Fimela.com, Jakarta Di masa sekarang ini, banyak orang berlomba untuk mengejar kesejahteraan. Kadang kita sendiri lupa untuk bersyukur dengan anugerah dan rezeki yang diberikan oleh Tuhan.
Sering kali kita juga mengukur anugerah dan rezeki yang kita punyai dengan milik orang lain yang berada di 'atas' kita. Kita sendiri terlalu sering melihat ke 'atas' tanpa pernah melihat ke bawah.
Advertisement
Baca Juga
Ibaratnya kita berjalan dengan kepala melihat ke atas tanpa memperhatikan jalan yang ada di depan. Akibatnya ketika ada halangan atau rintangan, kita pun jatuh karenanya.
Seandainya kita sejenak melihat orang-orang yang berada di 'bawah' kita, pasti kita akan menyadari betapa luar biasanya anugerah dan rezeki yang sudah diberikan oleh Tuhan. Sebagai contoh, kita masih bisa menikmati tidur di kasur yang empuk, sementara banyak anak-anak di kolong jembatan masih kedinginan oleh angin malam.
Setiap hari kita masih bisa untuk makan, sedangkan banyak orang juga yang masih harus memeras keringat terlebih dahulu hanya untuk mencari sesuap nasi. Memang kita tidak akan pernah puas jika kita selalu memandang ke 'atas'.
Memang melihat ke 'atas' itu terlihat indah. Jujur saja, dalam hati kita pasti pernah terbesit, 'enak ya jadi orang kaya. Bisa beli ini, beli itu tanpa harus pikir panjang'. Hal yang harus diingat adalah setiap orang di dunia ini punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Advertisement
Jika Tuhan Merupakan Pebisnis
Memang jika kita jadi orang kaya, kita bebas jadi masalah? Tentu saja tidak, semakin kita berada di atas, semakin kencang juga angin yang menerpa kita.
Sekali lagi, tetaplah bersyukur dengan apa yang kita punya. Kita berandai-andai jika Tuhan merupakan seorang pebisnis. Bagaimana jadinya jika harus membayar oksigen dan nitrogen yang setiap hari kita hirup?
Manusia membutuhkan 2880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen setiap hari. Harga oksigen sendiri Rp 25.000,- per liter, sedangkan nitrogen sendiri Rp 10.000,- per liter. Bearti setiap hari, kita harus membayar Rp 185.760.000,- hanya untuk bernapas.
Saya yakin, sekaya-kayanya orang di dunia ini tidak akan mampu membayar biaya bernapas. Jadi masihkah kita tidak bersyukur dengan semua anugerah dan rezeki yang sudah diberikan oleh Tuhan?
Saya menulis artikel ini bukan untuk mematahkan semangat Anda untuk mengejar impian. Akan tetapi, saya hanya mengingatkan jangan terlalu sering untuk melihat ke 'atas', tidak ada salahnya untuk melihat ke 'bawah'.
Sekali lagi apapun keadaan Anda, tetaplah bersyukur. Memang hidup tidak akan pernah lepas dari masalah. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan memandang masalah tersebut dari sudut mana.