Sukses

Lifestyle

Smaragama: Memanah Rembulan

Fimela.com, Jakarta Bisa berbicara seperti halnya manusia,

hanyalah salah satu keajaiban Kitab Smaragama.

Dan sesungguhnya masih tak terhingga banyaknya

keajaiban dan kegaiban yang dapat dilakukannya,

antara lain bisa mengubah cinta menjadi mantra

yang dapat menyembuhkan segala macam duka,

juga bisa menyenandungkan lagu pelipur lara,

bahkan bisa menjelma menjadi Smaradahana,

yakni menggaibkan diri ke dalam titik api asmara,

yang mampu membakar jiwa siapa saja.

Namun keajaiban sekaligus kegaiban,

yang luar biasa dan sangat mencengangkan,

adalah kesanggupannya mewujudkan

kata-kata dan wejangan yang ia ucapkan,

dalam bentuk hologram yang menakjubkan,

dan jauh lebih luar biasa dibanding sulapan

yang cuma sekadar memperdaya akal pikiran

dengan ilusi yang dikemas kepura-puraan.

Dan perwujudan hologram itu terjadi,

di kamar, di depan mata Sangaji dan Salindri

yang pada malam itu, menjelang dini hari,

baru saja menyempurnakan percintaan suci

dengan saling menerima dan saling memberi

keperjakaan dan keperawanan sebagai bukti

kesetiaan menempuh jalan hidup terpuji,

dan kesanggupan untuk tidak menodai

nilai hakiki cinta sejati.

Sangaji dan Salindri diam tercekam,

berbaring di ranjang, menonton ulah hologram

perempuan dan lelaki serupa Eva dan Adam

sedang bercumbu mesra bertilam alam,

di bawah langit malam bertabur ilham,

dimanja rembulan yang redup temaram.

Akan halnya Kitab Smaragama,

dengan suara jernih dan teduh berkata:

"Sepasang hologram itu menjelma

demi membuka sebuah rahasia seni bercinta

dan menerjemahkan seluk-beluknya

dalam bentuk gerakan dan tindakan nyata

agar kalian dapat melihatnya dengan mata,

dan mengerti bagaimana melakukannya,

seperti halnya bila suara dan kata-kata

kalian dengarkan dengan telinga

sebelum cahaya akal budi kalian berdua

menangkap dan memahami maknanya.

Kini saksikan dengan seksama,

apa saja yang dilakukan mereka berdua,

dan bagaimana mereka melakukannya.

Perlu juga kalian dengarkan

Wejangan berikut rincian penjelasan

tentang keindahan dalam kenikmatan

dan kenikmatan di dalam keindahan

seni bercinta Memanah Rembulan."

Salindri dan Sangaji membisu,

lantaran masih memendam rasa malu,

sekilas saling lirik, tersipu-sipu,

lalu pandangan mereka kembali tertuju

pada hologram yang mulai bercumbu,

dan bersamaan dengan itu

Kitab Smaragama berkata syahdu:

"Mereka hologram pengantin baru,

perjaka dan perawan yang masih lugu."

Sangaji dan Salindri mengiyakan,

sambil tetap memusatkan perhatian,

dan mencatatnya di dalam ingatan

posisi dan gerak penuh kelembutan,

yakni seni bercinta yang dinamakan:

"Memanah Rembulan"

Di mata Sangaji dan Salindri,

hologram itu serupa sepasang dewa-dewi

yang melayang mengarungi langit mimpi,

menari-nari sambil saling melucuti

pakaian dan menjatuhkannya ke bumi.

Semesta seakan dimangsa sunyi

ketika hologram Eva membaringkan diri

perlahan-lahan mengambil posisi

diam telentang memandang sang suami,

dengan cinta yang memancar dari hati,

dengan kesabaran dan kerelaan menanti

dengan kepasrahan untuk digauli.

Dalam temaram sinar rembulan

hologram Adam bergerak pelan-pelan

berbaring di sisi Eva yang menantikan

peristiwa yang sudah lama dirindukan.

Tatkala Adam mengulurkan jemari

menyentuh rambut, pelipis, mengusap pipi,

kedua mata Eva terpejam menahan geli.

Dan Adam menundukkan wajah

melumat lembut bibir Eva yang basah

dan ketika Eva menggeliat mendesah

Adam lekas menyelinapkan ujung lidah,

sementara jemarinya bergerak merambah

mengembarai lekuk-liku seluruh wilayah

yang dapat dijangkau dan bisa dijamah,

juga mendaki bukit yang penuh melimpah,

menyusuri penjuru ngarai dan lembah,

mengantarkan Eva ke puncak gairah,

di pintu birahi yang rengkah merekah,

dan bila lorong kerinduan melicin basah,

itu pertanda Eva sepenuhnya pasrah.

Maka Kitab Smaragama berkata:

"Bagi yang baru pertama kali

melakukan hubungan intim suami istri

hendaknya mengetahui wejangan ini.

Satu, tak perlu terburu-buru,

walau seakan hangus terbakar nafsu,

karena akan selalu masih cukup waktu

untuk saling bercumbu dan menunggu

saat yang tepat untuk menyatu.

Dua, ungkapkanlah perhatianmu,

bisikkanlah isi hati dan kasih sayangmu,

agar tercipta rasa aman di dalam kalbu,

karena siapapun tentu tahu

saat pertama kali mengalami hal itu

selalu gugup dan bahkan ragu.

Tiga, lakukanlah pelan-pelan,

dan pastikan kalian memang menginginkan,

namun demikian jangan langsung menekan,

lakukanlah dengan sepenuh kelembutan.

Empat, pilihlah posisi yang wajar,

karena yang wajar itu nyaman, dan lancar

karena yang wajar itu aman, dan benar.

Lima, demi cinta dan kehidupan

bukakanlah pintu menuju lorong kerinduan,

agar suamimu tahu bahwa ia telah diijinkan

menanamkan benih kehidupan.

Dan suami yang penuh pengertian

akan selalu dan sangat memperhatikan

hasrat sang istri yang tak terucapkan.

Suami yang bijak dan berperasaan

tentu juga mampu membedakan

reaksi yang muncul dari kenikmatan

dengan ekspresi yang mencerminkan

keterpaksaan menahan kepedihan"

Demikian kata Kitab Smaragama,

begitu pula yang dilakukan Adam dan Eva.

 

 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading