Fimela.com, Jakarta Televisi yang seharusnya memberikan hiburan dan juga pendidikan kini justru menjadi ancaman bagi anak-anak. Pasalnya, kini televisi dinilai sudah menggantikan posisi guru dan orangtua. Bagaimana tidak, dalam suatu diskusi yang bertema "Perlindungan Anak dalam Regulasi Penyiaran" pada Kamis (4/1) kemarin, Direktur Remotivi, Mohammad Heychael mengatakan ada bahaya yang mengancam anak akibat mengonsumsi tayangan televisi.
Baca Juga
Dalam sebuah diskusi yang digelar di Auditorium Ahmad Dahlan, Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, dia juga mengatakan, jumlah tayangan anak di sebagian besar stasiun televisi swasta lebih kecil dari acara gosip dan mistik. Bahkan, anak-anak sampai hafal mars parpol. Hal ini jelas membuat orangtua khawatir dan resah.
Heychael menyebutkan, 39% orangtua merespons positif terhadap tayangan televisi. Sementara 59% memberikan tanggapan negatif. Sisanya, bersikap netral. Dari 59% orangtua yang khawatir tersebut, sebagian memberikan alasan karena banyak istilah dan adegan yang tidak sesuai dengan anak-anak.
Advertisement
"Dari 59% orangtua yang khawatir itu, 30% (mengatakan alasannya karena) banyak istilah negatif dan adegan (yang) tidak sesuai dengan anak. Contohnya, konsep nikah siri, selingkuh. Sementara 11% (karena) anak melihat pemeran memakai baju minim atau seksi, 8% karena TV banyak muatan mistik dan anak-anak saya jadi percaya dengan takhayul. Sementara 22% mengatakan (banyak mengandung) kata-kata kasar," papar Heychael pada diskusi tersebut.
Hal ini dikarenakan, katanya, sejak 1998 otoritarianisme digantikan oleh modal. Artinya, tayangan yang boleh adalah tayangan yang memiliki rating tinggi.
Selain itu, dia juga menilai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tidak 'bergigi' dan tidak memberikan efek jera. "KPI belum berhasil jadi benteng publik," katanya. Tapi, bukan berarti masyarakat terutama anak-anak tidak bisa berbuat apa-apa. Heychael mengatakan, kini tugasnya masyarakat sipil untuk mengawal KPI Komisi I DPR dan juga KPAI. Dengan begitu tidak akan ada bahaya yang mengancam anak-anak dari tayangan televisi.