Fimela.com, Jakarta Bukan hanya terkenal dengan nama Negeri Singa, nama Singapura ternyata juga mendunia dengan sebutan ekosistem startup terbaik di wilayah Asia-Pasifik. Tak heran, negara yang kecil namun memiliki perkembangan yang pesat ini ternyata tak hanya berhasil menarik perhatian turis manca negara, tapi juga para pebisnis yang ingin menanamkan modalnya.
Baca Juga
Buktinya, Inc menulis, Singapura memiliki 3.600 startup aktif yang meliputi banyak bidang. Mulai dari e-commerce, gaming, dan media sosial. Pertumbuhan yang pesat ini membawa nama gemilangnya naik yang tadinya menempati posisi 17 tahun 2012 lalu, kini menempati urutan ke-10 di dunia bisnis.
Lagi pula, Singapura sudah sejak lama menjadi pusat bisnis di Asia. Bahkan kota yang cantik dan gemerlap pada malam hari ini juga menjadi rumah bagi perusahaan-perusahaan raksasa Amerika. Sebut saja Google, Uber, dan bahkan Facebook. Kondisi ini juga didukung dengan letaknya yang sangat strategis. Bagaimana tidak, Inc memaparkan, Singapura terletak di jalur laut utama antara India dan Cina.
Advertisement
Sementara, 49% konsumen startup tinggal di luar negeri. Singapura jelas bisa merentangkan tangan untuk meraih pasar yang ada di sekelilingnya. Ini yang menjadi alasan utama kenapa Singapura jadi tempat paling banyak dijadikan target bagi para pebisnis.
Apa lagi, zaman ini sudah bukan lagi zamannya percetakan. Tapi Internet dan juga ponsel. Indonesia memang banyak yang menggunakan ponsel pintar. Tapi Singapura, menurut sebuah penelitian yang baru saja dilakukan Deloitte, 9 dari 10 penduduknya adalah pengguna 'gila' ponsel pintar. Kamu yang punya misi bisnis di bidang e-commerce pasti tak sanggup mengabaikan peluang ini.
Meskipun begitu, datang dengan 'wajah baru' sebagai pebisnis ke Singapura belum tentu mudah. Kuo-Yi Lim dari Monk's Hill Ventures mengaku tidak mudah untuk berbisnis di Negeri Singa ini. berjuang seorang diri untuk melebarkan 'sayap' startup sepanjang penjuru Singapura memang tak mudah. "Aturan bisa berubah. Dan tidak jelas akan menjadi apa peraturan di masa depan," kata Lim, yang sudah berkali-kali melakukan investasi di berbagai perusahaan Singapura dan Malaysia, kepada Inc.