Fimela.com, Jakarta Tangisan ibu Saeni pecah ketika puluhan anggota Satpol PP mengangkut semua makanannya. Rabu, 8 Juni 2016 lalu mungkin bisa menjadi adalah hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh wanita berusia 52 tahun yang akrab disapa Eni tersebut.
Baca Juga
Buat kamu yang belum tahu, Eni adalah salah satu pemilik warung tegal alias warteg yang jualan di Cikepuh, Pasar Rau, Kota Serang, Banten. Dia terkena razia lantaran dianggap melanggar aturan larangan warung buka siang hari di Bulan Suci Ramadan.
Sebelumnya Bupati Lebak memang telah menyebarkan Surat Edaran Bupati Nomor 190 /ADMIN.KESRA/V/2016 Tentang Larangan Kegiatan Dalam Bulan Suci Ramadhan Tahun 1437 H/ 2016 M. Namun memang tidak semua orang dapat menerima adanya aturan tersebut apalagi melihat cara Satpol PP ketika melakukan razia terhadap masyarakat kecil yang mencoba mencari rezeki.
Advertisement
Ya, dalam sebuah video yang beredar di media sosial terlihat bagaimana Eni, dengan wajah kebingungan itu menangis dan memohon supaya makanannya tidak di bawa oleh petugas Satpol PP yang terus berteriak kearahnya. "Tolong pak, tolong," mohon Eni kepada para petugas Satpol PP yang tengah sibuk memasukkan makannya ke dalam kantong plastik yang sudah mereka sediakan sebelumnya.
Video Eni nyatanya telah membuat jutaan masyarakat Indonesia tersentuh, bahkan ikut menangis. Para netizen seakan mengerti dan memahami bagaimana perasaan Eni ketika petugas Satpol PP satu persatu membawa makanannya, makanan yang modalnya ia dapat dari hasil pinjaman, makanan yang sudah sejak dini hari ia masak, makanan yang sudah enam tahun ini menghidupi keluarganya.
Netizen marah ketika tahu bahwa Satpol PP hanya merazia warung-warung kecil, sedangkan restoran besar yang umumnya buka selama 24 jam itu dibiarkan saja buka. Ada apa ini? Pertanyaan semua orang yang harusnya di jawab oleh para pemimpin yang membuat aturan atas dasar toleransi antar umat beragama tersebut.
Sebelum berbicara panjang lebar soal toleransi, ada baiknya kita kembali mengingat pelajaran yang sudah diajarkan oleh guru-guru kita ketika masih duduk di sekolah dasar. Ingatlah kembali bagaimana bunyi semboyan bangsa Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua.Ya meskipun penduduk mayoritas Indonesia adalah beragama Islam, namun harus disadari pula bahwa masyarakat di negeri ini tidak semuanya beragama Islam, jadi tidak semuanya menjalankan ibadah puasa.
"Kalau orang sakit bagaimana? Dia perlu makanan. Atau orang yang tidak puasa bagaimana? Jadi tidak boleh karena alasan itu, semena-mena sweeping," jelas Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK). Lagipula pemilik warung kecil yang tetap buka, seperti Eni contohnya telah cukup 'tahu diri' dengan memasang tirai di warungnya supaya orang-orang yang lewat tidak melihat aktivitas di dalam warung.
Faktanya Eni adalah seorang Muslim ketika melayani para pembeli ia tetap berpuasa, orang-orang yang makan dihadapannya tidak membuatnya ngiler lalu ingin makan. Eni, wanita asal Tegal itu telah meniatkan diri untuk berpuasa, tak ada satupun yang bisa membatalkan puasanya, apalagi jika hanya melihat orang makan.
Advertisement
Tangis yang Berakhir Bahagia
Tak lewat dari satu hari video ibu Eni telah tersebar ke berbagai media sosial dan mendapatkan komentar dari para netizen. Ada yang mendukung aksi para petugas Satpol PP, namun ada juga yang mendukung ibu Eni dan mengibarkan tanda pagar (tagar) #TimIbuWarteg di Twitter.
Bahkan salah satu komika Indonesia Dwika Putra, berinisiatif membuat gerakan galang dana bagi si ibu malang tersebut. "Saya serius. Saya ingin bantu ibu tadi. Saya yakin teman-teman sekalian ada yang berpikiran sama," tulis Dwika di akun Twitter miliknya.
Dan, sungguh tak pernah terbayangkan sebelumnya, sebuah kicauan nyatanya telah menggerakan hati para netizen untuk membantu ibu Eni. Sejak penggalangan dibuka pada Jumat (10/6/2016) hingga Minggu (12/6/2016), dana terhimpun mencapai Rp265 juta. "Terimakasih sebesar-besarnya untuk para donatur. Proses donasi resmi kami tutup," ujar Dwika melalui akun twitternya @dwikaputra.
Nantinya uang yang terkumpul tidak hanya diberikan oleh ibu Eni, tetapi juga pemilik warung lain yang terkena razia Satpol PP. Ya, saat ada rakyat kecil yang tertindas, seluruh masyarakat Indonesia bersatu dan membalasnya. Bukan dengan kekerasan, tapi dengan kebaikan. Inilah wajah Indonesia sebenarnya, Tanah Air tercinta yang masyarakatnya memegang teguh sikap toleransi dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kejadian yang menimpa ibu Eni tentunya kita harapkan tidak akan pernah terjadi lagi. Cukup ibu Eni saja yang berteriak dan memohon-mohon agar warungnya tidak di razia. Dan tentunya supaya kejadian ini tidak terulang lagi pemerintah perlu memikirkan lebih lanjut tentang pemberlakuan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010 tentang Pencegahan, Pemberantasan, dan Penanggulangan Penyakit Masyarakat.
Biarkan warteg ataupun rumah makan lainnya tetap bukan di bulan Ramadan, karena sekali lagi tidak semua orang berpuasa. Cukuplah dengan membuat peraturan warung makan yang berjualan saat Ramadan harus menutup warungnya dengan tirai.
Gadis Abdul
Editor Feed Bintang.com