Fimela.com, Jakarta Kepergian Pepeng pastinya meninggalkan kesedihan yang luar biasa untuk keluarganya. Tak terkecuali sang istri, Utami Mariam Siti Aisyah atau biasa dipanggil Tami. Pepeng dan Tami bersama hampir lebih dari 30 tahun. Selama itu juga, Pepeng dikenal sebagai suami yang jarang mengatakan 'I love you' kepada Tami. Itulah sebabnya di kata pengantar buku yang ditulis istrinya, Pepeng mengatakan dia sering dikatakan garing.
Namun ketika Tami diberi penghargaan oleh Cap Lang pada tahun 2009, menurut kata pengantar di buku tersebut, Pepeng sempat membacakan sebuah puisi yang membuat Tami terharu. Seperti apa puisinya? Mendingan kita cekidot yang di bawah ini.
Advertisement
Baca juga: “I Love You” Salam Perpisahan Pepeng untuk Istri
Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk menghindari berbagai hubungan yg dilarang sang Khalik.
Hari itu 30 okt 1983,si pria 29 tahun dan gadisnya 22 tahun.
Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk mendapat keturunan seperti yang dipertintahkan sang Khalik.
Anak pertamanya lahir, si bapak mengurus, menjaga malam hari, mengganti popok & memandikan.
Si Ibu menyusui. Mereka masih muda dan saling menyinta. Si pria 32 tahun dan kekasihnya 25 tahun.
Si pria sudah sarjana, setelah 10 tahun, setelah mempunyai anak dua. Mereka masih muda dan saling menyinta, si pria 34 tahun dan kekasihnya 27 tahun.
Si pria sudah bekerja, kekasihnya sudah sarjana, anak mereka sudah 4. Hari itu mereka memasuki rumah yang diidamkan oleh setiap keluarga. Mereka masih bugar dan saling menyinta. Si pria 42 tahun dan kekasihnya 35 tahun.
Hari ini si pria 54 tahun, ia tergeletak karena sakitnya didampingi oleh kekasihnya yang 47 tahun, tidak muda lagi menjelang ulang tahun perkawinan mereka yang ke 25.
Dalam sakitnya berkelebat semua kenangan dengan kekasihnya. Dalam sakitnya ia menulis untuk kekasihnya:
Dik Uta, demikian panggilan kesayangan sang pria setelah sakit untuk kekasihnya yang bernama Utami
Saya tidak akan pernah lupa ketika awal penyakit itu datang kamu menenangkan saya dengan kata-kata
“Kita sedang menjalani peran baru”
Subhanallah, dik Uta kata-kata itu sangat menjadi inspirasi untuk saya menjalani sakit saya. Dan, saya selalu berdoa,
“Ya Allah berilah kecerdasan untuk kami agar kami selalu melihat semua ketetapanmu melalui sudut pandang yang membahagiakan”.
Peran Baru, itu adalah salah satu sudut pandang yang cerdas dan membahagiakan
Ahh di Uta, teralu banyak dan panjang jika saya tulis betapa rasa terima kasih atas ketegaranmu menjalani peran baru ini.
Saya tahu dik Uta sedih tapi kamu tetap tegar
Saya tahu dik Uta takut, tapi kamu tetap tegar
Saya tahu dik Uta lelah tapi kamu tetap tegar, mengurus saya, membersihkan, dan membalik badan saya setiap 1 jam di malam hari.
Saya tahu dik Uta ingin jalan-jalan untuk hilangkan jenuh tapi kamu tetap tegar mendampingi saya karena saya tidak bisa ditinggal terlalu lama sendiri.
Saya tahu dik Uta selalu mengharapkan kata-kata cinta dari saya tapi kamu tetap tegar walau kamu tak pernah mendengar kata-kata itu.
Hari ini kamu akan mendengarnya dari mulut saya
Dik Uta, aku cinta kamu tanpa batas
Saya akan selalu bahagiakan kamu tanpa batas,
Saya akan selalu ada untuk kamu tanpa batas,
Kelak kalau saya sudah bisa jalan, kita akan pergi kemanapun kamu mau
Yang selama ini hampir tidak pernah kita lakukan.
Dik Uta, pikirkanlah yang terbaik tentang cita-cita kita karena Allah SWT berfirman:
“Aku sebagaimana prasangka hambaKu”
Gimana? Makna kata-katanya mendalam sekali ya. Menurut buku yang sama, Tami mengaku terharu ketika mendengar puisi tersebut.
Kini sosok Raja Kopeng, panggilan kesayangan Tami kepada Pepeng, telah tiada. Namun kenangan manis akan dirinya akan selalu tinggal selamanya di hati orang-orang yang menyayanginya.