Fimela.com, Jakarta Mendengar Timur Tengah, angan kebanyakan orang mungkin akan langsung diserbu oleh berbagai memori akan daerah konflik, tribal, dan perang. Seakan ingin menghempaskan semua bingkaian perspektif, seorang jurnalis asal London, Rebecca Lowe, memulai langkah baru sejak 29 Juli tahun lalu dengan menjamah pesona Timur Tengah.
Mengayuh sepeda dengan begitu tekun, Rebecca berbagi kisah perjalanan lewat situs thebicyclediaries.co.uk. Melintasi Perancis, Swiss, Italia, Slovenia, Kroasia, Bosnia, Montenegro, Albania, Serbia, Kosovo, Bulgaria, dan Lebanon, Rebecca akhirnya berhasil mencapai Yordania.
Started day w/puncture in -3C fog. Finished w/swoop through sunkissed mountains.Lovely @arkel_bikebags @cyclingworld pic.twitter.com/M64BYjpuFF
— Rebecca Lowe (@reo_lowe) December 20, 2015
Baca Juga
Hendak memahami sederet daerah konflik dengan 'kacamatanya' sendiri merupakan motivasi awal perempuan yang rencananya masih akan melanjutkan perjalanan ke Mesir, Sudan, Oman, Uni Emirat Arab, dan Iran ini. Bahkan Beirut, wilayah di mana ledakan bom kerap terjadi pun dideskripsikan Rebecca sebagai kota yang menolak untuk mati.
Advertisement
Sempat bertukar kata dengan imigran Suriah di Bulgaria sambil melihat keseharian mereka, hati Rebecca seakan terkoyak hingga ke serpihan paling kecil. Bau 'luapan' toilet, tikus yang tak pernah absen di hampir setiap sudut ruangan, hingga tempat tidur dengan muatan berlebih, mendominasi penglihatan.
#Palestinians in #Lebanon for decades yet still have v few rights & living conditions miserable #bicyclediaries pic.twitter.com/qemB2hed7w
— Rebecca Lowe (@reo_lowe) January 15, 2016
Tak hanya itu. Ia pun sempat mendapati tempat pengungsian ilegal di Bekaa Valey, Lebanon. Namun yang lebih mengejutkan baginya adalah distrik pengungsi Palestina di Lebanon yang meski warganya sudah berpuluh-puluh tahun mendiami wilayah itu tetap saja tak punya hak sebagaimana mestinya. Lintasi 'tanah darah' , perspektif Rebbecca pun terjungkir seketika.