Fimela.com, Jakarta Mungkin hanya segelintir orang yang kini masih menggunkan SMS untuk memberikan pesan singkat kepada orang lain. Kebanyakan, di zaman sekarang ini, orang sudah menggunakan berbagai aplikasi untuk saling berkomunikasi. Menggantikan SMS yang memakan biaya cukup banyak, lahirlah berbagai aplikasi messenger yang lebih murah dan mudah untuk digunakan setiap orang, salah satunya Whatsapp.
Mungkin belum banyak orang yang tahu tangan dan otak cemerlang di balik aplikasi ini. Ya, Jan Koum, salah satu penggagas Whatsapp yang tadinya berasal dari keluarga miskin, hingga menjadi miliarder sekaligus pendiri salah satu messenger paling banyak digunakan orang banyak di seluruh dunia.
Baca Juga
Forbes mencatat, Jan Koum memliki jumlah saham lebih banyak dari pada partnernya, Brian Acton. Koum memiliki 45% sementara Acton cuma punya 20% saham Whatsapp. Tak ada yang menyangka miliarder muda dan salah satu orang genius ini dulu pernah hidup miskin.
Advertisement
Koum lahir dan tumbuh besar di sebuah desa dekat Kiev, Ukraina. Menurut Forbes, orangtuanya kerap mengalami kesulitan dalam menyambuh hidup dari hari ke hari. Koum adalah anak satu-satunya dari seorang ibu rumah tangga dan ayah yang bekerja sebagai manajer konstruksi rumah sakit dan juga sekolahan. Tak ada yang menyangka kalau Koum yang kini sudah menjadi miliarder dan dikenal banyak orang ini dulu bahkan tak ada mesin untuk air panas.
Hidup memang sungguh keras. Tapi Koum masih harus lebih merana lagi ketika dia, ibu serta neneknya harus hijrah ke Mountain View, California, Amerika Serikat lantaran kerusuhan politik dan anti-Semit di Ukraina. Di Mountain View, mereka tinggal di sebuah apartemen kecil dengan dua kamar tidur yang sempit. Meskipun ada bantuan dari pemerintah Amerika Serikat, mereka tetap saja harus membanting tulang demi menyambung hidup. Sepertinyang Forbes tulis, ibunya harus menjadi babysitter. Sementara Koum menyapu lantai toko bahan pangan untuk menyambung hidup keluarganya.
Belum selesai masalah soal keuangan yang buruk, mereka mendapatkan kabar, ayahnya yang masih berada di Kiev meninggal dunia dan tak bisa menyusul keluarga di California. Cobaan bertambah berat ketika ibunya lantas didiagnosa terkena kanker. Mereka bertiga akhirnya hidup dari tunjangan hidup ibunya yang semakin lemah.
koum mulai memasuki usia awal dewasa, ketika dia berusia 18 tahun. Dia tak pernah menyukai dunia sekolah dan selalu menjadi biang kerok di antara teman-temannya. Meskipun begitu, Koum sejak muda sudah tahu apa yang dia sukai. Dia belajar tanpa bantuan siapa pun, kecuali buku jaringan komputer bekas nan usang yang dia pinjam. Usai menguasainya, dia kemudian mengembalikannya.
Tak hanya itu, keiinginannya dan kegigihannya untuk mempelajari apa yang dia suka tak pernah terbentur keadaan dan kehidupannya yang serba susah. Reediff menulis, dia lantas bergabung dengan sebuah komunitas hacker, Woowoo, di Efnet, sebuah jaringan chat. Karena kecerdasannya dia berhasil masuk ke San Jose State University, sambil bekerja sebagai penguji keamanan di Ernst & Young.
Tahun 1997, dia berhasil diterima bekerja di perusahaan Yahoo dan duduk di sebelah kursi Acton. Mereka pun akhirnya menjadi teman baik yang saling berbagi suka dan duka. Kedekatan mereka semakin erat ketika Koum ditinggal ibunda tercintanya tahun 2000 lalu. Sejak itu, mereka menjadi saksi hidup perusahaan tempatnya bekerja mengalami keberhasilan dan keterpurukan.
Mereka berdua lantas memutuskan untuk keluar dari Yahoo dan melamar ke perusahaan Mark Zuckerberg, Facebook. Sayang, mereka berdua malah ditolak. Keluar dari Yahoo, bukan berarti mereka telah bertatap muka dengan akhir zaman. Mereka tetap berusaha untuk mengembangkan suatu ide dan berusaha untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat. Forbes menulis, Koum lantas membeli sebuah iPhone dan menyadari App Store yang dulu masih berusia tujuh bulan akan menelurkan sebuah indrusti aplikasi.
Koum lantas memeras otaknya untuk menciptakan sebuah aplikasi. Melalui diskusi bersama teman-temannya dari Rusia, Koum akhirnya berhasil menciptakan sebuah aplikasi messenger yang bisa digunakan hampir seluruh masyrakat di dunia untuk berkomunikasi, tanpa biaya yang mahal; Whatsapp.