Fimela.com, Jakarta Dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia, pada hari ini. Rabu, 28 April 2022, Yayasan Jantung Indonesia menyelenggarakan konferensi pers dengan tema "Deteksi Dini Sebagai Upaya Preventif Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Pada Anak".
Pada konferensi pers kali ini, YJI mendatangkan beberapa narasumber, yaitu Esti Nurjadin (Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia), Mela Sabina, (Ketua Bidang Komunikasi dan Promotif YJI), Mikha Tambayong (Duta YJI), dr. Eva Susanti, S.Kp. M.Kes (Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI), dan dr. Raditya Prakoso, Sp.JP(K), FIHA (Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia).
Mela Sabina, Ketua Bidang Komunikasi dan Promotif YJI dalam konferensi menyampaikan bahwa konferensi ini merupakan satu dari serangkaian giat yang telah diagendakan oleh Yayasan Jantung Indonesia sebagai peringatan Hari Jantung Sedunia setiap tanggal 29 September setiap tahunnya.
Advertisement
Yayasan Jantung Indonesia pada tahun ini bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyelenggarakan Indonesia Heart Bike 2022, event bersepeda yang mengajak masyarakat untuk mendonasikan DENYUT JANTUNG bersepeda. Indonesia Heart Bike 2022 juga didukung oleh NOC Indonesia, Milugo Indonesia, PT Omron Healthcare Indonesia, Blibli, Sariwangi dan Detik.com serta digelar secara nasional di seluruh Indonesia dan offline di 8 kota besar dengan jadwal sebagai berikut.
Pada 8 September 2022 untuk Kota Medan, Denpasar, dan Malang, serta 25 September 2022 untuk Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Makassar. Di samping kegiatan bersepeda, Indonesia Heart Bike 2022 juga diramaikan oleh kegiatan Senam Jantung Sehat (SJS) yang diikuti oleh ratusan anggota Klub Jantung Sehat (KJS) Sulawesi Selatan, penyuluhan kesehatan jantung hingga sosialisasi Bantuan Hidup Dasar (BHD).
Advertisement
1 dari 3 kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung
Turut hadir perwakilan pemerintah dalam hal ini adalah dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (P2PTM Kemenkes RI). Eva melaporkan data penyakit tidak menular dunia adalah sebesar 17,8 juta kematian dalam hal ini 1 dari 3 kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung.
Prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 1,5%, prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5% tahun 2013. Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di Indonesia yang meningkat secara signifikan sejak tahun 2014 sampai 2019.
Tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan obesitas menduduki 5 besar faktor resiko yang menyebabkan beban penyakit di dunia. Dari tahun ke tahun, tren jantung, stroke, ginjal kronis, diabetes, dan hipertensi di Indonesia terus meningkat.
Sayangnya, penderita PTM di Indonesia hanya 3 dari 10 penderita yang terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit karena PTM, tidak ada gejala dan tanda sampai terjadi komplikasi. Dari 3 penderita PTM tersebut hanya 1 orang yang berobat teratur. Beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler diantaranya adalah hipertensi, obesitas, merokok, diabetes, dan kurang aktivitas fisik.
Strategi kebijakan penyakit kardiovaskuler yang tertuang dalam Permenkes No.71/2015 tentang penanggulangan PTM dilakukan dengan promosi kesehatan seperti perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat, identifikasi, dan intervensi sejak dini faktor resiko PM dan PTM, vaksinasi Covid-19 untuk Comorbid, dan pengobatan di fasyankes sesuai standar.
Screening Premarital
dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K),FIHA, seorang Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dan Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI) dalam kesempatannya menyampaikan bahwa ada bentuk intervensi atau upaya pencegahan PJB adalah dengan cara Screening Premarital untuk mendeteksi faktor penyakit dari orang tua, mendeteksi adanya syndromic, kelainan lain, dan infeksi.
dr Raditya mengatakan bahwa wanita dengan kehamilan rentan dengan infeksi yang berbahaya. Oleh karenanya, screening penting dilakukan pada ibu hamil untuk mendeteksi adanya paparan bahan kimia, paparan asap rokok, pengaruh alkohol, dan faktor resiko lainnya, sebab jika semakin tua kandungan semakin berbahaya pula dampaknya.
Pemeriksaan USG dapat mendeteksi Jantung Bawaan pada kehamilan 18-22 minggu. Pada kasus deteksi jantung bawaan pada bayi yang baru lahir dapat dilakukan dengan pemeriksaan kadar oksigen pada tangan kanan dan kaki.
Deteksi awal juga dapat dilihat dari tangisan bayi saat lahir dan kelancaran proses menyusui, misal bayi muntah. Pada Balita prasekolah dapat dilakukan dengan memperhatikan keaktifan anak, sementara pada remaja, pendeteksian Jantung Bawaan dapat dilakukan dengan menanyakan keluhan seperti nyeri dada, sesak nafas, maupun posisi tidur.
Advertisement
Deteksi sedini mungkin
Pasien Jantung Bawaan umumnya datang ke emergency dengan gejala jantung termasuk riwayat batuk panas berulang (saluran napas bawah). Jika perawatan tidak dilakukan secara teratur akan berakibat munculnya konplikasi penyakit lain sampai meninggal dunia. Komplikasi dapat dicegah dengan tata perawatan dengan Koreksi, yaitu bisa berupa bedah/intervensi karena biaya lebih murah dan relatif cepat keluar rumah sakit.
Oleh sebab itu, mengenali gejala sangat penting dilakukan sedini mungkin. Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dapat dilakukan pada penderita Jantung Bawaan adalah dengan menerapkan prinsip CAB (Compression, Airways dan Breathing) dengan penggunaan kejut jantung untuk meningkatkan hasil survival jantung agar irama jantung lebih maksimal dan stabil.
Pengendalian faktor resiko melihat apakah faktor penyebab dapat dimodifikasi, misal orang tua perokok atau peminum dapat dihentikan kebiasaannya, sementara faktor penyebab yang tidak dapat dimodifikasi harus dilakukan pengobatan pra-melahirkan dan dilakukan pada bayi baru lahir. Lain halnya dengan jantung koroner yang penyebabnya adalah lifestyle yang kurang baik dapat dicegah penerapan hidup sehat. 80% jantung koroner dapat dihindari.
Gaya hidup sehat
Sebagai closing statement dalam konferensi pers ini, hadir pula Duta Yayasan Jantung Indonesia, yang merupakan seorang aktris sekaligus penyanyi, Mikha Tambayong. Dalam kesempatan ini, ia menceritakan pengalamannya saat menghadiri HUT YJI. Diingatnya, cerita dan pengalaman dari para penderita jantung yang usianya relatif bervariasi.
Mikha mengingatkan kepada wanita khususnya maupun pasangan yang akan menikah secara umum untuk melakukan general check up sebagai upaya pencegahan penyakit pada anak. Menurutnya, gaya hidup sehat dilakukannya dengan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan tidak memerhatikan asupan makanan yang dikonsumsi.
Banyak hal positif yang dapat dilakukan saat ini, misalnya istirahat cukup, makan makanan bergizi, beroloahraga, menghindari stress, dan melakukan healing dengan hal-hal positif yang kita gemari. Ujarnya semua hal tersebut harus dilakukan atas dasar kepedulian diri atau selflove terhadap kesehatan.
Â
*Penulis: Sri Widyastuti.
#WomenForWomen