Fimela.com, Jakarta Di saat semua orang cenderung berprinsip bahwa everything from the west is the best, memperkenalkan kosmetika lokal khas Indonesia bukanlah hal yang mudah. Tapi itulah yang dilakukan Martha Tilaar di tahun 70-an. Padahal saat itu ia bukan siapa-siapa dan tidak memiliki predikat apa pun yang bisa mendukung usahanya. Penolakan dan cibiran tak menghalangi langkahnya. Perjuangan dan kerja kerasnya membuahkan sukses bahkan hingga mendunia.
Baca Juga
Kini, di usia yang sudah tidak muda lagi pun, tekad kuat dan semangat DR. Martha Tilaar tetap tak tergoyahkan. Perusahaan yang ia bangun bersama dengan keluarganya memiliki satu misi yang akan selalu ia tegaskan kapan pun ia ditanya, yaitu menjadi perusahaan kosmetik dunia terdepan dengan nuansa ketimuran dan alami yang memanfaatkan penelitian, pengembangan riset dan teknologi modern untuk memberikan nilai tambah pada konsumen.
Sejak kecil Martha memang memiliki cita-cita yang besar, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk seluruh wanita di Indonesia. “Saya pikir kita harus menciptakan sesuatu untuk kita sendiri, daerah tropis berbeda dengan di luar negeri. Panasnya di sana nggak kayak kita. Aku harus menciptakan our own identity, sebagai wanita timur yang tinggal di Asia,” jelas Martha saat ditemui Bintang.com di kantornya, kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur.
Advertisement
Namun ternyata jalan yang harus ditempuh oleh ibu empat orang anak ini tidaklah mudah. Awalnya Martha mendirikan sebuah salon kecantikan di garasi berukuran 4x6 meter pada tahun 1970. Martha juga belajar cara meracik dan mengolah kosmetika alami, serta mengumpulkan data dan informasi mengenai ramuan dan jamu-jamuan untuk perawatan tubuh dari para orangtua, sesepuh hingga dukun beranak. Martha merasa beruntung dibesarkan di lingkungan keluarga pecinta seni budaya Indonesia, termasuk pula kebiasaan menggunakan kosmetika dan jamu tradisional. Hal tersebut mendorongnya untuk lebih memperdalam pengetahuan akan kosmetika tradisional dan jamu pada para pakarnya.
Meskipun belum banyak pesaing, tapi siapa yang menyangka bahwa Martha mendapatkan berbagai macam masalah yang datangnya malah dari masyarakat lokal. “Orang Indonesia menganggap saya orang gila, pulang dari Amerika malah belajar jamu ke kampung-kampung. Banyak yang sinis dan mencibir karena perawatan tradisional dianggap berbau mistik, irasional dan tidak higienis. Pendek kata, kampungan,” cerita Martha. Namun hal tersebut tidak menyurutkan langkah dan semangat Martha. Baginya, jamu bukan hanya sekadar obat-obatan yang sering digunakan oleh masyarakat yang tinggal di kampung, lebih daripada itu, baginya jamu merupakan kekayaan alam yang tidak ternilai harganya.
Setelah lulus sebagai sarjana pendidikan di IKIP Jakarta dan menjadi guru selama beberapa tahun, Martha memang memutuskan untuk pergi ke Amerika menyusul sang suami, Dr. Henry A. Rudolf Tilaar yang melanjutkan sekolah ke negeri Paman Sam tersebut. Di sanalah Martha membulatkan tekad untuk belajar kecantikan di Academy of Beauty Culture, Universitas Indiana. Pada tahun 1969 ia kembali ke Jakarta dan mulai membangun mimpi-mimpinya untuk membuat produk kecantikan dan lebih mengembangkan jamu di Indonesia. Ingin tahu lebih jauh tentang kisah hidup DR. Martha Tilaar? Berikut perbincangan Bintang.com bersama wanita yang murah senyum ini.
Advertisement
Wanita Tomboy yang Mencoba untuk Menyukai Dunia Kecantikan
Pertama kali bertemu Martha Tilaar kamu pasti akan langsung terpesona, ya, usianya memang sudah tidak muda lagi, tapi ibu dari Bryan Emil Tilaar, Pinkan Tilaar, Wulan Tilaar, dan Kilala Tilaar ini masih terlihat cantik. Namun siapa yang menyangka ternyata dulu Martha Tilaar adalah wanita tomboy.
Sejak kapan Anda suka dunia kecantikan?
Awalnya saya kan guru, saya tidak memperhatikan kecantikan, dulu itu tomboy, saya senang berenang, main badminton, macem-macem. Banyak yang ngatain saya kayak dakocan karena kulit saya gelap dan kurang memperhatikan penampilan. Jadi, ya sebenarnya waktu kecil saya sama sekali tidak suka dan tidak bisa makeup.
Lalu siapa yang mengajarkan Anda makeup untuk pertama kali?
Melihat anaknya dikatain kaya dakocan tentunya ibu saya sangat sedih. Beliau meminta saya untuk lebih peduli dengan penampilan. Dan akhirnya ibu saya membawa saya ke sahabatnya yang wajahnya cantik banget, namanya Ibu Titiek Purwosunu. Nah, semenjak itulah saya mulai belajar tentang kecantikan.
Bagaimana ceritanya Anda bisa sekolah kecantikan di Amerika Serikat?
Jadi setelah lulus kuliah saya menikah, baru delapan bulan menikah suami saya dapat beasiswa ke Amerika Serikat. Dulu kita kan belum punya uang, jadi suami ke Amerika, saya di Indonesia. Kita berdua sama-sama mengumpulkan uang, akhirnya setelah kumpul saya menyusul suami ke Amerika. Ya, di situlah saya belajar, tapi memang nggak langsung ikut kursus karena saat itu kami belum punya cukup uang.
Kalau tidak punya uang lalu bagaimana Anda bisa sekolah di sekolah kecantikan yang cukup mahal?
Nah, saya itu memang tidak bisa diem orangnya. Jadi waktu jalan-jalan ke taman saya lihat banyak ibu-ibu muda yang menggandeng anak-anaknya. Akhirnya saya berpikir untuk mengajar mereka. Saya buat selebaran bertuliskan,”I’m an elementary school teacher. I would like to baby-sit your children, while you are at school or in the office, please call me Dra. Martha Tilaar.” Dan ternyata banyak sekali yang datang. Dari situlah saya bisa mengumpulkan uang untuk sekolah di beauty academy.
Setelah itu Anda pun hingga sekarang masih suka berpergian ke luar negeri untuk belajar tentang kecantikan?
Ya, tidak dimungkiri bahwa tren kecantikan itu kan selalu berubah, mau tidak mau kita harus mempelajari itu. Tentunya kita harus memiliki inovasi supaya orang-orang nggak bosan. Jadi saya pernah membawa tas ransel yang beratnya 20 kilogram saat belajar ke Eropa untuk les kecantikan. Itu memang luar biasa perjalanannya, tapi ilmu yang saya dapat pun sangat banyak.
Apa bedanya dunia kecantikan di luar negeri dengan di Indonesia?
Produk Indonesia juga tidak kalah bagus, tapi tentunya banyak yang masih harus kita pelajari dan kembangkan agar produk kita tidak kalah dengan produk luar. Di luar negeri, peralatan dan teknologinya lebih canggih modern, dan scientific. Itu bisa kita terapkan di sini. Jadi kita bisa memadukan kearifan budaya dan pengetahuan leluhur serta sumber keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan produk-produk inovasi.
Martha Tilaar: “Orang Indonesia Harus Bangga & Menghargai Budaya Bangsanya”
Ketika masyarakat Tanah Air tidak menghargai produk dari dalam negeri, Martha Tilaar malah mendapatkan penghargaan dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Ban Ki Moon pada UN Global Compact Leaders Summit di New York. Penghargaan ini merupakan apresiasi terhadap komitmen Martha melalui Martha Tilaar Group yang tidak putus selama 10 tahun dalam mengkampanyekan prinsip-prinsip Global Compact di Indonesia bersama Indonesia Global Compact Network.
Katanya tidak mudah mempromosikan produk sendiri di Indonesia?
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, masyarakat kita cenderung memandang rendah produk lokal karena dianggap tidak berkelas dan tidak berkualitas. Mereka gengsi memakai produk lokal dan lebih memilih menggunakan produk luar. Stigma dan anggapan tersebut membuat saya sempat mengalami kendala saat akan membuka store di mall. Banyak mall yang menolak karena produk kami dianggap tidak selevel dengan produk luar. Saya berusaha mengubah anggapan tersebut melalui berbagai cara. Antara lain dengan melakukan berbagai inovasi dan perubahan, dari mulai membuat design kemasan produk yang lebih modern dan up to date, hingga melakukan riset, penelitian dan pengembangan inovasi produk sehingga kualitas produk kami bisa sejajar dengan produk impor.
Saat ini Anda tetap konsisten mengeluarkan produk jamu dan kosmetik dari bahan-bahan natural?
Tentu saja. Menurut saya kita sungguh beruntung tinggal di negara yang memiliki aneka tanaman yang kaya khasiat dan manfaat baik untuk perawatan badan ataupun untuk pemeliharaan kesehatan. Saya ingin terus melestarikan kekayaan alam, kearifan budaya dan sumber keanekaragaman hayati Indonesia dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan produk-produk inovasi yang bisa bermanfaat dan bisa mempercantik wanita Indonesia dan dunia.
Saya sendiri adalah salah satu orang yang telah merasakan khasiat jamu. Dulu dokter memvonis saya tidak bisa punya anak. Lalu eyang saya yang memang ahli jamu mengatakan bahwa akan merawat saya dengan jamunya. Dan ternyata di usia 40 tahun saya punya anak, sampai empat anaknya. Jamu adalah sebuah keajaiban maka saya berjuang terus untuk melestarikannya, saya percaya banget kalau kita melestarikan kearifan budaya, maka Indonesia akan kaya dan mampu bersaing dengan negara lain.
Apa rahasianya Martha Tilaar Group bisa bertahan hingga sekarang ini?
Karena kami terus berinovasi untuk menciptakan produk lokal yang berkualitas dan sejajar dengan produk luar dengan memanfaatkan kearifan budaya dan kekayaan alam Indonesia sehingga produk kami memiliki ciri dan identitas yang kuat. Identitas sebagai produk asli Indonesia terus melekat erat dan menjadi bagian dari produk kami, karena produk kami dibuat berdasarkan culture di dalam negeri dan memiliki keunikan yang berbeda dengan produk luar.
Bagaimana caranya agar anak-anak muda bisa sukses berbisnis seperti Anda?
Saya percaya visi dan misi adalah kunci penting keberhasilan. Sukses bisa datang bila kita juga memiliki rencana yang matang, tidak hanya sekadar ngomong saja. Yang pertama mulai diri sendiri, dan rencanakan dengan baik. Kemudian terapkan prinsip Djitu yaitu Disiplin, Jujur, Inovatif/Iman, Tekun dan Ulet. Dream big start small, act fast.