Fimela.com, Jakarta Tidur bersama delapan anak jalanan lainnya di daerah kumuh, New Delhi, India, Ambarish Mitra tak pernah menyangka harus berjualan majalah dan teh supaya bisa makan esok malamnya. Tapi kesulitan ini adalah pilihan yang sudah dia tentukan. Mitra yang pada waktu itu masih berusia 17 tahun, menganggap kesulitan ini justru sebagai kebebasan.
Mitra yang kerap dipanggil Rish ini sebelumnya kabur dari keluarganya yang tergolong mapan. Sayangnya, kehidupan yang berkecukupan itu ternyata tak bisa membuatnya bahagia. Rish, remaja yang penuh gejolak dan mimpi ini tak mendapatkan dukungan dari orangtuanya. Seperti yang dilansir dari Inc.com, Rish ingin menjadi seperti Bill Gates, membangun perusahaan besar di bidang teknologi. Sedangkan orangtuanya ingin Rish menjadi insinyur.
Tekanan yang datang dari orangtuanya itu tak sanggup lagi dia tanggung. Dia memutuskan untuk menulis surat selamat tinggal yang ditujukan kepada orangtuanya. Lantas pergi tanpa pamit. Rish kemudian tinggal di sebuah kawasan kumuh di New Delhi. Menjual majalah dan teh untuk menyambung hidup.
Advertisement
Baca Juga
Sampai akhirnya dia membaca sebuah pengumuman kompetisi business plan. Rish mengikuti kompetisi tersebut dengan sebuah ide bisnis pertamanya; memberikan akses Internet gratis kepada para perempuan tak mampu. Rish pun menang. Sebuah ide abstrak lantas berkembang menjadi sebuah perusahaan; WomenInfoOnline.com. Banyak hal yang berubah sejak dia mendapatkan kesuksesan pertamanya di tanah kelahiran. Termasuk hubungan anak dan orangtua yang membaik, hingga perkembangan perusahaan yang sangat cepat. Nama perusahaannya akhirnya muncul ke permukaan pasar saham India, saat dia masih berumur 20 tahun.
Tapi, Rish tidak mau berlama-lama berkutat dengan perusahaan tersebut. Dia pun dengan cepat meninggalkan perusahaan pertamanya dan pergi ke London, Inggris. Tahun 2005, Rish yang beranjak dewasa bekerja untuk sebuah perusahaan baru di bidang travel; Isayo. Perusahaannya tak berjalan dengan baik. Dia akhirnya mendirikan sebuah perusahaan online, Swap Shop, yang menjadi rumah bagi barang-barang yang tak ingin digunakan lagi oleh para pemiliknya.
Sayang, Swap Shop tak berkembang dan akhirnya tutup tahun 2007. Tak patah arang, Rish membangun lagi sebuah perusahaan jejaring sosial yang disebut dengan Stuck. Saat itu keuangannya tiris. Tapi dengan sisa semangat dan mimpi, Rish memutuskan untuk menghabiskan semua uangnya untuk Stuck. Dua tahun berjalan, Stuck tak bergeming. Rish kehabisan uang, sementara semangatnya meredup.
Tanpa uang, tak mungkin baginya untuk memulai sebuah startup. Dia tinggalkan mimpinya yang telah tertanam sejak remaja dan bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Tapi pada titik tertentu, ada hal penting yang baru saja dia sadari.
Kamu tidak akan bisa menyalakan misil di atas sebuah kayak. Apa yang saya butuhkan pada waktu itu adalah membangun sebuah tim yang baik.
Bersama rekan kerja lamanya, Omar Tayeb dan salah saudaranya, dia kembali membangun sebuah perusahaan dalam waktu satu tahun. Blippar, sebuah startup yang menjadikan benda biasa bisa berkomunikasi dengan ponsel untuk membuat sebuah augmented reality, lahir. Kini, timnya telah menerima suntikan dana sebesar $ 45 miliar dan memiliki 260 karyawan yang tersebar di berbagai belahan dunia. Blipper kini digunakan banyak agen iklan di berbagai belahan dunia.