Sudah bukan rahasia umum sebenarnya, kalau kecantikan itu tak hanya sebatas penampilan fisik saja. Tetapi nyatanya masih banyak wanita yang berpikir bahwa cantik itu ya yang punya kulit putih, rambut panjang, tubuh langsing, dan lain sebagainya.
Tiga wanita inspiratif ini mengubah pandangan akan kecantikan. Penampilan fisik mereka bukan sesuatu yang menjadi nilai utama menentukan mereka disebut wanita cantik. Ada sesuatu dalam diri mereka yang jauh menunjukkan bahwa mereka benar-benar wanita yang cantik secara fisik dan hati.
Kami percaya pendapat Anda soal kecantikan akan berubah ketika membaca perbincangan dengan mereka berikut ini, seperti dilansir oleh Yahoo Shine.
Advertisement
Advertisement
Diandra Forrest, Model Albino Pertama di Dunia
Adalah Diandra Forrest, sosok model terkenal yang bekerja di agensi model di Paris dan Berlin.
Apa yang menarik dari dirinya? Diandra adalah model full timer pertama di dunia yang memiliki kulit albino. Ketika sebagian orang menganggap bahwa albino adalah sebuah kekurangan, sebuah cacat yang membatasi seseorang untuk berkarya, Diandra berhasil menjebol pendapat tersebut.
Dengan kepercayaan dirinya, ia tetap menjadi model yang sukses dan dipercaya untuk membawakan banyak koleksi desainer terkenal.
Hi Diandra, menurutmu cantik itu seperti apa sih?
Kecantikan sebenarnya adalah sebuah kemampuan untuk memunculkan karakter, kepercayaan diri dan kemauan keras namun tetap bisa rendah hati. Aku sendiri percaya bahwa cantik itu berasal dari dalam hati, bukan hanya perkara wajah yang cantik saja. Kecantikan itu sebuah paket lengkap, tak bisa hanya dinilai satu per satu.
Lantas, kecantikan apa yang kamu temukan di diri kamu?
Karena kecantikan itu sebuah paket, maka aku mendapatkannya dari jiwaku dan lingkungan di mana aku berada. Aku senang membawa energi yang positif dan baik ke manapun aku pergi, dan apapun situasinya.
Bagaimana ceritanya sampai kamu bisa jadi model?
Aku ditemukan oleh seorang fotografer bernama Shameer Khan, dan ia sempat beberapa kali bekerja mengambil photo shootsku. Lantas ia memperkenalkanku pada beberapa agensi.
Menjadi model albino itu menyenangkan kok, karena sedikit pesaingnya. Tetapi fashion membuatku benar-benar cantik dan bisa menutupi apa yang dibilang orang adalah kekurangan.
Telisha Gibson, Penemu Proyek dan Organisasi Gubson
Telisha Gibson adalah founder dari Telisha D Gibson Project yang bergerak secara nonprofit dan mengampanyekan proyek yang disebut Perfectly Flawed.
Sama seperti Diandra, Telisha mengalami albino di sebagian tubuhnya. Untuk kasus Telisha, medis menyebutnya sebagai vitiligo. Ia bekerja untuk membantu membuat penderita vitiligo sepertinya menjadi bangkit dan lebih percaya diri.
Hi Telisha, menurutmu cantik itu seperti apa sih?
Cantik itu adalah perkara perbedaan, perbedaan wujud, warna, ukuran.
Bagaimana pengalamanmu selama menderita vitiligo?
Aku menemukan bercak aneh muncul di tubuhku saat usiaku menginjak 9 tahun. Sesuatu yang sangat ekstrim di usiaku dan cukup mengejutkan. Tetapi kini aku menemukan bahwa aku bangga dan aku ingin seluruh dunia tahu bahwa aku adalah keturunan Afrika Amerika yang menderita vitiligo dan aku tidak berbeda dari wanita lainnya.
Apakah kamu pernah dibully atau dikritik karena penyakit yang diderita?
Suatu hari, aku pernah pulang sekolah naik kereta api. Saat itu aku memakai baju tanpa lengan sehingga seorang wanita tua tiba-tiba mendatangiku dan berkata agar aku berhenti berusaha memakai bleaching dan tidak memutihkan kulitku lagi. Seketika orang-orang di sekitarku memandangku dengan pandangan tidak enak dan seperti menghakimiku. Aku menahan air mata jatuh dari mataku, aku merasa perjalanan itu adalah perjalanan yang sangat jauh dalam hidupku.
Tetapi, kemudian, ketika keretaku berhenti, ada seorang wanita tua lain yang mendekatiku dan berkata, "sayang, jangan sedih, kamu cantik kok. Dan jangan biarkan pendapat orang lain mengubah keyakinanmu bahwa kau itu cantik."
Advertisement
Sarah Gerard, Penderita Eating Disorder Yang Bangkit
Sarah Gerard bisa disebut sebagai seorang pejuang, karena ia hidup dalam problem eating disorder sejak kecelakaan meninggalkan bekas luka di wajahnya. Ia bekerja sebagai seorang penulis di New York Times dan The Paris Review Daily serta beberapa media lainnya. Bagaimana kisahnya mendapatkan kembali kepercayaan diri itu?
Bagi Sarah, cantik itu seperti apa sih?
Kesehatan bagiku adalah kecantikan itu sendiri. Tahun 2007, aku pergi ke sebuah rehabilitasi dan berusaha menyembuhkan diri dari masalah eating disorder. Aku tinggal selama 2 bulan lamanya di sana, dan belajar bagaimana makanan itu diperlukan untuk tubuh.
Aku mulai fokus dan berpikir berbeda tentang kecantikan. Kini, aku menyingkirkan semua kaca seukuran badan, membuang timbangan badan, dan aku bahkan tak tahu berapa berat badanku saat ini. Sudah sekitar 6 tahun aku tidak menimbangnya, dan aku bahkan lebih bahagia.
Bagaimana ceritanya sampai ada bekas luka di wajahmu?
Dua bulan setelah aku tinggal di rehabilitasi, aku berlari dengan kekasihku untuk mengejar kereta. Dan setibanya kami di Buffalo, New ork, kami memutuskan untuk turun.
Kami sama-sama kelelahan dan baru pertama kali menjadi penumpang yang harus naik turun kereta ketika sampai di tujuan. Dan saat melompat keluar dari kereta, aku malah terpeleset jatuh ke rel kereta api dan wajahku menghantam rel cukup keras. Gigiku patah dan aku harus mendapatkan 150 jahitan di wajahku.
Bagaimana kamu memandang hidup saat itu?
Tentunya hidupku berubah sangat drastis ketika kecelakaan itu terjadi. Apalagi karena tubuhku mengalami dysmorphia, aku harus berusaha untuk bangkit lagi dari keterpurukanku.
Aku harus menghadapi banyak pertanyaan orang tentang bekas luka di wajahku. Dan aku harus bisa tetap berpikir positif tentang hal itu. Sekalipun aku sudah bosan dan muak menjawab setiap pertanyaan orang aku akan tetap menjawab semua pertanyaan itu dengan senang hati.
Apakah kamu merasa perlu menutupi bekas luka dengan makeup?
Aku merasa kosmetik sama seperti operasi plastik, mereka membuatku mengeluarkan banyak uang. Sejauh ini aku hanya fokus menyembuhkan rasa sakit pada luka dan beberapa efek negatifnya saja. Aku selalu berusaha hidup sehat dan membuatku merasa nyaman, itu saja.