Fimela.com, Jakarta Bukan sekadar isu apabila makanan Jepang menjadi favorit baru bagi masyarakat Indonesia. Menjamurnya restoran Jepang di tanah air menjadi salah satu bukti bahwa kuliner Negeri Sakura telah 'menginvasi' Indonesia. Kepopuleran sushi, salah satu makanan khas Jepang mungkin telah mengalahkan tenarnya gado-gado sebagai tuan rumah.
Baca Juga
Banyak orang percaya bahwa kuliner Jepang merupakan salah satu makanan sehat di dunia. Sushi yang terkenal itu nggak hanya lezat, tapi juga digadang-gadang sebagai makanan sehat. Namun, seiring kepopularitasannya, kini sushi telah menjadi makanan yang kebarat-baratan. Pada beberapa restoran yang telah 'dicampuri' oleh orang barat, komposisi sushi tak lagi original. Sushi mendapat bahan tambahan lain yang cenderung nggak sehat. Seperti krim keju, misalnya.
Belum lagi, kini ada sushi yang diproduksi massal dan dijual di supermarket. Seperti yang kita tahu, dengan cara itu sushi telah menjadi junk food yang bisa saja mengandung bahan pengawet. Bahkan sebagian besar nggak lagi mengandung manfaat kesehatan seperti yang kamu beli dari restoran Jepang asli. Untuk lebih lanjut, berikut ulasan yang membuatmu pikir dua kali untuk makan sushi dilansir dari Lifehack.org.
Advertisement
Sushi mengandung kalori dan karbohidrat lebih. Jika kamu punya anggapan untuk menurunkan jika menurunkan berat badan hanya dengan mengonsumsi makanan Jepang, lebih baik pikirkan lagi. Satu gulungan sushi punya 300-350 kalori. Bisa bayangkan jika kamu makan 6 gulungan sushi? Jelas, kalori yang terkandung di dalamnya nggak sedikit kayak apa yang kamu harapkan.
Sushi memiliki sangat sedikit protein. Mengandung ikan-ikanan, membuat banyak orang beranggapan kalau sushi memiliki banyak protein. Ini adalah sebuah kesalahpahaman umum. Padahal, protein yang terkandung dalam sushi sangat sedikit. Menurut Seafish.org, ahli gizi merekomendasikan makan dua porsi ikan dalam seminggu. Satu ekor ikan terkandung sekitar 140 gram, sedangkan ikan yang dalam sushi roll hanya sekitar lima gram. Itu artinya, untuk mendapatkan asupan yang cukup, kamu harus mengkonsumsi 56 gulungan.
Sushi mengandung jejak merkuri. Merkuri merupakan racun saraf yang mempengaruhi sistem endokrin dan sistem saraf pada makhluk hidup. Tuna menjadi salah satu komposisi yang memungkinkan terkena paparan merkuri yang tinggi. Keracunan merkuri dapat menyebabkan gangguan penglihatan, kesemutan tubuh, kurangnya koordinasi tubuh, kesulitan berbicara, dan kelemahan otot. Hmmm ngeri juga, ya~
Sushi terlalu asin. Hal lain yang perlu dikhawatirkan dari sushi adalah kandungan natrium sushi yang tinggi. Satu pak sushi biasanya berisi 4,5 gram garam. Itu hampir mendekati batas maksimum garam per hari, yaitu 6 gram saja! Beras biasanya dimasak pakai garam dan kecap. Begitu juga pada ikan dan sayuran acar. Belum lagi kalau kamu mencelupkan sushi ke kecap yang satu sendok makan mengandung 1.006 miligram natrium. Hmmm ide bagus jika lebih baik kamu berenang saja ke laut. :))
Tak hanya merkuri, sushi bisa saja mengandung parasit. US Food and Drug Administration (FDA) melarang manusia untuk menyantap seafood mentah. Mengapa? Sebab, hal tersebut membiarkan berbagai jenis bakteri, virus, dan parasit masuk ke dalam tubuh. Sushi mentah yang penyajiannya mengikuti standar pun ditemukan mengandung parasit. Hal tersebut bisa menyebabkan muntah, diare, mual, dan sakit perut. Dalam beberapa kasus, parasit juga dapat menghancurkan lapisan saluran pencernaan dan perut. Think twice, Gangs!
Itulah fakta-fakta bahaya sushi yang perlu kamu pertimbangkan sebelum menyantapnya. Namun, perlu diingat bahwa sushi, khususnya yang berasal dari kualitas tinggi, nggak semuanya buruk. Kamu cuma perlu berhati-hati dalam memilih sushi. Untuk itu, kenali sushi kualitas baik melalui chef-chef handal dari negara kuliner favoritmu berasal. :D