batas, serta hati yang keras.
Menghadapi tekanan-tekanan dengan berbekal semangat berbentuk peluk dan kecup virtual itu hanya membuat dada sesak tak menentu. Semakin tinggi pohon tumbuh, maka semakin kencang angin yang menerpa. Begitu pula yang terjadi dengan manusia. Semakin bertambah usia, semakin luas lingkup kehidupan sosial, semakin tinggi jabatan, dan semakin-semakin yang lainnya, maka, semakin tinggi pula masalah, tantangan, dan cobaan yang menghamiri untuk minta dibenahi.
Saat berada di titik-titik terendah, munafik rasanya jika kita tak membutuhkan suntikan semangat dari orang-orang terkasih secara langsung. Tak perlu banyak kata, duduk semeja, bercerita tentang apa saja, menertawakan hidup yang sedang berengsek-berengseknya, lalu mengakhiri dengan rangkul yang mengakrabkan. Syukur-syukur ada peluk yang menguatkan.
Sebaliknya, saat jauh dari orang-orang terkasih, suntikan semangat dalam bentuk sentuhan seperti itu akan lebih sulit untuk diwujudkan menjadi nyata. Mentok-mentok paling juga dapat peluk dan cium virtual. Pffft. Sesak dada ini, Bang.
Ibadah puasa bukan soal bersama siapa Anda menjalankannya, namun, beribadah bersama keluarga bisa jadi cara paling indah mengumpulkan pahala. Ya, alasan lain kenapa para pejuang LDR layak jadi pemenang mutlak di hari Lebaran yakni karena kemampuan mereka melewati hari demi hari untuk menjalani ibadah puasa tanpa kehangatan keluarga atau si dia. Bagi mereka, buka puasa bersama dalam satu meja meski hanya dengan teh manis dan sebiji kurma adalah harga mahal untuk dirasakan secara nyata.
Mereka mungkin bisa saja berbuka puasa dengan teman-teman sepergaulan, namun dalam hati yang terdalam, bisa jadi mereka tetap merindukan orang-orang terkasih yang ditinggalkan. Uuuuw~
Memasuki penghujung bulan puasa, ada beberapa hal yang satu persatu datang memanjakan rindu untuk segera disudahi dengan elegan. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan ketika satu persatu kenikmatan datang menghampiri? Sebut saja THR, gaji, cuti, selembar tiket di tangan untuk merayakan Lebaran dan kenikmatan-kenikmatan lain yang tak boleh kamu lupakan kehadirannya.
Mungkin, hal-hal di atas adalah hal yang lumrah dan umum untuk didapatkan. Namun, Anda perlu Anda garis bawahi, jika waktu tak bisa dibeli. Dan kini, para pejuang LDR mendapatkan keduanya. Waktu dan uang secara bersamaan. Menang banyak, bukan? Ketika Tuhan memberikan jasmani dan rohani sehat wal afiat, saldo rekening yang hampir nggak muat, serta ketersediaan waktu yang tak lagi membuatmu lagi terisak, maka, nikmat Tuhan mana lagi yang perjuang LDR dustakan?
Selamat Lebaran, para pejuang LDR! Tabik~ :D
Febriyani Frisca
Editor Kanal Unique