Fimela.com, Jakarta Orang Bandung atau orang Sunda memang memiliki karakter yang begitu kuat. Di mana pun mereka berada, rasanya tak akan dapat meninggalkan karakeristik khas yang mereka bawa dari kampung halaman. Salah satu karakter khas orang Sunda yang sulit untuk lepas adalah kegemaran melucu atau ngebodor.
Baca Juga
Saking lucunya, banyak sekali pelawak-pelawak sukses yang berasal dari Bandung atau daerah di Jawa Barat yang lain. Bahkan, sang walikotanya sendiri, Ridwan Kamil dikenal kerap kali melucu dan bercanda baik itu di media sosial maupun ketika mengadakan pertemuan langsung dengan muda-mudi Bandung. Dari sekian banyak guyonan yang pernah dilontarkan oleh orang Sunda, beberapa dibawah ini rasanya akan sulit dimengerti bila kamu bukan orang Bandung asli.
Cokot. Dalam bahasa Jawa dan Indonesia slang, cokot yang berarti gigit rupanya memiliki arti lain di Bandung. Cokot, untuk orang Bandung dan Sunda rupanya memiliki arti “ambil.” Ini beberapa kalil menjadi guyonan dan kesalahpahaman tersendiri yang mungkin hanya akan dimengerti orang Bandung saja.
Advertisement
Banyaknya singkatan dan pelesetan. Singkatan dan pelesetan yang menjadi guyonan ala orang Bandung bisa berupa apa saja. Mulai dari nama jalan, hingga ketika menamai makanan pun orang Bandung membuatnya dari kata singkatan. Candaan orang bandung mengenai singkatan dan pelesetan salah satunya seperti GASIBU-SUCI yang diartikan menjadi "Gara-gara Sibuk Susah Dapat Cinta".
Nama yang diulang-ulang. Kalau kamu berkenalan dengan orang Bandung, jangan heran ketika mendengar namanya. Kebanyakan nama orang Bandung merupakan kata awal dan akhir yang diulang-ulang. Misalnya aja, Iwan Setiawan, Eti Suketi, Cecep Surecep dan banyak lain.
Ceu Popong. Ini nih, candaan orang Bandung yang sempat menjadi fenomena di media sosial. Ceu Popong yang adalah anggota tertua di DPR dan kala itu memimpin sidang paripurna yang sempat ricuh, justru mengeluarkan candaan yang bagi orang Bandung lucu banget! Ceu Popong ngebodor ketika ia kehilangan palu di ruang sidang dengan kalimat "Mana paluna eweuh? (Mana palunya nggak ada?)" (M. Sufyan)