Fimela.com, Jakarta Menunggu. Ya, hanya itulah hal yang bisa aku lakukan saat ini. Saat aku terbayang semua tawa dan canda kita di masa lalu, hal tersebut sangatlah menyakitkan. Kini aku hanya bisa menatap layar telpon genggam dan menunggu kata sapaan yang selalu kamu kirimkan setiap pagi.
Baca Juga
Namun tentu saja hal tersebut tidak bisa terjadi. Ini memang salahku, membiarkanmu pergi dan sibuk dengan duniaku sendiri. Kamulah yang selama ini bersabar menungguku memalingkan mata dari dunia dan sekejap saja menatapmu. Aku tahu ini sudah terlambat, namun ternyata yang selama ini aku butuhkan hanya satu 'hai' darimu untuk membuktikan bahwa aku masih miliki arti.
Advertisement
Ingin aku akhiri. Rasanya ingin ku akhiri saja semua penantian ini. Aku tahu bahwa tak pantas lagi ku memulai meski hanya sekedar menanyakan kabarmu. Aku mengerti bahwa kamu begitu tersakiti sehingga menoleh padaku saja dirimu enggan. Namun, tak adakah celah di hatimu yang masih tersisa untuk memaafkanku?
Maafkan aku. Ya, penyesalan ini memang masih membayangi. Kamu yang begitu setia menunggu di setiap waktu sibukku. Kamu yang menyempatkan diri untuk mengingatkan hal kecil. Maaf karena aku melewatkanmu. Maafkan aku yang tak bisa menghargai setiap detik berhargamu yang tentu saja tak dapat tergantikan.
Berbahagialah dengan hidupmu yang baru. Meski aku masih tertawan dalam kisah kita, hati ini selalu memanjatkan doa untuk kebahagiaanmu. Ya, meski bukan dalam dekapku, diri ini selalu mengharapkan kebahagiaan menyertai setiap napas dan degup jantungmu. Meski ingin ku langkahkan kaki menuju halaman lain dalam buku kehidupan, namun nyatanya wajahmu masih selalu terbayang.