Fimela.com, Jakarta Berbicara soal muslim di Afrika, angan sebagian orang mungkin akan terbentang ke Maroko. Dengan kota yang sarat akan latar dongeng 1001 malam, serta harum daging domba di sudut-sudut bazaar, kota di barat Afrika tersebut merupakan refleksi Islam, selain Mesir di benua hitam.
Namun demikian, nun jauh di selatan Afrika sana terdapat satu kota warna-warni dengan atmosfer Islam yang kentara. Adalah Bo-Kaap, kota di lereng Signal Hall yang jadi jejak lain Islam di benua tetangga Asia ini. Bukan seperti Chefchaouen yang seragam, Bo-Kaap menawarkan keberagaman warna.
Advertisement
Baca Juga
Kawasan yang dihuni Melayu muslim ini tersusun atas jajaran rumah dengan perpaduan arsitektur khas timur dan neoklasik, serta julangan kubah masjid di antara 'labirin' jalan kota. 'Impor' seperti yang terjadi di Suriname konon jadi asal mula penduduk Melayu memadati kota dengan susunan batu abad ke-17 ini.
Waktu bergulir, namun Bo-Kaap tak lantas kehilangan identitas sebagai rumah tinggal para pemeluk Islam. Masjid Auwal yang masih berdiri tegak hingga kini sekiranya cukup jadi bukti konkrit eksistensi muslim di Bo-Kaap. Meski terdapat sejumlah masjid di Bo-Kaap, Auwal merupakan satu yang paling tua.
Tak sampai di situ, napas Islam pun kian kentara ketika lelaki bergamis dan memelihara jenggot, juga perempuan berbusana abaya, jilbab, atau burqa kerap terlihat di sejumlah sudut kota. Bo-Kaap dengan segala pesona dan keunikannya 'berbaring' sebagai bukti hormonisasi Islam dan Afrika.