Fimela.com, Jakarta Anak kekinian pasti pada belum paham apa itu Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Menurut lansiran wikipedia.com, Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto, saat itu selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang buruk pada saat itu.
Baca Juga
Saat itu Soeharto menumpas habis pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI), termasuk menangkap 15 menteri yang loyal terhadap Soekarno. Dari sini lah terjadi salah penafsiran sehingga terlibat ketegangan antara Soekarno dan Soeharto. Buntutnya, lewat Supersemar ini, Soeharto bahkan mengambil alih kekuasaan negara dan menjadi presiden kedua Indonesia selama 3 dekade lebih.
Advertisement
Seiring kejatuhan Orde Baru pada 1998, muncul keraguan publik soal otentisitas atau keaslian Supersemar. Hingga akhirnya DPR mengeluarkan mandat tertanggal 23 September 1998 agar Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) mencari kebenaran Supersemar tersebut. Akhirnya diketahui naskah Supersemar yang disimpan di ANRI adalah palsu, demikian dilansir dari sebuah forum Indonesia.
Supersemar yang ada di etalase ANRI ada 3 versi, yakni:
1. Versi pertama, surat berasal dari Sekretariat Negara. Surat itu terdiri dari 2 lembar, berkop Burung Garuda, diketik rapi, dan di bawah tertera tanda tangan beserta nama SUKARNO.
2. Versi kedua, surat berasal dari Pusat Penerangan TNI AD. Surat ini terdiri dari satu lembar dan berkop Burung Garuda. Ketikan surat versi kedua tidak serapi pertama. Yang janggal, di bawahnya tertera nama SOEKARNO dan bukan SUKARNO seperti versi pertama.
3. Versi ketiga, surat terdiri dari satu lembar dan tidak berkop. Hanya berupa salinan saja. Tanda tangan Soekarno di versi ketiga ini berbeda dengan versi pertama dan kedua.
Karenanya ANRI begitu antusias untuk mencari versi asli Supersemar yang masih misterius keberadaannya. Namun pencarian sejak 1998 itu belum membuahkan hasil hingga kini. Tidak ada yang mengetahui dimana Supersemar itu berada dan apa isinya sampai sekarang. Jika versi asli itu ketemu, mungkin bisa menguak sejarah kelam Indonesia yang akan menyeret nama Suharto sebagai pelaku pembantaian PKI 1966 dan mengambil alih kekuasaan inkonstitusional dari Soekarno.