Sukses

Info

Tak Berhasil Urai Kemacetan, Proyek Trotoar di Canggu Bali Dianggap Gagal

Fimela.com, Jakarta Sebagai daerah tujuan wisata, salah satu infrastruktur penting yang tidak boleh dilupakan adalah trotoar. Memberikan kenyamanan untuk pejalan kaki, tentu mejadi langkah tepat untuk meningkatkan pertumbuhan wisata setempat. Inilah yang dilihat Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali membuat langkah berani untuk memperbaiki infrastruktur pejalan kaki di Canggu dengan proyek inisatif trotoar.

Sayangnya proyek ambisius itu, juga menambah kekhawatiran di kalangan penduduk lokal dan wisatawan karena membuat jalanan semakin macet. Seperti yang dikutip dari laman Trstdly (31/10), terlihat di jalan-jalan Canggu yang ramai, trotoar untuk meningkatkan aksesibilitas pejalan kaki justru memperparah kondisi lalu lintas. Trotoar menambah sempit jalan yang dilalui mobil dan motor sehingga memicu reaksi beragam dari masyarakat setempat.

Keputusan untuk memperkenalkan trotoar di Canggu telah menimbulkan gelombang ketidakpuasan, baik dari penduduk lokal maupun wisatawan. Meskipun penolakan meningkat atas inisiatif perluasan trotoar di Bali baru-baru ini, kantor Gubernur Koster tetap bungkam saat dihubungi untuk dimintai komentar minggu lalu.

Banyak yang Kecewa dengan Proyek Trotoar

Dirasa gagal dan membuat kesal banyak warga, disinyalirkan karena trotoar ini justru membuat sempit akses jalan. Beberapa warga mengungkap kekesalannya.

"Bagaimana Anda bisa menambahkan trotoar pada jalan yang tidak cukup untuk dua mobil?" ungkap Made, seorang pemilik warung lokal di kawasan Berawa mengekspresikan kekesalannya.

Bahkan wisatawan Internasional pun ikut menyuarakan kekesalan dengan kondisi jalan di Canggu yang semakin macet. James, seorang wisatawan asal Melbourne, mengatakan jika telah mengunjungi Bali selama 15 tahun terakhir, namun sekarang situasi lalu lintas terasa seperti mencapai titik kritisnya. Kesulitan lalu lintas di Canggu semakin tidak terkendali dengan adanya penambahan trotoar ini.

Canggu memang banyak berubah. Berawal dari desa tradisional menjadi komunitas internasional yang menawarkan vila-vila mewah, tempat makan kelas atas, dan bisnis yang berkembang telah menghadapi kondisi salah urus yang signifikan dari pihak pemerintah lokal. Kebutuhan infrastruktur seperti kabel yang tidak diatur, serta jalan yang tidak memadai masih menjadi masalah yang belum tertangani dengan baik.

Tak hanya masalah air dan kebutuhan pokok lainnya. Bahkan terlihat jalan trotoar yang dibuat oleh Pemprov Bali justru ikut dilindas kendaraan yang lewat, akibat sempitnya jalan.

Kebutuhan Alternatif Transportasi Lain di Bali, Apakah LRT Jawabannya?

Penumpukan penumpang dan akses yang tidak memadai menyebabkan kemacetan yang semakin meresahkan. Dalam kesempatan terpisah Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menargetkan proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) Bali mulai dibangun awal 2024. LRT Bali ini akan melintasi Bandara I Gusti Ngurah Rai.

Harapannya proyek yang sempat tertunda ini bisa dilaksanakan awal tahu depan.  Dikhawatirkan jika LRT di Bandara Ngurah Rai Bali tidak dibangun, maka akan terjadi penumpukan penumpang mengingat pada 2026, bandara tersebut akan melayani sekitar 24 juta penumpang per tahun. 

Tak bisa dipungkiri, transportasi umum adalah solusi untuk mengurai kemacetan. Well, bukankah berwisata tanpa pusing karena macet adalah impian semua orang? Bagaimana menurutmu Sahabat Fimela?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading