Fimela.com, Jakarta Cap Go Meh, yang dalam dialek Hokkien berarti malam kelima belas, merupakan puncak dari perayaan Tahun Baru Imlek yang dirayakan pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa. Perayaan ini kaya akan tradisi dan makna yang mendalam, diwariskan dari generasi ke generasi selama berabad-abad.
Sejak abad ke-7 Masehi, Cap Go Meh telah menjadi simbol kebersamaan antara raja dan rakyatnya, mencerminkan keharmonisan sosial dan budaya yang erat. Tradisi ini tidak hanya dirayakan di Tiongkok, tetapi juga telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia, di mana perayaan ini mengadopsi berbagai adaptasi lokal yang unik.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi asal-usul Cap Go Meh, bagaimana perayaannya telah berevolusi sepanjang waktu, serta makna dan tradisi yang menyertainya. Semua ini untuk memahami bagaimana festival ini tetap relevan dan penuh makna hingga saat ini.
Advertisement
Apa saja makanan khas saat perayaan cap gomeh? Yuk, kita cek video di atas!
Advertisement
Asal-usul Cap Go Meh: Gambarkan Kebersamaan Raja dengan Rakyat diMasa Dinasti Han
Perayaan Cap Go Meh berakar pada masa Dinasti Han di Tiongkok sekitar abad ke-7 Masehi, ketika raja dan rakyatnya bersama-sama merayakan malam ke-15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa.
Pada masa itu, para petani menghiasi ladang mereka dengan lampion berwarna-warni untuk mengusir hama dan binatang perusak tanaman, sekaligus memperindah lingkungan sekitar. Selain itu, pertunjukan musik dan tarian barongsai turut memeriahkan suasana, menciptakan ikatan sosial yang kuat antara penguasa dan masyarakat.
"Perayaan Cap Go Meh berawal dari sebuah ritual penghormatan kepada Dewa Thai Yi pada masa pemerintahan Dinasti Han," tulis laman indonesia.travel.id oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Perkembangan Cap Go Meh Melalui Migrasi dan Akulturasi Budaya
Seiring berjalannya waktu, Cap Go Meh telah mengalami perubahan signifikan seiring dengan migrasi masyarakat Tionghoa ke berbagai belahan dunia, terutama ke bagian selatan Tiongkok dan negara-negara di Asia Tenggara.
Tradisi ini telah diadaptasi dengan budaya lokal, menciptakan perpaduan unik yang memperkaya makna perayaan tersebut. Di Indonesia, misalnya, Cap Go Meh telah berbaur dengan budaya setempat, menghasilkan tradisi yang khas dan unik di setiap daerah.
Salah satu contoh menarik dari proses akulturasi ini dapat ditemukan di Kota Tanjungpinang. Di sana, setiap perayaan Cap Go Meh dimeriahkan dengan alunan musik melayu, menambahkan warna lokal yang khas pada perayaan tahunan ini.
Advertisement
Makna Tradisi Cap Go Meh
Cap Go Meh tidak hanya menjadi penutup rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek, tetapi juga melambangkan harapan akan kebahagiaan, kesejahteraan, dan masa depan yang lebih baik. Tradisi seperti festival lampion dan pertunjukan barongsai dipercaya membawa keberuntungan dan mengusir energi negatif. Warna merah yang dominan dalam perayaan ini melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan, mencerminkan semangat dan harapan komunitas Tionghoa.
Lebih dalam, masyarakat Tionghoa menganggap Imlek dan Cap Go Meh merupakan sarana berkomunikasi dengan Tuhan, sekaligus merekatkan hubungan dengan orang-orang terkasih di sekitar.
"Imlek (dalam hal ini Cap Go Meh) bagi kami, terutama yang beragama Konghucu dan Buddha, adalah sebuah ibadah. Selain itu, juga sebagai waktu untuk berkumpul bersama keluarga, saling berbagi kebahagiaan, dan tentunya berdoa kepada Tuhan agar tahun yang baru ini membawa keberkahan, kelimpahan, dan kesehatan yang lebih baik," ujar Wakil Ketua MABT (Masyarakat Adat Budaya Tionghoa) di Pontianak, Adi Sucipto, dikutip dari RRI.
Ragam Tradisi Cap Go Meh di Berbagai Daerah
Di berbagai penjuru Nusantara, perayaan Cap Go Meh disemarakkan dengan cara yang unik, mencerminkan kekayaan budaya serta akulturasi yang telah terjadi selama berabad-abad. Ambil contoh di Singkawang, Kalimantan Barat, di mana tradisi Pawai Tatung menjadi sorotan utama. Acara ini memikat perhatian dengan pertunjukan seni yang sarat dengan nuansa magis dan spiritual.
Sementara itu, di Palembang, Sumatra Selatan, perayaan Cap Go Meh berpusat di Klenteng Hok Tjing Rio yang terletak di Pulau Kemaro. Di sini, tradisi ziarah dan festival budaya yang khas menjadi daya tarik tersendiri, menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung.
Advertisement
Cap Go Meh sebagai Cerminan Kebersamaan dan Harmoni Sosial
Sejak pertama kali dirayakan, Cap Go Meh telah menjadi lambang kebersamaan antara penguasa dan rakyat, menggambarkan harmoni dan persatuan dalam masyarakat. Perayaan ini menekankan betapa pentingnya kerukunan dan saling menghormati dalam kehidupan sosial, nilai-nilai yang tetap berharga hingga kini.
Lewat beragam tradisi dan maknanya, Cap Go Meh memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya memelihara hubungan yang harmonis dalam masyarakat yang beragam.
Apa itu Cap Go Meh?
Cap Go Meh merupakan perayaan yang menandai hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek, yang melambangkan puncak dari rangkaian perayaan Imlek.
Advertisement
Bagaimana asal-usul perayaan Cap Go Meh?
Pada masa Dinasti Han, sekitar abad ke-7 Masehi, raja dan rakyat bersatu dalam kegembiraan untuk merayakan malam ke-15 di bulan pertama menurut kalender Tionghoa. Perayaan ini menandai momen kebersamaan yang penuh warna dan tradisi.
Apa makna dari perayaan Cap Go Meh?
Cap Go Meh merupakan simbol kebahagiaan, kesejahteraan, dan harapan akan masa depan yang lebih cerah, sekaligus menandai berakhirnya rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek.
Advertisement
Bagaimana Cap Go Meh dirayakan di Indonesia?
Di Indonesia, perayaan Cap Go Meh menjadi momen yang penuh warna dengan berbagai tradisi yang telah menyatu dengan budaya setempat. Misalnya, ada Pawai Tatung yang megah di Singkawang dan kegiatan ziarah yang khidmat ke Pulau Kemaro di Palembang.