Fimela.com, Jakarta Perang saudara di Suriah telah membawa luka dan mengakibatkan banyak korban. Perang yang telah menewaskan puluhan ribu jiwa dan memaksa jutaan warga melarikan diri, ternyata juga menjadikan seorang bayi mungil sebagai korban, bahkan sejak sebelum dia lahir. Di tengah hiruk-pikuknya perang saudara yang telah lama berlangsung ini, bayi perempuan yang diberi nama Amel, harus lahir dengan pecahan peluru di dahinya.
Amel, yang artinya "harapan," merupakan ilustrasi pilu betapa peperangan hanya akan merugikan banyak pihak. Mungkin kamu masih ingat, ketika jutaan warga Suriah berbondong-bondong bermigrasi untuk mencari tempat perlindungan. Kisah bagaimana Amel dilahirkan dan perjuangan sang Bundanya mencari perlindungan menjadi gambaran dan bukti peperangan harus dihentikan.
Saat itu, 8 September, pasukan pemerintah Suriah menjalankan serangan udara yang berhasil merusak beberapa rumah warga di Aleppo. Termasuk rumah milik salah satu wanita yang sedang mengandung, Amira namanya. Amira saat itu sedang berada di dalam rumah. Dan akibat serangan tersebut, wanita yang kandungannya berumur sembilan bulan itu, harus terluka.
Advertisement
Amira dan ketiga anaknya yang juga terluka langsung dibawa ke rumah sakit terdekat, seperti yang dikutip dari CNN. Juru bicara rumah sakit Mashfa al Midani mengatakan, ketika tiba di rumah sakit, Amira terlihat sangat bingung dan sedih. Anak-anaknya mengalami luka ringan. Tapi pecahan peluru menancap wajah dan beberapa bagian tubuh wanita malang ini, termasuk bagian perutnya. Perutnya yang telah membesar karena sedang mengandung Amel saat itu mengalami pendarahan.
Para dokter yang menangani bingung siapa yang harus diselamatkan. Ibunya, atau Amel yang masih berada di dalam rahim. Akhirnya mereka langsung melakukan penyayatan pada perut, untuk mendiagnosis dan melakukan persiapan sebelum operasi. Ternyata, beberapa pecahan peluru bukan hanya menancap perut sang ibu, tapi juga tembus sampai rahim. Bahkan, ada pecahan yang menancap pada dahi Amel pada saat itu. Dokter kemudian berusaha untuk mencabutnya.
"Kita tidak ada yang tahu apakah si bayi yang menyelamatkan ibunya dari pecahan peluru, atau kebalikannya. Si ibu yang melindungi bayi ini," kata dokter yang mengoperasi Amira. Salah satu dokter lain yang juga ikut dalam proses operasi, Dr. Mohammed Tabbaa, menyampaikan rasa ibanya. Katanya, bayi tersebut belum lahir, tapi sudah menjadi target. "Semoga saja bayi ini memiliki masa depan yang cerah, nanti," tutupnya.
Baca juga: Bayi Ini Terlahir dengan Tempurung Kepala yang Tidak Sempurna