Fimela.com, Jakarta Panorama elok matahari terbit dengan gunung sambung-menyambung sebagai batas cakrawala, sekiranya jadi potret memori akan Garut. Melihat topografi setempat, sekiranya julukan daerah dilindung gunung lebih cocok disempatkan pada kabupaten yang lekat dengan kuliner burayot tersebut.
Setelah memacu adrenalin di jalan berkelok dengan jurang menganga di kiri dan tebing di sebelah kanan, gapura selamat datang masih tetap setia menyambut para pelancong yang berpelesir ke kota berhawa dingin tersebut. Bagi beberapa orang, belum ke Garut rasanya kalau tak mencicip berendam di kolam pemandian air panas.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya Cipanas, wisata serupa juga bisa dicoba di Darajat Pass. Apabila bertandang ke destinasi yang berada di kawasan Pasirwangi ini, usahakan untuk berangkat sejak pagi buta. Jalur menanjak dengan kungkungan sawah dan beberapa rumah penduduk yang menemani di sepanjang jalan membuat pandangan mata selalu ingin menoleh ke arah jendela.
Kalau berani, bukalah kaca mobil agar udara di suhu yang hanya belasan derajat itu memenuhi ruang. 'Dibuntuti' mentari yang mulai menampakkan rupa, kabut yang 'menelan' Garut hilang perlahan. Nuansa tenang di kabupaten penghasil jaket kulit ini pun bisa dirasakan kala terpaan angin membelai wajah di tengah rakit yang mengantarkan pengunjung menuju Candi Cangkuang.
Bernilai sejarah, masih di sekitar kawasan Cangkuang, terdapat Kampung Pulo yang autentiknya tak kalah dengan Kampung Naga. Jelajah 'tetangga' Tasikmalaya ini tak dibatasi hanya wisata yang mudah-mudah saja. Beberapa di antaranya 'didesain' untuk mereka yang haus akan petualangan.
Sebut saja puncak Cikuray, Papandayan, dan Guntur. Jangan lupakan juga soal jalur luar biasa demi merambah pesona Pantai Santolo. Lengkap, Garut menghadirkan pengalaman eksklusif dengan budget yang bisa dibilang tak membuat dompet sesak. Jadi, siap menjelajah kota intan?