5 Soundtrack Ramadan Legendaris yang Membuat Kangen Suasana Puasa Zaman Dulu

Opick merupakan musisi yang konsisten merilis lagu religi, terutama setiap menjelang Ramadan. Lagu Assalamualaikum menjadi salah satu karyanya yang langsung membekas di hati pendengar. Uniknya, lagu ini seolah menjadi alarm alami bahwa Ramadan telah dekat, karena sering mulai terdengar menjelang puasa dan Idul Fitri. Suara khas Opick yang tenang namun penuh makna menjadikan lagu ini terasa menenangkan. Nuansa damai dan spiritualitas sangat kuat dalam lagu ini.

Ya Thoybah adalah salah satu lagu religi yang paling dikenal lintas generasi. Lagu ini pertama kali muncul dalam album Cinta Rasul yang rilis tahun 1999. Album tersebut menjadi salah satu album religi terlaris sepanjang sejarah musik Indonesia, bahkan diproduksi dalam beberapa seri. Lagu ini tidak hanya populer di masanya, tetapi hingga kini masih sering diputar menjelang Ramadan. Suara lembut Sulis dan lantunan merdu Haddad Alwi menjadi perpaduan harmonis yang menyentuh hati.

Tombo Ati adalah lagu religi berbahasa Jawa yang melambung pada tahun 2005. Meski menggunakan bahasa daerah, lagu ini mampu diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia, bahkan non-Muslim. Lagu ini membahas lima obat hati menurut Islam dan disajikan dengan musik yang menghanyutkan. Lagu ini cocok diputar saat merenung dan mengingat kembali nilai-nilai keagamaan selama Ramadan. Dengan aransemen sederhana, lagu ini tetap terasa khusyuk dan menyentuh.

Band Gigi, yang lebih dikenal sebagai band pop rock, sempat merilis lagu religi berjudul Akhirnya. Lagu ini berkisah tentang penyesalan seseorang akan masa lalunya dan keinginannya untuk bertobat. Liriknya yang reflektif menjadikannya cocok untuk muhasabah diri di tengah malam selama Ramadan. Lagu ini sering menjadi soundtrack dalam sinetron religi yang tayang menjelang sahur atau buka puasa. Dengan aransemen musik khas Gigi, lagu ini terasa fresh namun tetap religius.

Ungu juga tak ketinggalan dalam meramaikan dunia musik religi dengan lagu Dengan Nafasmu yang masuk dalam album Aku dan Tuhanku tahun 2008. Lagu ini membawa nuansa religi ke dalam format musik pop rock yang kekinian, membuatnya mudah diterima oleh generasi muda. Liriknya menyampaikan syukur atas napas kehidupan yang diberikan Tuhan. Lagu ini cukup sering diputar saat Ramadan dan membuat pendengarnya tersentuh tanpa kesan menggurui. Distorsi gitar yang khas menambah kesan dramatis dalam lagu ini.