Fimela.com, Jakarta Setelah ramai khasus tercemarnya beragam merek obat bertekstur sirup beberapa waktu yang lalu, pengawasan obat-obatan kian ditingkatkan oleh semua pihak. Baru-baru ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan kembali peringatan terhadap penggunaan dua obat batuk sirup anak buatan India, yakni Ambronol dan Dok-1 Max. Langkah ini diambil terkait sejumlah kematian yang terjadi di Uzbekistan.
Dilansir dari liputan6.com WHO mengatakan bahwa dua obat batuk sirup pabrikan Marion Biotech itu "di bawah standar" dan perusahaan gagal memberikan jaminan tentang keamanannya. Selain itu, peringatan dari WHO ini muncul beberapa pekan setelah Uzbekistan mengungkapkan bahwa 18 anak meninggal setelah mengonsumsi obat batuk sirup buatan India.
Melalui peringatan yang dikeluarkan, WHO mengatakan bahwa analisi pemeriksaan terhadap obat batuk sirup anak Ambronol dan Dok-1 Max dilakukan oleh laboratorium kontrol kualitas Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Uzbekistan. Dalam pemeriksaan ini Kemenkes Uzbekistan menemukan dua bahan yang tidak boleh dikonsumsi seperti diethylene glycol (DEG) dan ethylene glycol (EG). Kedua produk ini mungkin memiliki izin edar di negara lain di kawasan ini. Dan keduanya juga mungkin telah didistribusikan, melalui pasar informal, ke negara atau kawasan lain.
Advertisement
Seperti yang diketahui penggunaan bahan DEG dan EG di bawah standar sangat tidak aman untuk dikonsumsi, terutama pada anak-anak karena dapat mengakibatkan cedera serius hingga kematian.
Advertisement
Farmasi Dunia
India merupakan negara yang dikenal sebagai ‘farmasi dunia’ julukan ini diberikan karena negara tersebut menghasilkan sepertiga dari obat-obatan dunia. Tak hanya itu, produksi obat di India memenuhi sebagian besar kebutuhan medis di negara-negara yang berkembang. India juga dapat diibaratkan sebagai rumah bagi para perusahaan farmasi, sehingga menghasilkan produksi obat yang cepat.
Baru-baru ini perusahaan farmasi di India dikecam karena memproduksi sirup yang membahayakan anak-anak hingga menyebabkan kematian ketika dikonsumsi oleh anak-anak.
Beberapa waktu lalu, WHO telah mengeluarkan peringatan terhadap empat obat batuk sirup buatan India yang dikatikan dengan kematian 66 anak di Gambia. Kebanyakan kematian anak-anak tersebut disebabkan oleh gagal ginjal akibat mengonsumsi obat batuk sirup. Meski banyak tuduhan diarahkan kepada pemerintah India dan perusahaan terkait yakni Maiden Pharmaceuhticals, keduanya membantah tuduhan tersebut.
Kasus Gagal Ginjal Akut di Indonesia
Sebelumnya, gagal ginjal akut progresif atipikal atau gagal ginjal akut misterius telah memakan korban lebih banyak, tercatat sudah ada 206 kasus dari 20 provinsi yang ada di Indonesia.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Jubir Kemenkes), Mohammad Syahril mengatakan bahwa tingkat kematian pada 99 anak sebesar 48 persen. Bila melihat angka kematian di rumah sakit rujukan nasional yaitu RSCM Mangunkusumo Jakarta angka kematian memang lebih tinggi. Sebanyak 65 persen dari pasien gagal ginjal akut meninggal.
Selain itu, berdasarkan data yang dimiliki oleh Kemenkes menunjukkan adanya 1-2 kasus yang terjadi akibat gagal ginjal akut misterius per bulan. Hal ini diketahui setelah melihat data sejak awal tahun, namun pada Agustus 2022 jumlah kasus melonjak hingga puluhan. Kebanyakan penderita merupakan anak usia di bawah lima tahun, ada pula yang berusia belasan.
Syahril juga menambahkan bahwa ketika seseorang mengalami gagal ginjal ditandai dengan penurunan frekuensi buang air kecil atau tidak buang air kecil. Salah satu penyebab angka kematian gagal ginjal yang tinggi berasal dari penurunan jumlah urine.
Tak hanya itu, ia mengungkapkan bahwa ginjal merupakan organ tubuh manusia yang penting karena merupakan pusat metabolisme tubuh. Apabila terjadi gangguan pada sistem ginjal manusia akan berpengaruh terhadap kinerja metabolisme tubuh, terlebih mengganggu kinerja organ lain juga.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women