Fimela.com, Jakarta Sejumlah investigasi dilakukan untuk mencari penyebab kasus gagal ginjal akut yang terjadi pada anak-anak di Indonesia. Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Wamenkes RI) Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa 15 dari 18 obat yang telah diidentifikasi masih mengandung Etilen Glikol.
"Kita sudah mengidentifikasi 15 dari 18 obat yang diuji uji (obat) sirup masih mengandung Etilen Glikol (EG) dan kita identifikasi lagi bahwa EG ini bisa bebas (dari obat sirup)," kata Dante dikutip dari liputan6.com.
Dante tidak menyebutkan secara rinci obat-obatan mana saja yang sedang dilakukan pengujian terkait kandungan Etilen Glikol (EG). Seperti yang diketahui EG merupakan senyawa alkoholik yang tidak berwarna, berbau, dan memiliki rasa manis.
Advertisement
Senyawa EG digunakan sebagai bahan baku industri serat polister, serta bahan untuk membantu dalam pembuatan produk pestisida, karet, dan sebagainya.
Selain itu, pemeriksaan obat-obatan masih terus dilakukan di laboratorium pusat forensik. Melalui pemeriksaan tersebut diharapkan dapat memberikan jawaban terkait penyebab gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak di Indonesia.
"Kita terus melakukan investigasi dan melakukan beberapa hal untuk identifikasi kelainan ginjal akut pada anak tersebut. Salah satunya identifikasi adalah penyebab infeksi karena obat-obatan," jelas Dante.
Dante menambahkan obat-obatan khususnya sirup sudah dilakukan pemeriksaan di laboratorium pusat forensik, sehingga saat ini dilakukan identifikasi terkait obat apa saja menjadi penyebab kelainan gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak.
Advertisement
Setop Sementara Obat Sirup
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) per 18 Oktober 2022 kasus gagal ginjal akut progresif atipikal kini telah menyerang 206 anak di 20 provinsi yang ada di Indonesia. Namun, masih belum diketahui secara pasti penyebab dari gagal ginjal akut tersebut.
Dilansir dari liputan6.com sebagai bentuk kewaspadaan, Kemenkes meminta apotek untuk menyetop penjualan obat sirup dan cair kepada masyarakat. Imbauan tersebut tertuang dalam surat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes bertanggal 18 Oktober 2022. Surat tersebut bernomor: SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak.
Penghetian penggunaan obat cair dan sirup ini dilakan sampai hasil penelusuran dan penelitian mengenai penyebab dari gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak selesai dilakukan. Sebagai alternatif masyarakat dapat menggunakan bentuk obat lain seperti tablet, kapsul, suppositoria (anal), atau lainnya.
Tingkat Kematian Capai 48 Persen
Sebelumnya, gagal ginjal akut progresif atipikal atau gagal ginjal akut misterius kini memakan korban lebih banyak, tercatat sudah ada 206 kasus dari 20 provinsi yang ada di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dari Januari hingga 18 Oktober 2022 menyebutka tingkat angka kematian sebesar 48 persen.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Jubir Kemenkes), Mohammad Syahril mengatakan bahwa tingkat kematian pada 99 anak sebesar 48 persen. Bila melihat angka kematian di rumah sakit rujukan nasional yaitu RSCM Mangunkusumo Jakarta angka kematian memang lebih tinggi. Sebanyak 65 persen dari pasien gagal ginjal akut meninggal.
Selain itu, berdasarkan data yang dimiliki oleh Kemenkes menunjukkan adanya 1-2 kasus yang terjadi akibat gagal ginjal akut misterius per bulan. Hal ini diketahui setelah melihat data sejak awal tahun, namun pada Agustus 2022 jumlah kasus melonjak hingga puluhan. Kebanyakan penderita merupakan anak usia di bawah lima tahun, ada pula yang berusia belasan.
Syahril juga menambahkan bahwa ketika seseorang mengalami gagal ginjal ditandai dengan penurunan frekuensi buang air kecil atau tidak buang air kecil. Salah satu penyebab angka kematian gagal ginjal yang tinggi berasal dari penurunan jumlah urine.
Tak hanya itu, ia mengungkapkan bahwa ginjal merupakan organ tubuh manusia yang penting karena merupakan pusat metabolisme tubuh. Apabila terjadi gangguan pada sistem ginjal manusia akan berpengaruh terhadap kinerja metabolisme tubuh, terlebih mengganggu kinerja organ lain juga.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women