Fimela.com, Jakarta Hampir seluruh artikel mengenai kesuksesan dan kegagalan menuangkan sebuah ide, di mana kegagalan adalah pintu lapisan pertama, kedua, ketiga, hingga kamu menemukan sebuah batas yang kamu namakan sendiri dengan kesuksesan. Sayangnya, dunia ini memiliki begitu banyak pintu. Karena itulah, tak semua orang bisa menemukan pintu terakhir menuju keberhasilan.
Baca Juga
Beberapa kali salah memilih pintu, inilah yang sering disebut dengan gagal. Sekali gagal, kamu masih bisa memilih pintu-pintu lainnya. Kamu masih punya jutaan kesempatan yang bisa kamu ambil kapan saja.
Tapi, pada satu saat kamu akan mengalami sebuah kesalahan. Kamu memilih sebuah pintu yang salah. Namun karena banyak hal, kamu tak bisa keluar dan mencari pintu lainnya. Kamu terjebak. Kamu seakan jatuh ke dalam jurang dan tak lagi sanggup berdiri. Mungkin terdengar cheezy di telinga banyak orang. Tapi suatu waktu, pasti kamu akan merasakan situasi ini.
Advertisement
Salah satunya Heidi Priebe, salah satu kontributor Thought Catalog yang juga menceritakan kisahnya saat mengalami kegagalan yang paling parah dalam hidupnya. Sebuah kegagalan memang hampir selalu akan menorehkan luka tanpa darah. Tapi kegagalan kali ini bukan saja menimbulkan perih.
1. Ada satu kegagalan yang juga membunuh harapan dan juga semangat. Kamu mulai merasa tak ada lagi guna untuk berjuang sekali lagi. Kamu merasa semuanya akan menjadi sia-sia. kata "sudah terlanjur" yang akan selalu kamu utarakan setiap kali ada orang lain yang bertanya atau memberi saran.
2. Tapi tak mengapa. Menyadari kesalahanmu merupakan satu pertanda baik. Ditambah lagi, kamu betul-betul sadar di mana letak kesalahan itu. Kesalahan mungkin tak bisa diperbaiki. Tapi yang paling penting adalah, kamu tetap berdiri tegak di belakang sebuah 'kegagalan.' Kamu tak lari begitu saja. Kamu berdiri di belakang pilihanmu sendiri. Inilah bentuk lain dari tanggung jawab.