Fimela.com, Jakarta Ketua Komisi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau DPRD DKI Jakarta, Ida Mahmudah mengatakan bahwa kadar air tanah di Jakarta telah terkontaminasi bakteri Escherichia Coli (E Coli). Dilansir dari liputan6.com Ida menyebutkan bahwa seharusnya bakteri maksimal yang terdapat pada air tanah di Jakarta hanya berkisar 2 ribu bakteri per 100 mililiter, akan tetapi saat ini angka menyentuh 50 irbu bakteri per 10 mililiter .
"Kadar air tanah kita, bakterinya luar biasa. Paparan dari pihak-pihak peneliti air, ini memprihatinkan," kata Ida saat Rapat Komisi D terkait Penjelasan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) DKI Jakarta, dikutip dari liputan6.com.
Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan, sehingga Ida meminta Badan Pembangunan Daerah Provinsi (Bappeda) DKI Jakarta untuk mengkaji ulang permasalahan tersebut. Menurutnya kehadiran bakteri E Coli ini terjadi karena penanganan limbah yang tidak sesuai dengan prosedur, salah satunya limbah yang berasal dari limbah rumah tangga.
Advertisement
Tingginya kadar bakteri pada tanah yang dikonsumsi sehari-hari dapat meningkatkan angka stunting jika tidak ditangani dengan serius.
"Salah satu dampak dari bakteri E Coli yang tinggi ini berdampak kepada stunting, ini yang jadi perhatian kita, Pemda dan DPRD seharusnya," kata Ida.
Advertisement
Penggunaan air tanah sehari-hari
Sebelumnya, Direktur Utama PT PAM Jaya, Syamsul Bachri Yusuf mengungkapkan bahwa sebanyak 32 persen warga DKI Jakarta masih menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari.
Dilansir dari liputan6.com kebutuhan air di DKI mencapai 11 ribu liter per detik, dan tambahan 4.200 km pipa yang harus disambungkan dari rumah ke rumah. Berdasarkan kalkulasi tersebut, jika ada beberapa warga yang belum mencakup air pipa, akan menggunakan air tahan sebanyak 11 ribu liter per detik.
"Hari ini, ada 11 ribu liter air per detik yang diambil dari tanah oleh warga Jakarta untuk kebutuhannya sehari-hari, sesungguhnya untuk mengatasi hal ini kita butuh membangun sistem perpipaan yang baik," kata dia.
Berbagai cara dilakukan untuk mengendalikan pemakaian air tanah di Jakarta, salah satunya dengan menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 93 Tahun 2021 tentang Zona Bebas Air Tanah.
Cegah stunting
Dilansir dari promkes.kemenkes.go.id berikut 5 cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak.
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Langkah yang ampuh untuk mencegah stunting pada anak adalah dengan memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan ibu hamil selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, serta suplemen sesuai dengan anjuran dokter.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, para ibu dapat memberikan makanan pendamping atau MPASI berupa makanan-makanan yang dapat memenuhi gizi mikro dan makro yang sebelumnya bersal dari ASI untuk mencegah stunting.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan, akan tetapi sebagai ibu sahabat Fimela harus tetap berhati-hati untuk menentukan produk tambahan tersebut.
4. Pantau tumbuh kembang anak
Sebagai orangtua, sahabat Fimela harus memantau tumbuh kembang anak, terutama dari tinggi dan berat badan. Oleh karena itu, rutin menjadwalkan anak ke Posyandu atau klinik khusus anak utnuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan tumbuh kembang anak.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama jika lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Berdasarkan studi yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Penulis: Angela Marici
#Women for Women