Fimela.com, Jakarta Di tengah teriknya matahari, pria berjanggut tebal, berbaju biru nan lusuh menjajakan pena dari mobil ke mobil di jalan-jalan Beirut, ibu kota Lebanon. Sambil menggendong salah satu anak perempuannya yang tertidur kelelahan, dia berusaha menjual beberapa pena untuk membiayai hidup kedua anaknya. Pria tersebut, Abdul Halim al-Attar, merupakan seorang pengungsi Suriah yang harus membanting tulang untuk menafkahi dan merawat keluarganya di Lebanon.
Entah siapa yang memotret, dua buah foto saat dia sedang menjajakan pulpen kepada para pengendara beroda empat, tersebar di berbagai media sosial, termasuk Twitter. Awalnya, foto tersebut beredar sebagai salah satu contoh kehidupan para pengungsi di kota Beirut. Sejak itulah, perlahan-lahan kehidupan al-Attar dan keluarganya berubah.
هذا حساب ناشطون غربيون تم إنشاؤه من أجل اللاجىء السوري "بائع الأقلام"للبحث عنه ومساعدته اتمنى التفاعل معهم @Buy_Pens pic.twitter.com/EjEYLOqOqS
— عبدالعزيز العودة (@Az_Aloudah) August 26, 2015
Kesuksesannya mulai terlihat saat dia dan kedua anaknya mendapatkan sejumlah uang untuk modal dari sebuah kampanye online, Buy Pens. Kampanye ini bertujuan untuk menyelamatkan al-Attar dan kelurga dari kelaparan. The Telegraph menulis, melalui crowdfunding, pria yang juga sekaligus ayah dari dua putri ini kemudian mendapatkan modal sekitar Rp 2,5 miliar.
Advertisement
Meet Abdul and Reem. They are Syrian Refugees living in Beirut, #Lebanon & need your help! http://t.co/LFyCGjosMB pic.twitter.com/QCNXcCEtYJ
— #BuyPens (@Buy_Pens) August 27, 2015
Baca Juga
Dilansir dari media yang sama, kampanye tersebut bermula dari seorang jurnalis dan web developer asal Swedia, Gissur Simonarson. Mashable menulis, Simonarson kemudian membuat sebuah akun Twitter dengan nama @buy_pens. Bersama dengan Indiegogo, mereka melakukan kampanye dan berhasil mendapatkan banyak sumbangan untuk perbaikan kehidupan al-Attar dan keluarganya.
Al-Attar, yang kini berusia 33 tahun, kemudian menggunakan uang tersebut untuk membuka bisnis. Dua bulan lalu, dia membuka sebuah toko roti. Bukan hanya itu, dia juga menambahkan sebuah toko kebab dan restoran kecil dalam rangkaian bisnisnya. Dengan tiga bisnisnya yang berjalan dengan sukses ini, kini dia bisa kembali menyekolahkan anak perempuannya yang sudah tiga tahun putus sekolah.
Meskipun sudah sukses dan berhasil di negeri orang, al-Attar ternyata tak pernah lupa dengan saudara-saudaranya di Suriah. Dilansir dari The Telegraph, dia memberikan sebagian uangnya, sekitar Rp 200 juta, kepada teman-teman dan keluarganya di Suriah. "Bukan hanya hidup saya, tapi juga hidup putri-putri saya dan juga keluarga yang ada di Suriah," katanya kepada The Telegraph.
Kini, al-Attar dan keluarganya telah pindah dari sebuah apartemen kecil dengan satu kamar, ke sebuah apartemen yang lebih besar dengan dua kamar. Putri-putrinya kini bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman. Meskipun sudah mendapatkan jumlah uang sangat besar, al-Attar tak menjadi sombong dan boros. "Saya harus berinvestasi, karena kalau tidak uang ini akan hilang begitu saja," katanya dengan bijak kepada The Telegraph.