Fimela.com, Jakarta Alkisah Sangaji dan Salindri
setelah melayang di langit mimpi,
akhirnya kembali menjejak bumi:
Advertisement
tanah air kaum bijak bestari,
negeri orang-orang yang sudah teruji,
tempat di mana dusta telah mati,
muara yang mempertemukan semua janji,
ladang yang menyemai benih harmoni.
Syahdan di depan mata mereka berdua,
selain Suksmakelana dan Mayakemala,
telah hadir lelaki bernama Frans Kowa,
yang telah sekian lama meninggalkan Jakarta,
tak disangka kini tiba-tiba saja menjelma,
dan menggantikan peran sebagai pencerita,
yang membelokkan alur kisah cinta,
sehingga riwayat Suksmakelana dan Mayakemala,
mengalir mengikuti getaran akal budinya:
"Duhai Mayakemala, istriku yang satu,
ijinkan aku mengikuti hasrat jiwaku,
menjelajahi wilayah yang lebih memuaskan nafsu,
larut dalam birahi cinta yang menggebu,
lebur dalam gelora syahwat yang meretas rambu tabu."
Hati Mayakemala terluka dan meradang,
tak pernah terbayang bahwa suaminya tersayang,
mampu berlaku seperti binatang.
Tapi Mayakemala adalah istri yang setia,
Istri mampu menjinakkan duka nestapa,
dan sangggup menanggung kan derita,
maka kendati hatinya terluka masih mampu berkata:
"Wahai Suksmakelana suamiku yang hebat,
kenyataan hidup ini sungguh penuh muslihat,
haruskah kita terjerat pesona tipu daya maksiat, yang hanya memberi nikmat sesaat?
Baca Juga
Apa artinya hidup serba puas,
bila untuk itu akal budi kita terampas?"
Sebelum Frans Kowa melanjutkan kisahnya,
tiba-tiba saja sosoknya lenyap dari pandangan mata,
sehingga Sangaji dan Salindri kembali terkesima,
sementara Suksmakelana dan Mayakemala,
diam tertegun tak tahu harus berbuat apa.
Akan halnya Salindri dan Sangaji,
tampaknya memang harus mengulang kembali,
pengalaman hidup yang pemah mereka jalani,
agar ingatan mereka tak hilang tercuci,
oleh lupa yang senantiasa bersembunyi,
di dalam barisan berjuta-juta informasi.
Maka sebelum mereka berdua dikalahkan lupa, Kitab Smaragama kembali mengulang wejangannya:
"Tiap-tiap istri tak hanya harus melayani,
dan merelakan dirinya diperlakukan sebagai piranti,
untuk memuaskan tuntutan gairah birahi suami,
tanpa dapat ikut serta merasakan dan menikmati,
bahkan tanpa mendapatkan kepuasan sama sekali,
dari keindahan hubungan intim suami istri.
Tiap-tiap istri hendaknya tahu dan mengerti,
bahwa dirinya juga berhak untuk dilayani suami,
agar kedua pasangan dapat saling menikmati,
sehingga hubungan intim menjadi layak dinanti.
Tiap-tiap suami bisa langsung terangsang,
oleh sensasi yang muncul menggelombang,
saat kedua mata mereka lekat memandang,
belahan dada atau lekukan yang membayang,
di balik gaun yang dikenakan istri tersayang.
Dan tiap-tiap istri seringkali hanya pasrah,
apabila suami mereka berlaku seperti penjarah,
sehingga hubungan intim yang mestinya indah,
bagi sang istri justru terasa sebagai suatu musibah,
lantaran mesti dijalani tanpa gairah."
Salindri dengan seksama mendengarkan.
dan wejangan itu direkamnya di dalam ingatan.
sementara Kitab Smaragama kembali melanjutkan:
"Untuk menghadapi perilaku dan tabiat suami,
yang cenderung mementingkan kepuasannya sendiri,
dapat dihadapi dan diatasi oleh tiap-tiap istri
yang menguasai seni menggairahkan diri.
Sebagai langkah awal ada dua macam cara,
untuk menikmati dan mencapai kepuasan bercinta,
yang pertama, sebelum suamimu pulang bekerja,
manjakanlah fantasimu dengan buku cerita,
yang melukiskan keindahan api asmara,
dan biarkan angan-anganmu mengembara,
sampai kau temukan dirimu ada di sana,
di sebuah tempat yang membuatmu terpesona,
lantaran kau lihat dirimu sedang asyik bercinta,
dengan suami atau lelaki yang mirip dengannya,
atau bahkan dialah suamimu yang sesungguhnya
telah sekian lama kau rindu dan kau damba,
dan kini datang untuk memberimu nikmat bercinta,
maka biarkan jari-jemarimu menyentuh dan meraba,
lekuk-liuk bagian-bagian tubuhmu yang paling peka,
dan nikmati lah sensasi yang mungkin menggila,
asalkan gairah birahimu dapat tetap terjaga,
dan biarkan hasrat bercintamu menggelora,
sampai saatnya suamimu pulang kerja,
dan menyaksikan segala yang kau punya,
belahan dada, betis, paha, bibir, dan kerling mata,
yang di dalamnya menggelinjang hasrat bercinta,
dan tahap berikutnya terserah kalian berdua "
Dan Salindri yang sendiri terkepung sunyi,
rebah telentang di ranjang sambil meremas jemari,
sambil berupaya menjinakkan geliat gairah birahi,
lantaran beberapa saat tadi angannya mengembarai,
belantara fantasi yang seakan-akan tak bertepi,
bersamaan dengan itu ia tak menyadari,
bahwa jari-jemarinya juga menyusuri,
wilayah dan celah paling tersembunyi.
Tatkala Salindri masih tercekam pesona,
fantasi percintaan yang ada di dalam benaknya,
Kitab Smaragama kembali berkata:
"Yang kedua, peganglah kendali permainan, terutama jika ajakan bercinta itu muncul spontan,
sementara gairah birahimu belum terbangkitkan,
maka yang pertama kali harus kau lakukan,
adalah membuatnya penasaran,
dan ketika hasratnya makin tak tertahankan,
katakan segera apa yang kau inginkan,
agar gairahmu dapat terbangkitkan.
Pada saat gairah suamimu menggebu,
apapun yang kau minta lakukan dia pasti mau,
dan itulah saatnya kau manjakan dirimu,
dengan segala macam yang pemah kau rindu,
dan ketika gairah birahimu mulai menderu,
balaslah kemanjaan yang diberikan suamimu,
dengan kelembutan cinta kasihmu,
dan seterusnya kalian tentu lebih tahu"