Fimela.com, Jakarta Setiap perempuan telah melewati 9 bulan masa kehamilan, pasti akan mengalami proses melahirkan. Mendekati proses bersalin, biasanya ibu hamil telah berkonsultasi dengan dokter soal pilihan tempat di mana ia akan melahirkan. Di rumah sakit, atau di rumah. Persalinan di rumah pribadi bukan hal asing. Sebelum banyak rumah sakit bersalin menjamur, orang zaman dulu menjalani proses bersalin di rumah ditemani oleh dukun beranak.
Namun, setelah memasuki era globalisasi seperti ini, bukan mustahil untuk ibu melakukan persalinan di rumah. Ada beberapa hal yang membuat ibu merasa diuntungkan saat lakukan persalinan di rumah. Berikut pertimbangannya.
Kenyamanan.
Advertisement
Nggak seperti di rumah sakit yang bikin ruang gerak terbatas, lahiran di rumah bisa lebih bebas bergerak ke sana kemari. Memakai barang-barang yang kamu butuhkan tanpa perlu mengeluarkannya terlebih dahulu dari tas. Lahiran di rumah juga memberi kesempatan ibu untuk berlatih fisik untuk melancarkan proses persalinan di mana saja. Berbaring di lantai, naik turun anak tangga adalah dua hal yang bebas dilakukan. Tempat tidur dan makanan yang diterima saat bersalin di rumah sakit pun tidak sebaik di rumah sendiri.
Menurunkan tingkat intervensi.
Penelitian menunjukkan kalau ibu yang bersalin di rumah memiliki intervensi alias campur tangan yang lebih sedikit dibanding ibu yang melahirkan di rumah sakit. Misalnya episiotomi (pelebaran vagina untuk memudahkan proses bersalin). Alih-alih membiarkan kelahiran secara alami, pihak rumah sakit biasanya justru ingin mempercepat dengan cara yang mereka inginkan. Kelahiran di rumah juga bisa mengurangi infeksi dan luka serta air mata yang keluar.
Tidak ada batasan.
Melahirkan di rumah, selain menawarkan kenyamanan, juga menawarkan kebebasan. Ibu bebas memilih jumlah orang yang ada di dekatnya saat proses persalinan. Mulai dari suami, hingga kucing peliharaan mungkin bisa berada di sana. Bersalin di rumah sakit tentunya hal tersebut nggak akan bisa terjadi. Biasanya hanya dua atau tiga orang yang bisa masuk ke dalam ruangan.
Dalam pengawasan dan kendali.
Lahiran di rumah memungkinkan suami untuk menangkap bayi dan memotong tali pusat. Bahkan ibu berkesempatan untuk memegang bayi pertama kali saat keluar dari rahim. Nggak ada batasan waktu untuk bersama bayi seperti di rumah sakit. Kapan saja, ibu bisa mendekap dan menyusuinya. Menghabiskan waktu bersama.
Persalinan alami.
Saat proses melahirkan, tubuh ibu melepaskan hormon endorfin yang berfungsi sebagai pereda nyeri alami. Maka dari itu, ibu tidak memerlukan obat bius yang masuk ke tubuh sebagai penahan rasa sakit sementara. Beberapa obat yang masuk ke tubuh berpontensi memberikan efek samping ke ibu bahkan si bayi.
Punya bidan sendiri.
Bersalin di rumah sakit membuat ibu mendapat perhatian yang terpecah dari tim medis atau bidan. Seperti yang kita tahu, setiap harinya, di rumah sakit tidak hanya ada satu atau dua orang yang melahirkan, melainkan lebih. Maka dari itu, ibu nggak dapat perhatian penuh dari bidan. Sedangkan lahiran di rumah membuat bidan punya fokus 100 persen pada ibu dan bayi. Nggak hanya bantu proses melahirkan, bidan juga akan membantu memonitori tekanan darah, denyut nadi, proses laktasi dan sebagainya sebelum di bawa ke dokter anak.
Biaya yang relatif lebih rendah.
Dibandingkan di rumah sakit. Ibu akan mengeluarkan biaya lebih sedikit. Bahkan kemungkinan bisa tiga kali lebih besar. Sehingga ibu bisa menyimpan uang untuk berinvestasi ke bayi setelah persalinan.
Itulah 7 hal yang perlu bisa jadi pertimbangan ibu untuk melahirkan di rumah. Sebelumnya, pastikan untuk memilih tenaga ahli yang sudah berpengalaman yang bisa menjamin keberhasilan persalinan di rumah, ya.
Baca juga: 7 Pengusaha Sukses yang Terlahir untuk Menginspirasi Orang Banyak